Struggle Of Lingga Sari

Odong odong terus saja berjalan dan lantunan musik anak anak juga terus terdengar. Windy tersenyum lebar kedua mata nya berbinar binar menoleh ke kiri dan kanan melihat lihat rumah rumah bagus dan toko toko di pinggir jalan. Sesekali dia menggeleng gelengkan kepala nya atau mengangguk anggukkan kepala mengikuti irama musik yang terdengar.

Di saat odong odong berhenti di lampu merah. Seorang polisi datang mendekati Pak Sopir, dan melarang odong odong itu melintas di jalan raya. Pak Polisi mengarahkan odong odong itu lewat di jalan jalan perkampungan yang tidak begitu ramai ..

“Tak apalah yang penting masih jalan jalan..” suara imut Windy dan tetap menikmati perjalanan nya di atas odong odong.

Waktu terus berjalan hingga sore hari tiba.. semakin lama semakin berkurang anak anak dan emak emak yang duduk di atas odong odong itu, karena sudah turun. Hingga akhirnya hanya Pak Sopir dan satu temannya yang ada di atas odong odong itu..

“Orang orang sudah turun semua.. odong odong ini tidak lagi lewat jalan di depan kebun bunga lili tadi ya..” gumam Windy mulai gelisah.

Dan benar di saat hari sudah mulai gelap odong odong pun berhenti di suatu halaman rumah pemilik odong odong itu.

“Sudah tidak jalan lagi odong odong nya. Aku harus kembali ke kebun bunga lili tadi dengan kekuatan ku.” Suara imut Windy.. lalu dia dengan kekuatan nya melayang tanpa dilihat oleh orang orang untuk kembali ke kebun bunga lili.

Akan tetapi Windy sudah mondar mandir di atas udara untuk mencari tempat bunga lili tadi di mana Gotri berada, namun dia tidak menemukan nya..

“Kenapa sudah tidak ada kebun bunga lili dan Kakak Gotri ya? Apa aku tersesat..” suara imut Windy yang kini tampak khawatir dan panik.

“Padahal tadi seperti nya di sini kebun bunga lili itu tetapi kenapa tidak ada ya?” suara imut Windy lagi sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.

Windy mengucek ucek kedua matanya...

“Hiks... hiks.... hiks... aku tersesat...” suara imut Windy sambil terisak isak kedua mata nya sudah mengeluarkan air bening.

Hari sudah semakin larut....

“Tapi sepertinya benar ini tadi tempat nya. Aku ingat kursi dan rumah nya sama persis dan ada papan tulisan itu.” Suara imut Windy sambil menatap tulisan ‘kost tiga gadis manis’

Windy menajamkan pendengaran nya.. sayup sayup dia mendengar suara orang orang bersembahyang dari dalam rumah itu.

“Ada yang sembahyang seperti Ayah kalau sembahyang.. “ suara imut Windy lalu dia memberanikan diri masuk ke dalam rumah itu. Dan tentu saja masih dalam mode tidak tampak oleh manusia.

Saat sudah di dalam rumah Windy melihat dua sosok pemuda tampan sedang khusyuk sembahyang di atas karpet yang terhampar. Windy yang rindu pada Ayah nya pun ikut sembahyang di belakang dua pemuda itu.. Dan Windy terus saja mengikuti dua pemuda itu secara diam diam...

Waktu pun terus berlalu sementara itu Lingga Sari masih berada di dalam hutan masih merawat tubuh kakek yang masih terbaring lemah.. Dia beri minum dan makanan dari bahan bahan yang ada di hutan. Dia obati luka luka yang ada di tubuh kakek dengan ramuan ramuan..

“Kakek rumahnya di mana? Apa Kakek masih punya keluarga?” tanya Lingga Sari sambil menempel ramuan ramuan pada luka luka di tubuh Kakek.

Kakek itu hanya diam saja..

“Kalau kakek masih punya keluarga kalau tubuh kakek sudah membaik saya antar ke rumah.. Karena saya juga akan pulang untuk menemui anak dan suami saya.” ucap Lingga Sari lagi.. karena dia pun masih bertekad untuk mengambil jasad sang suami.

Tetapi kakek itu masih diam saja. Selama Lingga Sari merawat kakek itu, Lingga Sari hanya mendengar empat kosa kata dari mulut kakek yaitu aduh, aku, haus, lapar.

“Kakek belum kuat berbicara ya?” ucap Lingga Sari yang terus merawat luka luka di tubuh Kakek. Kakek itu masih diam saja tidak mengangguk atau menggeleng bahkan kedua matanya pun terpejam ..

“Apa kakek tidur..” gumam Lingga Sari..

Setelah Lingga Sari merawat luka luka Kakek, dia lalu pergi untuk mencari makanan dan minuman di dalam hutan itu. Lingga Sari sudah menemukan sungai di hutan itu. Dia menangkap ikan dan membakarnya dengan api yang dia percikan dari batuan tertentu. Lingga sari mengambil air dan di tempatkan pada buah labu hutan yang keras kulitnya kuat untuk tempat air.

“Di hutan ini aku tidak bertemu manusia lainnya selain kakek tadi. Siapa ya sebenarnya dia, sungguh sungguh manusia atau makluk sejenis aku...” gumam Lingga Sari saat sudah berada di sungai yang sangat jernih airnya..

Sementara itu di lain tempat di desa Luh Sari. Semenjak Windy dan teman teman nya menjaga makam Wanandi. Orang orang suruhan Mona tidak berani lagi datang ke makam.

Mona pun tidak bisa lagi menyuruh sudah menawar kan uang lebih banyak namun tidak ada yang mau.

Dan Mona terus dibujuk oleh orang tuanya untuk segera menikah dan akhirnya Mona pun menerima pinangan Juragan Sukron. Orang paling kaya di desa Luh Sari meskipun usianya sudah hampir setengah abad. Mona rela menjadi istri ke tiga karena dia punya maksud tertentu..

Upacara pernikahan Mona dan Juragan Sukron diadakan sangat meriah, di rumah besar Juragan Sukron. Dua istri Juragan Sukron pun terpaksa harus rela menerima hadirnya Mona sebagai madu mereka, daripada dicerai oleh Juragan Sukron.

Ina dan Amanya Mona juga terlihat bahagia meskipun punya mantu sudah berumur tetapi kaya raya. Mas kawin untuk Mona pun satu kotak perhiasan dan uang dalam jumlah yang banyak buat ukuran masyarakat desa Luh Sari.

“Tidak apa sudah tua tetapi kaya, dan Aku akan punya cucu ada penerus keturunan ku..” gumam Ama nya Mona di dalam hati..

Pesta terus berjalan lancar, bibir Juragan Sukron terus tersenyum sambil menatap tubuh bahenol Mona yang duduk di sampingnya. Juragan Sukron sudah tidak sabar untuk masuk kamar berduaan dengan Mona. Ingin cepat cepat belah duren montok.

Dan akhirnya pesta pun telah usai sepasang pengantin itu cepat cepat masuk ke dalam kamar. Juragan Sukron menarik tangan Mona agar cepat cepat melangkah masuk ke kamar..

“Ayo Sayang ku aku sudah bayar mahal kamu..” ucap Juragan Sukron..

“Sabar Ama.. aku tidak akan menghilang..” ucap Mona yang kesulitan berjalan karena kain yang membalut tubuh bawah nya..

“Jangan aku kamu panggil Ama lah.. panggil Kakak seperti istri istri yang lain hmmm .. kalau kamu kesulitan berjalan biar aku gendong kamu.” Ucap Juragan Sukron dan tidak menunggu jawaban Mona, juragan Sukron langsung menggendong tubuh Mona.

Tidak lama kemudian sepasang pengantin itu sudah berada di atas tempat tidur..

“Suami ku aku mau disentuh dan memberikan kenikmatan kalau Suami ku menuruti kemauanku.” Ucap Mona yang duduk di tepi tempat tidur.

“Apa mau kamu Sayang ku, jangan kamu minta aku menceraikan istri istri ku.. karena syarat aku boleh mengawini kamu aku tidak boleh menceraikan mereka. Aku jadi pusing nanti..” ucap Juragan Sukron sambil menatap wajah Mona.

“Tidak bukan itu mau aku.” Ucap Mona