> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Menapaki Jalan Baru
Bab 28: Menapaki Jalan Baru
"Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 6)
---
Langkah Pasti Fahri
Hari-hari Fahri di pesantren kini dipenuhi dengan semangat baru. Ia sudah mulai menerima kenyataan bahwa Aisyah bukan lagi bagian dari hidupnya. Namun, meskipun ia telah berusaha untuk ikhlas, masih ada perasaan yang terkadang datang menghampiri. Ketika perasaan itu muncul, Fahri memilih untuk kembali merenung dan mencari kedamaian dalam doa dan dzikir.
Fahri tidak hanya mendalami ilmu agama di pesantren, tetapi juga mulai mendalami lebih dalam tentang hidup dan tujuan sejatinya. Ia menyadari bahwa hidup ini bukan hanya tentang mencari kebahagiaan pribadi, tetapi juga tentang memberi manfaat bagi orang lain.
Selama beberapa bulan terakhir, Fahri banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwah dan berbagi ilmu dengan masyarakat sekitar pesantren. Ia merasa ada kedamaian yang luar biasa ketika bisa berbagi pengetahuan dan membantu mereka yang membutuhkan.
Sebuah Tanggung Jawab Baru
Suatu hari, saat sedang memberikan pengajian kepada sekelompok pemuda, Fahri mendapati seorang pemuda yang tampak gelisah. Pemuda itu bernama Riko, seorang pemuda desa yang baru saja datang ke pesantren untuk belajar. Riko menceritakan tentang hidupnya yang penuh dengan kesulitan dan keputusan-keputusan salah yang telah ia buat.
"Ustadz Fahri, saya merasa hidup saya tidak punya arah. Saya selalu terjerat dalam kesalahan yang sama, dan saya tidak tahu bagaimana harus memulai untuk memperbaiki diri," keluh Riko dengan penuh penyesalan.
Fahri mendengarkan dengan seksama. Ia melihat ke dalam mata Riko yang penuh dengan kebingungan dan rasa bersalah. Tanpa ragu, Fahri berkata, "Setiap manusia pasti pernah jatuh, Riko. Tidak ada yang sempurna. Yang penting adalah bagaimana kita bangkit dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Allah Maha Pengampun, dan selama kita masih hidup, kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki diri."
Riko menunduk, seolah mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Fahri. "Tapi, Ustadz... saya merasa tidak pantas mendapat ampunan," kata Riko pelan.
Fahri tersenyum dengan lembut. "Jangan pernah merasa begitu. Allah tidak pernah membatasi kasih sayang-Nya. Yang kita butuhkan adalah niat yang tulus dan usaha untuk berubah. Semua itu bisa dimulai dari langkah kecil, dan Tuhan akan menunjukkan jalan-Nya."
Riko mengangguk dengan penuh harapan. "Terima kasih, Ustadz. Saya akan berusaha untuk berubah."
Fahri merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan perubahan Riko. Momen seperti ini membuatnya semakin yakin bahwa dakwah dan berbagi ilmu adalah jalan yang benar. Ia mulai merasakan, bahwa meskipun kehidupannya penuh dengan masa lalu yang kelam, ada banyak hal baik yang bisa ia lakukan untuk membantu orang lain keluar dari kesulitan mereka.
---
Menemukan Kembali Keberanian
Beberapa hari setelah percakapan dengan Riko, Fahri mendapatkan undangan untuk menjadi narasumber dalam sebuah acara dakwah di desa yang lebih jauh dari pesantren. Acara tersebut bertujuan untuk memberikan pencerahan dan semangat kepada masyarakat yang tengah dilanda kesulitan hidup.
Fahri merasa ada tantangan baru yang menanti. Meski ia sudah mulai merasa lebih baik, berbicara di depan banyak orang bukanlah hal yang mudah baginya. Namun, ia sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk menyampaikan kebaikan dan membagikan pengalamannya.
Sesampainya di desa, Fahri disambut hangat oleh masyarakat setempat. Mereka semua antusias mendengar ceramah yang akan disampaikan. Fahri merasa sedikit cemas, namun ia mencoba untuk menenangkan dirinya.
Dengan hati yang penuh keyakinan, Fahri mulai berbicara. "Saudara-saudari sekalian, hidup ini memang penuh dengan ujian. Tidak ada yang bisa kita hindari. Namun, percayalah bahwa Allah selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang sabar dan tawakal. Setiap ujian adalah kesempatan untuk kita menjadi lebih baik."
Fahri melanjutkan ceramahnya dengan penuh semangat, mengajak mereka untuk selalu berpegang pada iman dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi masalah hidup.
---
Melepas Kenangan Lama
Setelah acara selesai, Fahri duduk sendirian di sebuah masjid yang tenang. Ia merenung tentang perjalanan hidupnya. Meski ada banyak luka di masa lalu, Fahri merasa lebih damai sekarang. Ia menyadari bahwa, seperti halnya Riko yang ia bantu, dirinya juga harus terus berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hidup di pesantren telah mengajarkannya banyak hal, terutama tentang kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan dalam memberikan manfaat kepada orang lain. Fahri tahu bahwa meskipun perasaan tentang Aisyah masih ada, ia harus belajar untuk melepaskan.
Dalam doanya malam itu, Fahri memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk melanjutkan hidup dan menjalani takdir-Nya dengan lapang dada.
"Ya Allah, aku memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan masa laluku. Berikanlah aku kekuatan untuk terus memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik, demi kebaikan dunia dan akhirat. Aku serahkan segala urusan hidupku kepada-Mu, karena hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui."
---
Fahri menatap langit yang penuh bintang dengan hati yang lebih lapang. Ia tahu perjalanan hidupnya masih panjang, dan banyak hal yang harus ia pelajari. Namun, dengan keyakinan dan ikhlas, ia siap menghadapi apa pun yang Tuhan takdirkan untuknya.
