Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sebulan setelah Cessa keluar dari rumah sakit, suasana di rumah keluarga Alvin dan Meyra terasa semakin harmonis. Rheana dan Rey tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan perhatian. Mereka menikmati waktu bersama sebagai keluarga, penuh canda tawa dan kebahagiaan.
Pada suatu pagi, Rey duduk di ruang makan sambil menatap jadwal olimpiade siswa yang akan berlangsung di sebuah universitas ternama. Alvin memperhatikan putranya yang tampak serius, lalu berjalan mendekat dan duduk di seberangnya.
"Siap buat olimpiade, Rey?" tanya Alvin sambil menyeruput kopinya.
Rey mengangguk mantap. "Siap, Pi. Rey udah belajar keras selama ini. Semoga aja hasilnya sesuai harapan."
Meyra, yang sedang menyiapkan sarapan di dapur, menoleh sambil tersenyum. "Mommy dan Papi akan ikut ngantar kamu nanti. Rheana dan Cessa juga mau ikut. Kita semua dukung kamu."
Rey meletakkan jadwalnya di atas meja dan menatap ibunya. "Makasih, Mom. Aku bakal berusaha yang terbaik. Rasanya lebih tenang kalau ada kalian."
Cessa berlari kecil menghampiri meja makan dan memanjat kursinya. "Kak Rey pasti menang! Nanti Cessa yang tepuk tangan paling kencang."
Mereka semua tertawa mendengar kepolosan Cessa. Rheana menepuk punggung adiknya lembut. "Kalau kak Rey menang, kita makan es krim bareng ya."
Rey tersenyum. "Deal. Tapi kalau Rey nggak menang, kita tetap makan es krim."
Pagi olimpiade pun tiba. Alvin, Meyra, Rheana, dan Cessa berangkat bersama Rey ke universitas tempat olimpiade berlangsung. Sepanjang perjalanan, suasana ceria memenuhi mobil mereka.
"Rey, kamu pasti bisa!" ujar Rheana sambil menggenggam tangan adiknya, Cessa.
"Iya! Cessa juga percaya kak Rey hebat!" sahut Cessa polos.
Rey menoleh ke belakang dan tersenyum. "Makasih, kalian semua. Doain aja ya."
Setibanya di universitas, Alvin menepuk bahu Rey sebelum turun dari mobil. "Fokus dan percaya diri. Nggak usah tegang. Papi yakin kamu bisa."
Meyra menambahkan, "Kamu udah kerja keras. Apa pun hasilnya, Mommy tetap bangga."
Rey mengangguk. "Iya, Mom. Doakan Rey ya."
Setelah Rey mengikuti olimpiade, keluarga mereka menunggu hasil pengumuman yang dijadwalkan sore hari. Cessa tertidur di pangkuan Meyra, sementara Rheana sibuk memainkan ponselnya. Alvin sesekali melihat ke arah pintu keluar gedung olimpiade.
Tak lama kemudian, Rey keluar dengan wajah sedikit murung. Meyra segera menghampiri.
"Kenapa wajahnya ditekuk seperti itu, Rey?" tanya Meyra dengan nada lembut.
Rey menghela napas dan berkata lirih, "Rey cuma dapat perunggu, Mom. Rey maunya perak."
Meyra tersenyum lebar dan langsung memeluk Rey. "Good job, Rey! Mommy bangga banget. Ini awal yang baik. Kamu baru beberapa bulan ini belajar serius dan udah dapat hasil yang memuaskan."
Rey menunduk. "Tapi Rey mau perak, Mom…"
Meyra mengangkat dagu Rey, menatap matanya penuh kasih. "Rey, ini pencapaian luar biasa. Mommy tetap di sisi kamu, ada atau nggak ada medali. Apa Rey meragukan Mommy?"
Rey tersenyum kecil dan menggeleng. "Enggak, Mom. Rey percaya 100 persen."
Alvin, yang berdiri di belakang mereka, menepuk bahu Rey. "Papi juga bangga. Perubahan kamu luar biasa. Dari anak yang suka berkelahi jadi anak yang berprestasi."
Rheana meraih tangan Rey dan berkata, "Kak Rey keren kok. Perunggu aja udah bikin kita bangga. Nanti bisa coba lagi kan?"
Rey mengangguk. "Iya, Re. Nanti kak Rey coba lagi."
Mereka pun bersiap pulang, namun sebelum itu, Meyra menerima pesan di grup WhatsApp orangtua siswa. Pihak sekolah mengucapkan selamat kepada beberapa siswa yang meraih penghargaan, dan nama Rey Aditama ada dalam daftar.
Meyra menunjukkan pesan itu kepada Rey. "Rey, nama kamu masuk pengumuman sekolah! Mommy makin bangga."
Rey tersenyum kecil. "Nanti Rey bakal ikut olimpiade lain, Mom. Rey mau tambah pengalaman."
Alvin bertanya sambil tersenyum. "Mau hadiah apa dari Papi, Rey?"
Rey berpikir sejenak, lalu berkata, "Makan malam aja, Pi. Tempatnya terserah Papi. Yang penting makan bareng."
Malam itu mereka makan malam bersama di restoran pilihan Alvin. Suasana penuh gelak tawa dan kehangatan. Cessa bercerita tentang hari-harinya di sekolah, sementara Rheana bercanda dengan Rey tentang olimpiade berikutnya.
Setelah pulang, mereka beristirahat karena besok kembali ke rutinitas sekolah dan kerja.
Saat Meyra dan Alvin masuk ke kamar mereka, Meyra tiba-tiba bertanya dengan nada serius, "Papi, apa nggak masalah kalau Mommy nggak hamil lagi? Apa Papi bakal cari perempuan lain?"
Alvin tertawa ringan dan menarik Meyra ke dalam pelukannya. "Mommy, anak itu nggak bisa kita tentuin. Lagian, tiga anak kita apa nggak cukup?"
Meyra tersenyum tipis. "Mommy cuma pengen tahu. Kadang suka kepikiran aja."
Alvin meraih tangan Meyra dan menatap matanya dalam. "Mommy, Papi nggak akan berpaling ke wanita lain. Malah Papi khawatir Mommy yang bakal pergi dari kami."
Meyra tertawa kecil. "Nggak mungkin, Pi. Anak-anak, meskipun bukan anak kandung Mommy, mereka pusat dunia Mommy. Papi ingat nggak, dulu Papi sering ngancam Mommy pakai anak-anak?"
Alvin tertawa. "Iya, habisnya Papi bingung gimana caranya supaya Mommy peduli sama Papi."
Meyra tertawa lepas. Alvin memeluknya erat dan mencium keningnya. Malam itu mereka meluangkan waktu bersama, hingga tertidur dalam pelu
Pagi harinya, seperti biasa, Meyra mengantar anak-anaknya ke sekolah sementara Alvin berangkat kerja. Di dalam mobil, suasana terasa hangat. Cessa duduk di kursi belakang, sibuk bernyanyi lagu anak-anak, sementara Rheana memainkan ponselnya. Rey duduk di depan, menatap ke luar jendela dengan tenang.
"Kak Rey, nanti di sekolah temen-temen pasti kasih selamat deh!" seru Cessa dengan ceria.
Rey tersenyum tipis dan menoleh ke adiknya. "Iya, semoga aja. Tapi yang penting Rey udah coba yang terbaik."
Meyra melirik Rey sekilas sambil menyetir. "Kamu udah keren, Rey. Mommy bangga banget. Jangan minder, ya."
Sesampainya di sekolah, Rey turun dan melambai ke arah ibunya. "Makasih, Mom. Hati-hati di jalan."
Begitu masuk ke lingkungan sekolah, beberapa teman langsung menyapanya.
"Rey! Selamat ya, bro! Dapat perunggu di olimpiade kemarin!" seru salah satu teman sekelasnya, Dito.
"Iya, keren banget! Rey hebat sekarang," tambah Raka, yang biasanya suka menggodanya.
Rey tersenyum malu-malu. "Makasih, guys. Aku cuma beruntung aja."
"Enggak ada yang namanya kebetulan, Rey. Lu emang pantas dapet itu," timpal Dito.
Teman-teman Rey sudah mulai menerima perubahan Rey. Mereka melihatnya bukan lagi sebagai anak yang suka berkelahi dan membuat onar. Rey sekarang lebih fokus dan banyak membantu teman-temannya belajar.
Saat bel berbunyi, seluruh siswa berbaris di lapangan untuk upacara bendera. Setelah upacara selesai, kepala sekolah berdiri di podium dan mulai mengumumkan para pemenang olimpiade.
"Dan dari sekolah kita, yang berhasil membawa pulang medali perunggu dalam olimpiade dan salah satunya nama rey disebut!"
Sorakan membahana dari barisan kelas X-1. Beberapa siswa bersiul dan bertepuk tangan meriah.
Rey melangkah maju ke depan untuk menerima piagam penghargaan. Setelah itu, ia kembali ke barisan dengan wajah bangga meskipun tetap berusaha meredam ekspresinya.
Saat upacara selesai, Pak Brian, wali kelasnya, menghampiri Rey dan menepuk bahunya. "Selamat, Rey. Untung ada kamu dari perwakilan kelas kita. Kalau bisa di olimpiade berikutnya dapat emas, ya?"
Rey tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha lebih keras lagi."
Ketika Rey berjalan kembali ke kelas, seorang gadis tiba-tiba menghampirinya. Gadis itu adalah Nasya, siswa paling populer di sekolah.
"Selamat ya, Rey! Kamu keren banget kemarin di olimpiade," ujar Nasya sambil tersenyum manis.
Rey mengangguk singkat. "Terima kasih atas ucapannya, Nasya."
Tanpa menunggu lama, Rey melangkah pergi menuju kelasnya. Nasya hanya menatap Rey dari kejauhan dengan sedikit heran.
"Dia kok cuek banget, sih..." gumam Nasya.
Nasya adalah gadis yang sering menjadi pusat perhatian di sekolah. Banyak siswa laki-laki yang mengaguminya, tapi bagi Rey, Nasya justru terasa terlalu agresif. Rey lebih memilih menjaga jarak.
Sejak saat itu, Nasya semakin penasaran. Meski Rey selalu terlihat acuh, Nasya justru semakin tertarik dan mencari cara untuk lebih dekat dengannya. Namun, Rey tetap tak banyak menggubris.
Di kelas, teman-teman Rey terus membicarakan keberhasilannya, dan Rey merasa nyaman dengan perubahan suasana di sekelilingnya. Ia merasa bahwa dirinya perlahan mulai diterima dan diakui, bukan karena kekayaan atau popularitas, tapi karena usahanya sendiri.
---
✨ Halo, Pembaca Setia! ✨
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Dukungan kalian sangat berarti dan membantu saya untuk terus berkarya!
Jika kalian menikmati cerita ini, ada beberapa cara untuk mendukung saya:
🌟 Beri Komentar & Like – Komentar kalian memberikan semangat dan inspirasi bagi saya untuk terus menulis!
🌟 Tambahkan ke Perpustakaan – Dengan menambahkannya ke perpustakaan, kalian membantu meningkatkan popularitas cerita ini.
🌟 Bagikan ke Teman – Cerita ini akan semakin berkembang jika lebih banyak orang tahu!
🌟 Berikan Hadiah atau Tip – Jika kalian ingin mendukung lebih jauh, hadiah dari kalian akan membantu saya secara langsung dan mendorong saya untuk lebih produktif.
✨ Dukungan sekecil apapun berarti besar dan bisa membantu cerita ini mencapai lebih banyak pembaca. Mari kita lanjutkan perjalanan cerita ini bersama-sama! ✨
Salam Hangat dari saya😘😘