Adrian adalah seorang pemuda yang tanpa sengaja mendapatkan kekuatan mata yang super hebat. Selain dapat menembus setiap benda, mata itu juga memberikan Adrian kemampuan medis legendaris dan juga bela diri kuno.
Seketika nasib Adrian berubah dan banyak di sukai oleh para wanita cantik.
Sekilas cahaya keemasan terlintas di mata Adrian.
"Apa ini, mataku mampu menembus pakaiannya," ucap adrian.
Bagaimana kelanjutannya bisa langsung di baca di novel ini ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24 BALAS DENDAM MASTER RANDI
Pria itu bernama bos Rio yang sebelumnya ikut hadir menyaksikan pertandingan Adrian melawan master Wanto dalam judi batu. Pada waktu itu Adrian berhasil menang telak dan mendapatkan banyak batu giok hijau.
"Saya yakin master Adrian pasti akan mendapatkan giok terbaik di sini," sambung Rio memuji.
"Anda terlalu berlebihan, waktu itu aku hanya sedang beruntung saja," balas Adrian sambil tersenyum.
"Haha... master, apa dia pantas," ujar seseorang dari kejauhan membuat semua orang berpaling ke arahnya.
Suara itu berasal dari beberapa orang yang berjalan mendekat ke arah Adrian. Terlihat seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna putih dan Leo Darmawan mulai mendekat. Di belakang mereka di ikuti oleh beberapa pengawal dengan setelah jas berwarna hitam.
Kedatangan mereka ini menarik perhatian orang-orang yang berada di sana.
"Leo, tuan muda group Darmawan juga sudah datang," ujar salah seorang di sana.
"Kalau begitu tetua yang ada di sebelahnya adalah master Randi yang sangat terkenal di ibukota bahkan di negara ini," ujar orang yang lain.
"Di rumorkan master Randi sudah banyak melihat batu, dan pernah membantu menemukan endapan asli, dialah orang hebat yang sesungguhnya," ujar orang yang lain lagi.
Pria tua botak dengan janggut panjang berwarna putih adalah Randi yang di sebut sebagai master dalam dunia batu. Master Randi begitu terkenal di ibukota dengan segala prestasi yang dia buat.
Leo terlihat menggertakkan giginya melihat Adrian yang berada di sana. Adrian sebelumnya telah mempermalukannya di depan umum, kini dia harus membalasnya.
"Siapa kamu, sebelumnya kita tidak pernah bertemu dan aku juga tidak merasa pernah menyinggung mu?" tanya Adrian kepada Randi.
"Kamu tidak menyinggung ku, tapi sudah mencelakai adik seperguruan ku master Wanto dengan sangat menyedihkan," jawab Randi dengan marah sambil menunjuk Adrian.
Master Wanto adalah seorang pria yang telah di kalahkan oleh Adrian dengan sangat telak dalam pertandingan judi batu dahulu. Bahkan Wanto kalah dengan sangat memalukan sekali di depan semua orang. Harga diri Wanto pada waktu itu benar-benar sangat hancur.
"Master Wanto...?" Adrian mulai mengingat wajahnya.
"Oo... orang yang belajar menggonggong itu," ujar Vanesa kepada Adrian yang juga sudah mengingat nya.
Pada saat itu karena Wanto kalah dalam pertandingan maka dia harus merangkak dan menirukan suara anjing sesuai dengan isi dari perjanjian taruhan mereka.
"Diam!" marah master Randi kepada Adrian dan Vanesa.
"Kalian telah membuat adik seperguruan ku jadi bahan tertawaan semua orang, karena emosi dia jatuh sakit dan terbaring di kasur, sekarang dia bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri," sambung Randi.
"Dia layak mendapatkannya," balas Vanesa dengan kedua tangan di pinggang.
"Dia tidak memiliki niat baik dan ingin menjebak kami, apa masih tidak mengizinkan kami untuk membalasnya," sambung Vanesa.
Wanto sebelumnya selama mencari masalah dengan Vanesa dan keluarga Setiawan, untung saja ada Adrian yang membantunya memberikan pelajaran.
"Tidak ada gunanya sekarang hanya banyak bicara," ujar Randi sambil menggertakkan giginya.
"Adrian, apa kamu berani bertaruh denganku?" sambung Randi menunjuk Adrian dan menantangnya.
Terlihat senyuman di bibir Leo karena memang inilah yang dia tunggu-tunggu.
"Jika kamu memang, aku juga akan belajar menggonggong dan mundur dari industri ini," ujar Randi kepada Adrian.
"Jika Adrian kalah bagaimana?" tanya Vanesa.
"Patahkan urat tangan dan kakinya sendiri, menjadi orang cacat sama seperti adik seperguruan ku," jawab Randi.
Adrian yang mendengarnya berusaha menahan tawanya melihat ada lagi orang bodoh yang ingin bertaruh dengannya.
"Ini tidak adil," ujar Vanesa.
Vanesa justru terlihat khawatir dan ragu. Di tambah lagi Vanesa tidak mengetahui kemampuan Adrian yang sebenarnya dan master Randi terkenal begitu sangat hebat.
"Adrian ayo kita pergi, hanya orang bodoh yang mau bertaruh dengannya," ujar Vanesa.
Vanesa meraih tangan Adrian dan hendak menariknya pergi. Namun para pengawal dari Leo langsung menghalangi mereka.
Sontak saja suasana disana mulai terasa tegang. Sebelumnya Adrian telah berhasil menghajar dua pengawal Leo, tapi kini jumlahnya lebih banyak dan Adrian tidak akan gegabah, pikir Leo.
"Vanesa kamu tenang saja, percayakan semuanya kepadaku," ujar Adrian melepaskan tangan Adrian.
Adrian mulai berjalan maju untuk menghadapi Randi.
"Bukankah hanya pertandingan judi batu, aku akan menerimanya," ujar Adrian dengan penuh rasa percaya diri.
"Apa bocah ini sudah gila, dia hendak melawan master Randi yang sudah bertanding ke seluruh negeri dan selalu menang," ujar salah seorang di sana.
"Tampaknya dia sedang cari mati," ujar orang yang lain lagi.
Orang-orang yang ada di sana juga langsung meremehkan Adrian. Mereka berasumsi bahwa Adrian pasti akan kalah dan sedang menggali kuburannya sendiri.
"Adrian kamu tolong jangan menyetujuinya, dia jelas ingin menjebak mu," Vanesa terlihat khawatir.
"Tampaknya kamu begitu sangat peduli sekali kepada ku," ujar Adrian justru menggoda Vanesa.
"Kamu... aku hanya takut terjadi sesuatu kepadamu," balas Vanesa tersipu.
"Kamu tenang saja, aku yang sekarang tidak akan kalah dari siapapun, apalagi judi batu, aku yakin pasti menang," ujar Adrian.
"Baiklah, kamu sudah menerima nya, tidak bisa mengingkarinya di hadapan publik," ujar Randi tersenyum.
"Tentu saja ku tidak akan menyesali, tapi aku masih ada satu persyaratan," balas Adrian dengan sedikit senyuman di sudut bibirnya.
"Jika kamu kalah, dia juga harus ikut berlutut dan belajar menggonggong seperti anjing," sambung Adrian menunjuk ke arah Leo.
Seketika semua orang juga terkejut dengan tindakan Adrian ini. orang-orang menganggap Adrian adalah orang yang terlalu gegabah.
"Darimana datangnya keberanian bocah bernama Adrian ini, apa dia tidak tahu Leo adalah tun muda dari keluarga Darmawan," ujar salah seorang di sana.
"Keluarga Darmawan memiliki bisnis gelap dan terbuka, bahkan keluarga-keluarga besar di ibukota harus berpikir berulang kali bila ingin menyinggungnya," ujar orang yang lain.
Yang orang-orang tidak tahu bahwa Adrian memang sudah menyinggung Leo sebelumnya dan bahkan mempermalukannya. Adrian sama sekali tidak ada rasa takut kepada Leo.
"Bocah, tampaknya kamu memang sudah ingin mati," ujar Leo.
"Orang yang telah menyinggung ku satupun tidak akan ku lepaskan," balas Adrian.
Randi juga mulai mendatangi Leo dan membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Tuan muda Leo, bocah ini sudah takut, makanya sengaja mengeluarkan persyaratan seperti ini," bisik Randi.
"Tuan setuju saja dan tenang, aku sudah mengaturnya dengan baik, bocah ini pasti kalah," sambung Randi berbisik.
Leo juga sangat ingin melihat Adrian kalah dan di permalukan, tapi siapa sangka dia juga menargetkan dirinya.
Dengan kata lain Randi sedang membujuk Leo untuk setuju dengan persyaratan dari Adrian. Jika Randi tidak menyetujui persyaratan dari Adrian maka Randi tidak bisa membalaskan dendam adik seperguruannya. Leo berpikir ini juga merupakan kesempatan yang bagus untuk mengambil keuntungan dari Randi.
"Harus mewaspadai hal yang tidak di duga, jika benar..." ujar Leo dengan penuh maksud.
"Eh..." Randi juga langsung mengerti.
Tampaknya Randi harus mengorbankan sesuatu agar Leo mau setuju dengan persyaratan dari Adrian.
"Aku rela bekerja selama setahun tanpa di bayar untuk keluarga Darmawan, bagaimana?" ujar Randi kepada Leo sambil menggertakkan giginya.
Seperti yang Leo harapkan membuat Randi bekerja untuknya adalah sebuah keuntungan yang besar.
"Baiklah aku sudah setuju dengan persyaratan ini," ujar Leo dengan suara keras.
"Lihat bagaimana kamu akan kalah," sambung Leo menunjuk Adrian.
Kemudian randi membawa mereka semua menuju ke sebuah gudang besar yang berada di tempat itu. Randi seolah mempunyai sebuah rencana tersembunyi di sana.
Pertandingan ini menarik perhatian banyak orang sehingga orang-orang juga mengikuti di belakang mereka untuk melihat siapa yang akan menang.
Begitu pintu gudang di buka terlihat begitu banyak hamparan batu dengan berbagai macam ukuran. Mereka semua juga mulai berjalan masuk ke dalam.
"Aroma di sini bau sekali, tempat apa ini?" ujar Vanesa.