Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Misteri Dibalik Hilangnya Naya. 2
"Jadi, sampai sekarang dia sudah menghilang sekitar lima tahun." Pak Jatmiko menutup ceritanya.
"Apakah Anda sudah mencarinya ke kota asal Bu Naya?" tanyaku. Pak Jatmiko tidak langsung menjawab. Dia menatap lagi ke arah jendela dimana tadi kami melihat sosok bayangan. Aku mengikuti pandangan matanya. Hei!! Tirai jendelanya terbuka!! Padahal aku tadi menutupnya!! Aku langsung berlari menuju ke dalam rumah itu lagi. Dan menuju ke kamar lantai dua dimana menurut cerita Pak Jatmiko, Naya tinggal di sana.
Aneh. Tirai jendela sudah tertutup lagi. Aku mengeceknya. Dan tidak menemukan tanda tanda adanya seseorang yang baru saja dari sana. Tidak ada jalan untuk kabur selain pintu masuk yang barusan aku lalui.
Tunggu. Kalau lewat balkon?
Aku keluar kamar, dan menuju ke arah pintu yang menuju ke balkon. Lalu memeriksa sekitar balkon. Di sana juga tidak ada tanda tanda adanya seseorang pernah menginjak kaki di balkon. Karena hanya ada jejak kakiku.
Aku menuju ke arah pohon nangka raksasa itu, lalu melongok ke arah bawah. Pak Jatmiko sedang memperhatikan aku. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku, lalu berkata. "Apakah ada seseorang di dalam sana?"
"Tidak ada siapa siapa." jawabku.
"Jadi, sepertinya rumah ini memang angker. Mungkin, Naya pergi meninggalkan rumah ini karena dia tidak kuat karena adanya penampakan kuntilanak."
"Oii!! Aku sendirian di atas sini! jangan menakut nakuti donk!" teriakku kepada Pak Jatmiko yang di sambut tawa terbahak bahak dari dia.
Nex
"Baiklah, Saya pulang dulu. Sudah mulai gelap, aku harus segera pulang, banyak tugas sekolah untuk besok." aku berpamitan saat sudah berada di halaman rumah tua itu. "Rumahku ada di seberang jalan di sana." aku menunjuk ke arah yang aku maksud. "Kalau ada apa apa. Dan Anda butuh bantuan, Anda bisa mampir ke rumah saya."
"Baik. Nanti kalau ada apa apa aku akan ke rumahmu." jawab Pak Jatmiko.
Nex
"Hoi. Elu kemarin kemana? Main ngacir aja." aku memarahi Udin sedunia karena kejadian kemarin. Dia yang sok Sokan. Dia pula yang kabur untuk yang kedua kalinya. Saat ini jam istirahat ke dua di sekolah.
"Kuntilanak!!! Beneran ada kuntilanak!!" serunya sambil menggoyang goyangkan tubuhku. "Elu ga lihat kah?"
"Cuma sekelebat bayangan saja." jawabku enteng.
"Haaa!!?? Elu ga takut?"
"Haa? Takut? Kaga." aku sedikit berbohong. Saat melihat bayangan hitam kemarin, memang agak merinding sedikit. Tapi, tidak seperti merinding ketika berhadapan dengan setan yang dulu hampir setiap hari menghampiriku.
"Hahaha. Elu emang rada sableng ya?" dia berpaling dariku dan mulai berjalan menuju kantin. "Sudah ah. Gua ga mau cari masalah dengan setan. Kapok."
"Haa? Cuma segitu aja Elu sudah takut? Hellow, mana sok jagoan mu kemarin kemarin? Terus, niat kita bikin video dan di upload ke internet?"
"Lakukan sendiri tanpa Gua. Dah, ah. Bodoh amat dengan yang namanya setan." dia tiba tiba berhenti di tengah jalan, sehingga aku menabraknya dari belakang. "Elu beneran ga takut? Elu beneran pernah di tampakin setan sebelumnya? Elu beneran pernah berurusan dengan setan jin demit dan lain sebagainya sebelumnya?"
"Yah, Begitulah."
"Coba ceritakan pengalamanmu!!"
"Ga bisa di jelaskan dengan akal sehat."
"Kejadian kemarin saja sudah di luar akal sehat!" dia menatapku dengan tajam. "Ceritakan semuanya!!"
"Serius? Ga takut?"
"Takut sih sebenernya. Tapi, ada sesuatu yang..." dia diam. "Ah, sudahlah. Lupakan."
"Halah, terserah deh."
Nex
Di kantin, Angga menghampiri aku dan Udin sedunia. "Jadi, kemarin sudah explore ke rumah itu kan?" tanya Angga. "Gimana? Kapan kita bikin videonya?"
"Di sana sudah ada penghuninya." jawabku.
"Maksudnya?" tanya Udin.
"Katanya Elu sudah ga mau tau?" kataku.
"Penasaran." jawabnya enteng. Cih, ini anak ga jelas amat.
"Pak Jatmiko sudah pindah kesana lagi mulai hari ini." jawabku. "Tadi pagi, dia kerumahku untuk meminta tolong membantunya membersihkan rumah itu."
"Yaah. Jadi ga seru nih." kata Angga. "Lalu, gimana di sana? Beneran ada kuntilanak?"
"Bukan kuntilanak. Aku sudah memastikan nya." aku berkata.
"Emangnya Elu bisa menjaminnya? Terus, gimana Elu bisa memastikannya?" tanya Udin.
"Entah, aku sendiri juga tidak bisa menjelaskannya. Tapi... Gimana ya... Kalau ketemu setan, merindingnya itu mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan merindingnya itu benar benar sangat sesuatu. Sedangkan kemarin, walaupun aku sempat melihat sekelebatan bayangan hitam, aku sama sekali tidak merasakan apa apa. Merinding pun tidak. Aku yakin, pasti ada jawaban, atau penjelasan yang lebih masuk akal di sana."
"Aku jadi penasaran nih." kata Angga. "Kapan kamu membantu Pak siapa tadi namanya? Jatmiko? Ok, ok. Kapan kamu akan membantu dia?"
"Nanti setelah pulang sekolah. Saat ini, dia pasti sudah mengirimkan barang barang yang akan dia taruh di rumah itu."
"Ok, nanti aku akan ikut membantu juga."
"Ah, jangan. Tidak boleh. No, no, no."
"Kenapa?" Angga sedikit sewot mendengar jawabanku tadi.
"Aku akan di gaji Pak Jatmiko boy. Kalo Elu ikut membantu. Gajinya bisa di bagi menjadi dua. Gua butuh duit buat bertahan hidup."
"Ok. woles saja. Nanti, duitnya buat Elu semua!" kata Angga sambil mengacungkan kedua jempol tangannya. "Elu Din?"
"Gak. Gua ga ikut ikutan."
"Oh, ya. Mana Dika? Kok ga keliatan dari tadi." aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Dia sedang mendekati cewek tomboi kemarin. Siapa itu, si Lenny Anggraini." kata Angga. "Dia caper banget. Sering membawakan makanan buat dia."
"Ahahaha. Ya sudahlah. Kasihan Lenny, dia sebatang kara seperti aku. Jadi, aku bisa merasakannya. Ok, kalau begitu, nanti setelah ganti baju, Elu langsung ke rumah ya?"
"Beres Bos!!"
Nex
Sepulang sekolah. Angga benar benar datang menjemput ke rumah. "Ngapain bawa bawa handycam?" tanyaku.
"Siapa tahu dapat rekaman penampakan kuntilanak. Hihihi." dia menirukan tawa nona Kunti.
"Tapi, ijin dulu sama pemiliknya rumahnya. Jangan maen rekam rekam. Bisa jadi dia tidak terima, terus tersinggung, terus kita dapat masalah, terus...."
"Halah. Berisik, Gua juga ngerti kok. Ayok, gas Kuen!!"
Nex
"Oh, silahkan. Ga papa kok. Itung itung buat dokumentasi. Asalkan nanti kalau videonya sudah jadi, sebelum di upload ke internet, aku harus melihatnya terlebih dahulu." kata Pak Jatmiko ketika Angga menjelaskan kenapa dia membawa handycam nya, dan niatnya untuk merekam video di rumah itu.
"Terima kasih Pak Jatmiko. Saya juga akan membantu kok, ga cuma merekam video saja." kata Angga. "Oh ya, perkenalkan, nama saya Angga Karisma Permana. Saya teman sekelasnya Riyono Harianto."
"Salam kenal juga. Namaku sepertinya kamu sudah tau kan?" jawab Pak Jatmiko. "Kalau boleh tahu, Mana si tembem kemarin?"
"Oh, si Udin benjol?" Aku menjawab pertanyaan Pak Jatmiko dengan sebuah pertanyaan. Dia, Pak Jatmiko, mengangguk sebagai jawaban. "Dia ketakutan. Kemarin katanya dia melihat ada bayangan hitam di rumah ini."
"Hahaha. Kita berdua juga kan? Dan kita juga sudah memeriksa sekeliling rumah ini. Dan ternyata memang tidak ada apa apa kan?"
"Benar, mungkin kita salah lihat. Korden itu mungkin terlihat seperti bayangan seseorang ketika di lihat dari luar. Rumah ini sangat gelap sih."
Nex
Ketika kami mulai membersihkan rumah, Angga pun mulai dengan kesibukannya sendiri. Dia merekam kegiatan kami. Tapi, saat sudah hampir selesai, dia mulai membantu kami. "Kan sudah janji mau bantu. Eh, kok keterusan enak enakan merekam." katanya sambil nyengir kuda ke arah Pak Jatmiko.
Nex
Semua sudah beres ketika jam dinding menunjukkan pukul setengah delapan malam. Aku numpang mandi di rumah itu. Dan setelah selesai mandi, kami di ajak makan malam oleh Pak Jatmiko. Di saat itulah, Pak Jatmiko memberikan upah yang dia janjikan.
"Nih." Angga memberikan amplop yang di berikan oleh Pak Jatmiko kepadaku. "Sesuai janji."
"Lho? Aku memberikan upah sesuai kesepakatan antara aku dan Dik Riyono kok Dik Angga. Itu jumlahnya sama kok. Ga ada yang lebih banyak atau sedikit."
"Iya Pak Jatmiko, tapi saya sudah janji ke Riyono. Dan, Riyono jauh membutuhkan uang ini ketimbang saya. Dia tinggal sendirian. Dia..."
"Eh, masa? Dik Riyono yatim piatu?" Pak Jatmiko memotong perkataan Angga. Aku mengangguk sebagai jawabannya Pak Jatmiko. "Woalah, kok ga bilang bilang sih?"
"Hehehe, woles pak. Santai saja." Aku beranjak berdiri lalu berniat untuk pamit pulang. "Saya permisi pulang dulu Pak. Terima kasih atas upah dan makanannya. Makanannya sangat enak."
"Benar, saya juga permisi." kata Angga. "Besok harus sekolah. Harus cepat cepat istirahat."
"Ok adik adik. Terima kasih atas bantuannya. Jangan sungkan kalau mau mampir. Kalau perlu bantuan ku. Kalian langsung ke sini saja."
Pak Jatmiko mengantar kepulangan kami sampai di pintu gerbang rumahnya. Dan ketika aku dan Angga berniat untuk pamitan pulang sekali lagi. Saat aku berbalik, dan menatap ke arah Pak Jatmiko. Aku mendapati pemandangan yang sangat di luar Nurul.
Ada sosok pria sedang berdiri dan mengawasi kami dari arah balkon lantai dua rumah itu.