NovelToon NovelToon
Agent UnMasked

Agent UnMasked

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.

Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.

“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.

“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”

“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.

Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”

Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.

Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Aksara Paham

Dalam ruang dingin dan penuh ketegangan itu, Aksara berdiri mematung, menatap layar besar yang terus memutar rekaman-rekaman dari masa lalu. Rekaman yang perlahan menyibak tirai rahasia tentang apa yang sebenarnya terjadi pada orang tuanya. Ingatan-ingatan lama berkelebat di benaknya, bercampur dengan kenyataan pahit yang kini ia hadapi.

Dia memejamkan mata, mencoba mencerna semuanya. Bayangan kedua orang tuanya di dalam tabung kaca tadi tak henti-hentinya mengganggu pikirannya. Tubuh mereka terlihat kaku, terbaring dalam cairan bening yang memantulkan cahaya redup. Ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang tak masuk akal. Apakah mereka masih hidup? Atau... hanya tubuh kosong yang dijadikan alat eksperimen?

"Apa sebenarnya yang terjadi di sini?" gumamnya dalam hati, menggenggam erat kedua tangannya.

Aksara berusaha menyatukan kepingan puzzle yang selama ini berceceran di hidupnya. Keganjilan demi keganjilan yang pernah ia alami mulai membentuk pola. Kepergian orang tuanya secara mendadak, pesan samar yang mereka tinggalkan, dan sekarang ini—penemuan mengerikan tentang keberadaan mereka.

Di layar, rekaman itu menunjukkan momen di mana ayahnya tampak berbicara dengan Paulus, wajahnya penuh kecemasan. Kata-kata yang terucap samar membuat Aksara semakin penasaran. Ia memperhatikan gerak bibir ayahnya, mencoba memahami apa yang sedang mereka bicarakan.

"Proyek ini terlalu berbahaya, Paulus. Aku tidak bisa membiarkan keluargaku terlibat."

"Tapi kau tahu, kita tidak punya pilihan lain. Dunia butuh ini."

"Dunia mungkin butuh ini, tapi keluargaku tidak. Aku tidak akan mengorbankan mereka."

Aksara membuka matanya, napasnya terasa berat. Kata-kata itu menusuk hatinya. Ayahnya telah berusaha melindungi mereka, tetapi sesuatu telah memaksa keadaan berubah.

Di sudut ruangan, Paulus berdiri dengan tatapan puas, seolah menikmati setiap detik kebingungan Aksara. “Jadi, kau mulai mengerti sekarang?” tanya Paulus dengan nada mengejek.

Aksara menatapnya tajam, rasa benci membakar di dadanya. “Kau memanfaatkan mereka. Kau menghancurkan keluarga kami demi ambisimu!”

Paulus mendekat, matanya bersinar dingin. “Ambisi? Ini lebih dari sekadar ambisi, Aksara. Ini tentang masa depan umat manusia. Orang tuamu mengerti itu, dan mereka rela berkorban demi tujuan yang lebih besar.”

“Bohong!” Aksara berteriak. “Mereka tidak pernah setuju denganmu. Mereka dipaksa!”

Paulus tertawa kecil, nada suaranya penuh kepuasan. “Percayalah, pada akhirnya kau akan melihat bahwa semua ini adalah untuk kebaikan. Dan kau, Aksara, adalah bagian penting dari rencana ini.”

Aksara menggeleng keras, menolak kata-kata Paulus. “Aku tidak akan pernah menjadi bagian dari rencanamu yang gila!”

Namun, di balik kemarahannya, Aksara tahu bahwa ia harus tetap tenang. Ia tidak bisa membiarkan emosinya menguasai dirinya. Ia harus fokus, harus menemukan cara untuk keluar dari sini dan membawa orang tuanya bersamanya.

Dia memejamkan mata lagi, membiarkan pikirannya bekerja. Dari semua yang ia lihat dan dengar, ia mulai menyadari sesuatu—ada pola, ada logika di balik semua ini. Keberadaan orang tuanya di tabung kaca itu, rekaman-rekaman masa lalu, dan bahkan cara Paulus berbicara tentang proyek besar ini.

"Mereka membutuhkan aku," pikir Aksara. "Aku adalah kunci dari semuanya. Itu berarti aku punya kekuatan untuk menghentikan mereka."

Sementara itu, di tempat lain, Aliyah masih gelisah. Mimpi buruk yang ia alami tadi malam terus menghantuinya. Oberoi mencoba menenangkannya, tetapi firasat buruk itu tidak hilang begitu saja.

“Aliyah,” kata Oberoi lembut, “aku tahu kau khawatir. Tapi kita harus percaya pada Aksara. Dia orang yang cerdas dan kuat. Dia akan menemukan caranya.”

Aliyah menatap Oberoi dengan mata penuh kekhawatiran. “Aku tahu dia kuat, tapi kali ini rasanya berbeda. Aku merasa seperti ada sesuatu yang sangat besar sedang terjadi, sesuatu yang tidak bisa dia hadapi sendirian.”

Oberoi terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Aliyah. “Kalau begitu, kita harus bersiap. Jika dia membutuhkan kita, kita harus siap untuk bertindak.”

Kembali ke ruangan tempat Aksara ditahan, suasana semakin tegang. Paulus mendekati Aksara, menatapnya dengan mata tajam. “Kau tahu, Aksara, orang tuamu percaya padaku. Mereka tahu bahwa aku adalah satu-satunya orang yang bisa melindungi warisan mereka.”

“Warisan?” Aksara menyipitkan mata. “Apa maksudmu?”

Paulus tersenyum tipis, lalu menunjuk ke arah layar. “Proyek ini adalah puncak dari semua penelitian mereka. Dan kau, Aksara, adalah kunci untuk menyelesaikannya. Darahmu mengandung sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang bisa mengubah dunia.”

Kata-kata itu membuat Aksara terpaku. Darahnya? Apa maksud Paulus?

Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, sebuah suara alarm tiba-tiba terdengar, memecah keheningan. Paulus mengerutkan kening, lalu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk memeriksa situasi.

Aksara memanfaatkan momen itu untuk merenungkan apa yang baru saja ia dengar. "Darahku adalah kunci?" pikirnya. "Apa yang sebenarnya mereka lakukan padaku? Dan apa hubungannya dengan orang tuaku?"

Ia tahu bahwa jawaban atas semua pertanyaannya ada di tempat ini, tetapi ia juga tahu bahwa waktu tidak berpihak padanya. Ia harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat.

Di akhir ruangan, sebuah pintu terbuka, dan seorang penjaga masuk dengan tergesa-gesa. “Tuan Paulus, ada gangguan di sayap selatan. Sepertinya ada penyusup.”

Paulus mengerutkan dahi, lalu berbalik ke arah Aksara. “Sepertinya permainan ini akan menjadi lebih menarik.”

Aksara menatap Paulus dengan tatapan penuh tekad. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang harus ia manfaatkan. "Aku tidak akan menyerah. Aku akan menemukan cara untuk keluar dari sini, dan aku akan menghancurkan rencana gilamu."

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.

Terima kasih.

1
Riezki Arifinsyah
met Knal Thor
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Erik Andika: mampir di channel ku kak kalo berkenan juga
ziear: oke kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!