Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 33
Mina sangat menikmati tidurnya meskipun semalam ia amat kelelahan dan mulutnya sudah berbusa akibat terus menerus mengumpat Foster.
"Hemmm ..." gadis itu merenggangkan tangannya lebar-lebar. Ia senang bisa tidur dikamarnya lagi setelah tiga minggu meninggalkan kamar tercintanya tersebut.
Matanya melirik ke arah jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Lalu dengan malas ia bangun untuk mandi, siap-siap ke kampus. Hari magangnya dikantor Foster hanya tiga hari selama seminggu. Sisanya Kamis Jumat Sabtu, ia menghabiskan waktu dikampus masuk mata kuliah akhir semesternya.
"Untung hari ini kamis, aku nggak perlu kekantor dan bertemu laki-laki playboy itu." gumam Mina pada dirinya sendiri. Matanya menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Ia baru selesai mandi. Setelah merasa penampilan sudah sempurna, gadis itu turun sarapan dan lanjut ke kampus.
Ia ingin refreshing dengan teman-temannya. Melupakan segala kekesalannya terhadap sang kakak ipar.
"Kamu tahu Min, kamu udah bener nggak ikut semalam. Dira mabuk berat dan memaki-maki di bar, bikin-bikin malu. Berani cium orang random lagi. Aku malu banget tahu nggak. Aduh, sampai sekarang aja malunya masih kerasa." tutur Ester. Memang Dira bikin malu banget kemarin. Saat ini ia dan Mina sedang duduk bersama di aula basket sambil menunggu anak-anak basket tanding.
Mina tertawa kecil mendengar cerita Ester.
"Dira baru putus, jadi dia pasti kesal." katanya enteng. Menurutnya sih masih wajar.
Ester sontak menatapnya bingung.
"Kok kamu tahu dia baru saja putus? Kan kamu nggak ikut ke bar?"
Mata Mina berkedip-kedip. Aduh, ia tidak sadar sama sekali ketika mengucapkan kalimat tadi. Otaknya berpikir cepat mencari alasan.
"Mm, sebenarnya aku nggak sengaja liat mereka bertengkar kemaren. Dan Paul minta putus ke Dira." jawabnya.
"Oh, pantesan." Ester manggut-manggut.
"Tapi menurutku mereka berpacaran memang aneh. Paul dari awal emang nggak keliatan ada rasa sama Dira, eh malah tiba-tiba nembak tuh cewek. Malah menurut aku Paul lebih sering curi-curi pandang ke kamu."
Mina langsung salting. Ia menunduk malu. "Ih, jangan ngomong sembarangan gitu Ester. Gimana kalo Dira dengar? Aku takut dia salah paham." ucapnya.
"Salah paham gimana. Nggak apa-apa kali. Biarin aja sih Dira. Dengar, kalo emang benar Paul sukanya sama kamu, dia pasti bakalan mulai ngedekatin kamu. Kamu pasti suka sama tuh cowok juga kan?"
"Hah?" mulut Mina menganga.
"Paul itu cowok paling populer dikampus kita. Wajahnya ganteng banget, dan dari latarbelakang keluarga berada juga. Nggak mungkin kamu nggak suka. Aku aja suka tapi aku tahu nggak mungkin dia mau sama aku. Tapi sama kamu beda. Aku yakin seratus persen Paul suka sama kamu. Jadi kalo dia ajak kamu kencan, terima aja. Kali aja kan kalian emang jodoh." Mina menggeleng-geleng mendengar perkataan Ester, asal banget temannya yang satu ini kalau ngomong.
"Hai," tepat pada saat itu sosok Paul muncul dihadapan mereka. Banyak cewek yang ada di aula menjerit-jerit tertahan begitu melihat keberadaan Paul.
Mina kaget. Ya iyalah pasti kaget. Apalagi mereka tengah membicarakan lelaki itu barusan. Iya juga malu karena merasa diperhatikan oleh orang-orang sekitar. Meski bukan cuma dia yang diperhatikan. Ada Paul dan Ester juga. Dan Paul adalah pemeran utamanya. Mereka mendadak jadi bahan perhatian banyak orang karena pria itu bicara sama mereka. Mina tahu itu.
"Paul, kamu cari Mina?"
Mina mengumpat dalam hati. Ester ini sudah gila apa? Orang-orang kan tahu Paul pacarnya Dira. Kalau tiba-tiba datang cari dia, kan aneh banget.
"Boleh duduk di situ?" alih-alih menjawab Ester, Paul malah minta ijin duduk dekat keduanya. Ester dan Mina bergeser dan Ester dengan sengaja berpindah ke bagian kanan Mina biar Paul duduk bersebelahan dengan gadis itu.
Mina menatap Ester tajam tapi gadis itu pura-pura tidak melihatnya.
"Tenang aja, Dira nggak bakalan hadir hari ini. Dia pasti masih sakit kepala gara-gara mabuk-mabukan semalam." bisik Ester ditelinga Mina. Mina hanya bisa pasrah. Entah ia harus bersikap bagaimana sekarang, ia bingung.
"Kau suka nonton basket juga?" giliran Paul yang berbisik ditelinganya.
"Ya?" Mina balas bertanya. Dibandingkan senang berdekatan dengan Paul, gadis itu malah merasa tidak enak. Paul terlalu dekat. Ia takut ada gosip yang tidak-tidak. Dan perasaannya terhadap pria itu sekarang ... Entahlah. Yang pasti keberadaan Paul tidak membuatnya merasa senang dan leluasa. Di saat ini ia malah kepikiran kakak iparnya.
"Aku bertanya kau suka nonton basket juga?" ulang Paul menatap Mina lekat.
Mina memaksakan seulas senyum.
"Lumayan. Biasanya aku, Ester dan Dira akan ke sini kalau lagi ada jam kosong. Menonton anak-anak basket." jawabnya seadanya. Setelah itu hening. Pandangan Mina lebih fokus ke tim basket yang mulai tanding di depan sana.
Sepanjang pertandingan Paul hanya fokus menatap Mina. Sedang gadis itu lebih fokus nonton basket. Entah sengaja mau menghindarinya atau tidak. Selesai tim basket selesai tanding Mina cepat-cepat berdiri. Ia risih dilihatin yang lain dan ingin cepat-cepat pergi dari situ tapi Ester menahannya.
"Kok cepat-cepat sih Min. Emang kamu mau kemana?" tanya Ester memegangi lengan Mina.
"A ... aku mau ke perpustakaan." sahut Mina beralasan. Matanya menatap Ester dan Paul bergantian.
"Duh Mina, kamu nggak asyik banget deh. Gimana kalo kita ke cafe baru. Aku dengar ada cafe baru buka dekat rumah sepupuku. Tempatnya nggak terlalu jauh kok. Dekat kantor magang kita. Paul mau ikut juga nggak?"
"Boleh." sahut Paul. Jelaslah dia mau.
"Tapi aku ..." Mina ragu. Dekat kantor magang? Itu kan kantor kakak iparnya. Gimana kalo tiba-tiba ketemu kak Foster. Ia kan lagi kesal sama laki-laki itu, tidak mau ketemu dulu.
"Udah nggak usah banyak mikir. Ayo ikut aja." Ester menarik tangan Mina keluar dari situ. Sementara Mina awalnya menolak hanya bisa pasrah. Semoga saja mereka tidak ketemu kakak iparnya.
"Naik mobilku saja." ujar Paul dalam perjalanan menuju luar kampus.
"Nggak apa-apa nih?" tanya Ester. Mina dari tadi hanya diam, membiarkan dua orang itu berinteraksi. Entah kenapa ia kepikiran kak Foster terus sejak tadi.
"Nggak apa-apa. Tunggu aku di gerbang depan ya." ucap Paul lalu berlari pelan ke parkiran.
"Nanti kamu naik didepan ya, biar aku yang dibelakang."
Mina melotot,
"Kok gitu? Aku nggak akrab sama dia Ter, kamu aja yang di depan ya." balas Mina menatap Ester keberatan.
"Udah kamu di depan aja. Kasian Paul dari tadi perhatiin kamu tapi kamu cuekin terus. Aku nggak tega sama dia." Ester bersikeras. Mina masih ingin menolak tapi mobil Paul sudah berhenti didepan mereka dan Ester cepat-cepat membuka pintu bagian depan mobil dan mendorong Mina masuk.