Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 17
Flint masih setia menunggu di depan gerbang masuk rumah mereka. Harusnya sih dia tunggu di dalam rumah saja, tapi entahlah. Yang pasti sepanjang waktu yang terlewat lebih dari tiga puluh menit ini, dia hanya menunggu depan gerbang sambil bolak balik tak karuan.
Flint percaya pada Zayn, kalau lelaki itu pasti dapat mengejar Hasha dan akan membawanya kembali, itu sebabnya ia tidak ikut mengejar. Hanya saja dia tetap khawatir. Bagaimana kalau adiknya tidak main-main dengan ucapannya dan kabur beneran? Bagaimana kalau dia berhasil kabur.
Mang Nurdin yang ada di sana juga merasa tidak enak. Dia ingin bilang yang sebenarnya tapi sudah terlanjur berjanji pada nona-nya. Nurdin pun hanya bisa mendesah panjang.
"Itu non Hasha kembali den!" Seru Nurdin ketika melihat Hasha dan kembali di tarik-tarik sama Zayn.
Flint mengangkat wajahnya, dan cepat-cepat menghampiri mereka. Saking kesal dan khawatirnya ia langsung menoyor kepala Hasha hingga sang adik mendelik tajam padanya. Ekspresi Hasha berubah ciut begitu melihat wajah marah abang tertuanya.
"Kamu kemana hah? Segala mau kabur-kaburan. Kamu pikir kamu mampu hidup sendirian di luar, begitu?"
Wajah Hasha mengerucut dimarahi abangnya. Zayn tidak membela Hasha sama sekali. Dia mengerti kekhawatiran Flint.
"Kalau terjadi apa-apa sama di luar sana gimana? Udah abang ingetin tiap hari kan kalau cewek keluar sendirian malam-malam itu bahaya?"
"Temen Hasha banyak yang keluar malam nggak pernah kenapa-napa." beo Hasha.
"Apa kamu bilang?" Flint berkacak pinggang. Hasha bersembunyi di belakang Zayn, kemudian menyembulkan kepala dari belakang tubuh Zayn dan membalas perkataan abangnya.
"Lagian Hasha nggak bener-bener pengen kabur juga. Hasha pengen makan bakso doang di lorong seberang, hmph!"
Flint melotot.
"Makan bakso?! Kamu tuh ya! Berapa kali abang bilang jangan makan bakso terus, gak baik buat perut kamu."
"Ih, ini salah, itu salah, terus apa yang bener? Sekali-sekali dukung Hasha kek, malah larang-larang. Lagian bakso itu enak bang, jelas dong Hasha makan terus. Kalo nggak enak ngapain Hasha makan coba? Salahin mas-mas tukang baksonya yang bikin baksonya enak banget, jangan salahin Hasha. Kan Hasha cuma makan."
Zayn tertawa kecil. Sudah salah, masih saja melawan. Keras kepala juga calon isterinya ini. Tapi Zayn suka. Dia suka berdebat dengan istri keras kepala dan lucu macam Hasha. Karena menurutnya lebih menantang.
"Ini anak dibilangin bener-bener ya." Flint takjub pada adiknya.
"Jangan berdebat lagi. Kita lagi di gerbang depan. Ayo masuk." Zayn akhir mengangkat suara. Ia kembali menggapai pergelangan tangan Hasha berjalan masuk ke dalam rumah.
"Mang Nurdin,"
"Ia den?" Nurdin menatap anak majikan tertuanya.
"Tolong bantuin parkirin mobil Zayn di dalam. Ini kuncinya." setelah memberikan kunci mobil milik Zayn ke mang Nurdin, Flint ikut masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, papa dan mama mereka tidak berhenti-berhenti menertawakan Hasha, bahkan meledek sang putri yang gagal kabur karena berhasil di kejar Zayn.
"Hasha, Hasha. Lucu banget sih putri mama dan papa ini kalo lagi ngambek. Mau kabur-kaburan segala, kenyataannya cuma pengen makan bakso aja." Hilda mencubit pipi tembem Hasha, sementara yang diledekin sudah memerah sekali pipinya.
Semua meledeknya. Semua menertawakannya. Kalau saja bang Zuho ada di sini sekarang, dia pasti sudah dibelain sama abangnya yang paling ngertiin dia itu.
"Zayn, tante denger dari Flint katanya kamu udah beliin rumah buat kamu dan Hasha tinggal nanti?"
Hilda mengalihkan pembicaraan, menatap lurus ke Zayn.
"Iya tante. Hasha udah aku bawah ke sana kemaren." sahut Zayn mengiyakan sambil sesekali melirik ke Hasha.
Hilda dan suaminya Isaac menyipitkan mata pada putri mereka. Sedang Hasha memasang tampang sebalnya pada Zayn.
"Pa, ada yang katanya nggak mau nikah sama calon menantu kita. Tapi kemaren main ke rumah calon suaminya." ledek Hilda.
"Itu bukan Hasha yang mau, bang Zayn yang bawa Hasha ke sana."
"Ya, ya. Akting aja terus nggak pengen nikah sama babang Zayn kamu. Tapi abang yakin nggak lama lagi akan ada anggota baru yang lahir dalam keluarga kita." timpal Flint. Rasanya Hasha ingin melempar orang-orang ini.
Lalu ponselnya yang berada di atas meja sofa berbunyi. Semua orang menatap ke arah yang sama. Zayn yang duduk dekat Hasha dapat membaca nama si penelepon. Namanya Nita. Hasha cepat-cepat mengangkatnya.
"Iya Nit? Ya ampun, beneran? Terus kamu di mana sekarang? Oh ya udah kalo gitu, aku ke sana sekarang ya. Tunggu aku." setelah bicara panjang lebar Hasha mengakhiri pembicaraan di telpon.
"Siapa?" Flint bertanya mewakili Zayn yang ingin tahu siapa wanita yang menelpon Hasha. Nama Nitha tidak mungkin seorang pria bukan?
"Temen Hasha yang kerja di toko bunga juga. Namanya Nitha. Nitha di serempet motor tapi pengendaranya langsung kabur."
"Ya ampun, jahat banget si pengendara motor itu. Terus keadaan temen kamu sekarang gimana?" matanya bertanya.
"Untungnya nggak apa-apa ma. Kakinya cuma tergores doang. Tapi dia minta tolong sama Hasha buat anterin bunga yang dipesen sama pelanggan. Harus di anterin malam ini katanya."
"Loh kenapa harus kamu sayang? Ini udah malam. Kenapa harus anterin bunga ke pelanggan malam-malam begini? Memangnya pekerjaan di toko kalian itu ada yang sampe malam? Papa nggak ijinin kalau kamu kerja malam-malam begini." kata Isaac menolak putrinya mau keluar.
"Tapi pa, Nitha itu kasian tahu. Dia orangtuanya di kampung, di sini cuma sendirian doang. Terus kos-kosannya itu kecil banget. Makannya pun pas-pasan, kalo dia nggak bisa anterin bunga itu terus dipecat gimana? Hasha pasti bakal merasa bersalah banget. Biarin Hasha pergi ya? Sekalian liat keadaannya Nitha gimana." ucap Hasha memelas. Dia anaknya memang suka kasian, apalagi dia pernah lihat Nitha pernah ambil makanan sisa di tempat sampah terus dia makan. Semenjak itu tiap Hasha masuk kerja, dia selalu ajak Nita makan bareng dan mentraktirnya.
"Tapi papa nggak bisa ijinin kamu pergi sendirian.
"Biar aku yang temenin Hasha om," Zayn angkat suara.
"Nggak, bang Flynn aja!"
"Nggak, nggak. Abang capek. Sama babang Zayn kamu aja sana." tolak Flynn langsung, sengaja memang. Hasha menatapnya dengan tatapan sebal.
"Nggak usah kesal gitu dedek. Lagian babang Zayn kamu udah siap anterin." Flynn mengacak-acak pelan rambut adiknya.
Terpaksa deh Hasha pergi sama si laki-laki mesum yang sebentar lagi akan menjadi suaminya ini. Dia sudah pasrah.
"Hasha mau ganti baju sebentar."
"Pake ganti baju segala, udah cantik gitu juga." kata Flynn heran.
Zayn hanya senyum-senyum. Tentu dia tahu alasan kenapa Hasha mengganti bajunya.