NovelToon NovelToon
LOVED THE OSIS CHIEF

LOVED THE OSIS CHIEF

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Nadia, seorang siswi yang kerap menjadi korban bullying, diam-diam menyimpan perasaan kepada Ketua OSIS (Ketos) yang merupakan kakak kelasnya. Namun, apakah perasaan Nadia akan terbalas? Apakah Ketos, sebagai sosok pemimpin dan panutan, akan menerima cinta dari adik kelasnya?

Di tengah keraguan, Nadia memberanikan diri menyatakan cintanya di depan banyak siswa, menggunakan mikrofon sekolah. Keberaniannya itu mengejutkan semua orang, termasuk Ketos sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Saat Nadia menatap cermin, wajahnya yang penuh dengan luka dan air mata mencerminkan semua yang telah terjadi. Setiap goresan di tangan dan lebam di wajahnya tampak begitu nyata, namun di balik itu semua, ada sorot mata yang penuh tekad. Ia tahu bahwa meskipun kini ia terpuruk, ada kekuatan yang tengah berkembang dalam dirinya, seperti api kecil yang siap menyala.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat. Nadia menoleh, berharap siapa pun yang datang bisa memberikan pertolongan, namun yang muncul di depan pintu kamar mandi adalah Steven, ketua OSIS. Wajahnya tampak serius, dan di tangannya, ia memegang ponsel yang menyala, menampilkan rekaman video yang memperlihatkan kejadian-kejadian mengerikan yang baru saja dialami Nadia.

"T-tunggu, Nadia... aku tidak sengaja merekam semuanya," ucap Steven dengan suara yang sedikit gemetar. Ia menatap Nadia dengan mata penuh penyesalan, menyadari betapa besar dampak dari rekaman itu. "Aku sudah merekam semuanya, dan ini bisa menjadi bukti yang kuat tentang perundungan yang kamu alami."

Nadia menatap Steven, air mata kembali mengalir di pipinya. Meskipun hatinya masih berat, ada rasa lega yang mulai tumbuh, mengetahui bahwa kebenaran akhirnya akan terungkap.

Steven mengangguk, memutuskan bahwa ini saatnya untuk mengambil langkah yang berani. Tanpa ragu, ia mengunggah rekaman itu ke grup sekolah, sebuah grup yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, para guru, dan anggota OSIS. Dalam hitungan detik, notifikasi muncul di ponsel semua orang di sekolah. Pesan itu memberi tahu bahwa sebuah video baru telah diunggah dengan judul “Bukti Perundungan di Sekolah”.

Kepala sekolah, yang sedang duduk di ruangannya, menerima pemberitahuan itu. Saat ia membuka video tersebut, ekspresinya berubah dari rasa ingin tahu menjadi kekhawatiran yang mendalam. Bukannya merasa bangga atas bukti yang dapat membantu pihak berwenang, ia malah semakin khawatir dengan dampak yang akan ditimbulkan setelah kebenaran terungkap.

Sementara itu, seluruh siswa-siswi dipanggil untuk berkumpul di aula. Suasana di sana penuh dengan ketegangan. Para siswa saling berbicara dalam bisikan cemas, berusaha menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Nadia berdiri di barisan paling depan, tubuhnya lemas tetapi matanya menyala dengan semangat yang baru ditemukan.

Ketika kepala sekolah tiba di aula, diikuti oleh beberapa guru dan anggota OSIS lainnya, suasana semakin mencekam.kepala sekolah berdiri di depan, memandang semua siswa dengan ekspresi serius.

"Nadia," panggil kepala sekolah, suaranya tegas namun penuh empati. "Kami ingin mendengarkan apa yang terjadi. Jangan takut untuk berbicara."

Nadia menghirup napas dalam-dalam, merasa seperti beban besar telah mulai diangkat dari pundaknya. Ia membuka mulutnya dan mulai berbicara, suaranya bergetar tetapi penuh keberanian.

"Selama ini, saya selalu merasa sendiri. Tapi sekarang, saya ingin kalian semua tahu apa yang saya alami," kata Nadia dengan suara yang cukup keras untuk didengar seluruh aula. Ia mulai menceritakan semua yang terjadi, termasuk peristiwa di kelas, di mana rambutnya diikat di kursi dan ia diseret keliling kelas tanpa ada yang membantu. Mata-mata para siswa di aula mulai melebar, sebagian terkejut, sebagian merasa bersalah.

Ketika Nadia selesai bercerita, keheningan menyelimuti aula. Tidak ada yang berani berbicara, Cici yang berada di sudut aula dengan ekspresi sombongnya tidak gelisah, tawa sinis nya kembali menyala. Rekaman di ponsel Steven menunjukkan bukti-bukti perundungan yang tak terbantahkan, dan wajah Nadia yang terluka menjadi sorotan.

Kepala sekolah, menatap Steven dengan serius, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Nadia. "Kami akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan, dan ini tidak akan dibiarkan begitu saja."

Nadia menatap Steven, matanya berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Terima kasih. Terima kasih karena akhirnya ada seseorang yang berani mengungkapkan kebenaran.

Tiba-tiba, suasana aula yang awalnya tegang berubah menjadi mencekam ketika pintu utama dibuka dengan keras. Seorang pria berbadan tegap dengan wajah yang tegas dan karisma yang tak terbantahkan melangkah masuk. Pria itu adalah Pak Arhan, pengusaha sukses sekaligus donatur terbesar di sekolah, yang dikenal sebagai figur yang sangat berpengaruh. Ia memandang sekeliling dengan tatapan tajam, lalu menatap ke arah Nadia dan Steven dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Siapa yang berani mengusik putri saya?" suaranya menggema di seluruh aula, penuh wibawa. Dengan langkah mantap, ia mendekati Cici, yang sudah berdiri dengan senyum penuh kemenangan. Cici melirik ke arah ayahnya, mata mereka bertemu, dan dia membisikkan sesuatu yang hanya bisa didengar oleh Pak Arhan.

Pak Arhan menatap putrinya dengan bangga, lalu menoleh ke arah kepala sekolah, yang terlihat cemas. Suasana di aula semakin menegangkan, seolah ada ancaman yang mengambang di udara. Para siswa saling melirik, beberapa dengan ekspresi khawatir, sementara yang lain hanya diam, takut menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Tenang saja, kepala sekolah" kata Pak Arhan, suaranya lembut tetapi penuh arti. "Biarkan saya yang mengurus ini."

Kepala sekolah menelan ludah, tak mampu berkata-kata. Ia tahu bahwa di balik segala yang telah terjadi, Arhan adalah orang yang bisa menghancurkan reputasi sekolah dengan satu kata. Tak seorang pun berani melawan kekuasaan dan pengaruhnya. Namun, di balik ketakutannya, kepala sekolah tahu bahwa ada satu hal yang harus ia lakukan untuk melindungi Nadia.

Sementara itu, Cici berdiri dengan senyum licik di wajahnya, seolah menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung. "Ayah, biarkan aku yang menghadapinya," bisiknya dengan percaya diri. Pak Arhan mengangguk, memberikan persetujuan.

Nadia merasakan degup jantungnya semakin cepat. Meskipun ia tahu bahwa kebenaran ada di pihaknya, menghadapi Pak Arhan, yang dikenal sebagai sosok tak terkalahkan, adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Namun, di dalam dirinya, ada suara kecil yang mengatakan untuk tetap teguh.

"Pak Arhan," kata Nadia dengan suara yang berusaha untuk tetap mantap, meskipun gemetar, "saya hanya ingin kebenaran diketahui. Tidak ada yang harus menanggung penderitaan seperti ini."

Pak Arhan menatap Nadia dengan tajam, lalu mengalihkan pandangannya ke Steven, yang berdiri di belakangnya dengan ponsel yang masih menampilkan rekaman. "Dan kamu," katanya kepada Steven, "apa yang kamu lakukan di sini? Berani-beraninya kamu mencampuri urusan keluarga saya."

Steven menegakkan tubuhnya, walau rasa takut jelas terpancar di wajahnya. "Saya hanya berusaha mengungkapkan kebenaran, Pak Arhan. Perundungan ini tidak bisa dibiarkan."

Di antara bisikan siswa-siswi, Pak Arhan tertawa ringan, tetapi tidak ada kebahagiaan dalam tawa itu. "Kebenaran?" suaranya bergetar dengan nada sinis. "Jangan berpikir kalian bisa mengubah segalanya hanya dengan satu rekaman."

Kepala sekolah menatap Steven dan Nadia, dan kemudian kembali ke arah Pak Arhan, merasa semakin terjepit. Ia tahu bahwa, jika Arhan menginginkan, ia bisa mengakhiri kariernya hanya dalam sekejap. Namun, ada sesuatu di dalam dirinya yang mulai bangkit rasa tanggung jawab yang tak bisa disangkal.

"Pak Arhan," kata kepala sekolah dengan suara yang lebih tegas dari sebelumnya, "kami akan menyelidiki masalah ini. Semua pihak harus didengar, termasuk Nadia."

Pak Arhan menatap kepala sekolah sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Cici. Putrinya masih tersenyum, seolah tak ada yang bisa mengguncang dunia mereka.

1
chipsz🌙
seruuu kak Gultom✨✨✨😆😆 semangattt nulisnya yaaa
chipsz🌙
astagaa😭😭😭 mana aku udah percaya td nadia beneran ktemu steven 😭😭 ternyata mimpi🫵🏻🫵🏻🫵🏻🫵🏻
chipsz🌙
eaaaa 😏😏😏
chipsz🌙
baikkk banget bu gurunya😭😭😭🌸✨
chipsz🌙
cobaaaa kasih tau ke Steven 😭😭😭
chipsz🌙
ingin menggeplak kepalaaa mereka satu2 🙂🙂🙂
chipsz🌙
biasa aja kali, Ci 🙄🙄 julid amat astagaa
chipsz🌙
nadia sakit kah🥺🥺
chipsz🌙
hai kak, aku izin baca 😊✨ sekalian temenan yuk
michiie
cici apaan? cacing kali? kasian woi nadia/Cry/
yanah~
mampir kak 🤗
michiie
kasian nadianya/Sob/
Akumanusiabaikhati
Jangan lupa yah min, singgah juga di cerita baru ku "MY CHOSEN FAMILY"
Akumanusiabaikhati
Lanjut min
semangat
Amira Octavia
ini sekolah ada perundingan yg parah kok g ada tindakan apa2...walau nadia banyak luka ditangan atau wajahnya masak ibunya biasa aja kok jadi sebel sendiri q maaf kk... pulang sekolah sapa ibu masuk kamar tidur pagi lagi hmmm maaf kk
Amira Octavia
jahat banget cici .. apa kau anggap nadia itu binatang... masak g ada yg tau semua kejadian yg menimpa nadia
Dian
Semangat thor, ayo saling dukung mampir jg ke karya aku “two times one love”
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!