Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk rumah sakit.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu dari luar rumah terdengar. Amira buru-buru ke depan untuk membuka pintu rumahnya. Dia tersenyum saat melihat Bu Ani tetangganya.
"Bu Ani, ada apa Bu?" tanya Amira.
"Gimana kabar Kayla. Apakah dia sudah sembuh?"
"Kayla masih sakit Bu. Aku belum sempat membawa dia ke dokter."
"Ibu bawa makanan untuk kamu dan Kayla. Semoga kalian suka ya masakan ibu," ucap Bu Ani sembari menyodorkan rantang kecil pada Amira.
Amira mengambil rantang itu dari tangan Bu Ani.
"Makasih banyak ya Bu."
Bu Ani mengangguk.
"Ibu pengin lihat kondisi Kayla," ucap Bu Ani.
"Kayla ada di kamarnya Bu. Ayo masuk Bu!" Amira mempersilahkan Bu Ani masuk.
Bu Ani kemudian masuk ke dalam rumah Amira untuk melihat Kayla.
Walau Bu Ani baru mengenal Amira beberapa bulan ini, namun dia sudah menganggap Amira dan Kayla seperti keluarganya sendiri. Dia merasa iba melihat kondisi Amira dan Kayla. Selama ini, Bu Ani lah orang yang sering membantu kesulitan-kesulitan Amira.
Bu Ani dan Amira masuk ke dalam kamar untuk melihat Kayla. Kayla tampak masih berbaring di atas ranjang. Dia masih terlihat pucat dan lemah.
Bu Ani duduk di sisi ranjang. Dia memegang kening Kayla.
"Badan Kayla masih panas Mir," ucap Bu Ani.
Bu Ani menatap Amira lekat.
"Amira, kenapa kamu nggak bawa anak kamu ke dokter? kasihan dia Amira. Sudah satu minggu panasnya nggak turun-turun."
"Aku belum punya uang Bu, untuk membawa Kayla ke dokter," jelas Amira.
"Ibu punya sedikit uang. Apa kamu mau pinjam dulu sama ibu?" tanya Bu Ani.
"Akhir-akhir ini jualanku lagi sepi Bu. Kalau aku pinjam uang sama ibu, aku takut aku nggak bisa mengembalikan uang ibu."
Bu Ani tersenyum.
"Amira, kenapa kamu harus memikirkan soal itu. Ibu ikhlas membantu kamu demi kesembuhan Kayla. Kalau kamu mau mengembalikan uang itu, ibu terima. Kalau nggak bisa mengembalikan uang itu juga nggak apa-apa. Ibu nggak akan memaksa. Yang penting Kayla sembuh dulu."
Amira diam dan berfikir. Sebenarnya dia tidak enak meminjam uang pada orang lain. Karena itu akan menjadi beban untuknya. Namun dalam kondisi seperti ini, Amira memang harus menerima pinjaman dari Bu Ani.
Amira kasihan melihat Kayla yang tidak kunjung sembuh. Amira juga tidak mungkin meminta bantuan mantan suaminya. Karena hubungan dia dengan mantan suaminya masih belum membaik. Di tambah lagi, mantan mertua dan mantan adik iparnya sangat membencinya.
Di sela-sela Amira dan Bu Ani mengobrol. Ketukan pintu dari luar terdengar.
"Sepertinya ada tamu Amira," ucap Bu Ani.
"Iya Bu. Tolong jagain Kayla ya Bu. Aku mau buka pintu dulu."
"Iya."
Amira pergi ke depan untuk membuka pintu. Dia terkejut saat melihat Aditya sudah berdiri di depan pintu.
"Adit. Ngapain kamu ke sini?" tanya Amira.
"Aku mau ketemu kamu Amira," jawab Aditya.
"Pasti Reifan kan yang menyuruh kamu datang ke sini?" ucap Amira dingin.
"Ini nggak ada hubungannya dengan Pak Reifan kok Amira. Aku sendiri yang ingin datang ke sini untuk ketemu kamu. Dan Pak Reifan sama sekali tidak tahu kalau aku menemui kamu."
"Kamu yakin Reifan nggak tahu tempat tinggal aku?"
Aditya mengangguk
"Aku jamin, dia belum tahu keberadaan kamu. Kamu tenang saja, aku nggak akan memberi tahu siapapun alamat rumah kamu."
Amira tersenyum.
"Makasih ya Dit. Soalnya aku tidak mau ketemu sama Reifan. Oh ya. Ayo masuk dulu Dit! kita ngobrol-ngobrol di dalam!" ajak Amira.
"Iya Amira."
Amira dan Aditya memang sudah lama saling kenal. Mereka juga dekat karena Aditya adalah asisten pribadinya Reifan. Aditya yang selama ini selalu mengurus semua keperluan Reifan. Mulai dari keperluan kantor sampai keperluan pribadi.
"Duduk Dit. Aku mau buatin kamu minum."
"Tidak usah repot-repot Amira."
"Amira...! Amira...! cepat ke sini Amira...!" seruan dari dalam kamar terdengar sampai ke ruang tamu.
Amira dan Aditya saling menatap. Mereka kemudian buru-buru melangkah sampai ke kamar Kayla.
"Ada apa Bu Ani?" tanya Amira.
"Anak kamu kejang-kejang. Sepertinya dia harus dibawa ke rumah sakit."
Amira terkejut saat melihat Kayla kejang-kejang. Begitu juga dengan Aditya. Dia juga panik saat melihat Kayla kejang-kejang.
"Amira, kenapa dengan Kayla?" tanya Aditya.
"Kayla sakit panas sudah seminggu Dit. Dan aku belum sempat membawanya ke dokter."
"Ya ampun, kenapa kamu biarin aja Kayla sakit seperti ini Mir."
"Aku juga nggak tahu Dit, kalau Kayla akan seperti ini."
"Amira. Ayo cepat! bawa Kayla ke rumah sakit!" ucap Bu Ani panik.
"Iya Bu."
"Aku kebetulan bawa mobil. Kalian bisa naik mobil aku," ucap Aditya.
"Iya Dit."
Aditya buru-buru menggendong Kayla. Dia menggendong Kayla sampai ke mobil.
"Ayo masuk Mir. Kita harus cepat sampai ke rumah sakit!" ucap Aditya.
"Iya Dit."
Amira masuk ke dalam mobil Aditya. Begitu juga dengan Aditya. Mereka kemudian membawa Kayla ke rumah sakit.
Amira dan Aditya menunggu dokter di depan ruang UGD. Beberapa orang perawat dan seorang dokter sedang menangani Kayla di dalam.
Beberapa saat kemudian, seorang dokter keluar dari ruang UGD..
"Dokter, bagaimana kondisi anak saya Dok?" tanya Amira pada dokter yang menangani Kayla.
"Untunglah anda membawa anak anda tepat waktu. Kalau tidak, entahlah apa yang terjadi. Sekarang Kayla sudah bisa melewati masa kritisnya," jawab dokter.
"Sebenarnya Kayla sakit apa Dok?" tanya Aditya.
"Kami belum bisa memastikannya. Tunggu saja hasil labnya keluar."
"Iya Dok. Makasih banyak ya Dok," ucap Aditya.
"Dok, apakah kami sudah boleh menemui Kayla?" tanya Amira.
"Untuk saat ini, Kayla belum bisa ditemui. Tapi kalian tenang saja. Sebentar lagi Kayla sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat."
"Iya Dok."
"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Dokter. Setelah itu dokter pun pergi meninggalkan Amira dan Aditya.
Aditya terkejut saat melihat Amira yang tiba-tiba menangis.
"Amira, kamu kenapa?" tanya Aditya sembari mendekati Amira.
"Aku nggak apa-apa," ucap Amira sembari mengusap air matanya.
"Amira kamu yang sabar ya."
Amira mengangguk.
"Aku belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Kayla. Kayla seperti ini karena aku yang terlambat untuk memeriksakannya ke dokter," ucap Amira sembari menahan tangisannya.
"Kamu tidak usah khawatir. Aku akan bantu kamu Amira."
Amira menatap Aditya lekat.
"Makasih ya Dit kamu sudah mau membantu aku membawa Kayla ke rumah sakit."
Aditya mengangguk.
"Apa Pak Reifan perlu tahu soal ini?" tanya Aditya.
Amira terkejut saat mendengar pertanyaan Aditya.
"Tidak perlu. Tidak usah memberi tahu Reifan soal ini. Kamu tahu kan, kalau hubungan aku dan dia sedang tidak baik-baik saja. Masih banyak kesalahpahaman yang belum kami selesaikan."
"Baiklah aku nggak akan memberi tahu Pak Reifan soal ini. Kita tunggu saja sampai Kayla di pindahkan ke ruang rawat," ucap Aditya.
***