Dalam kehidupan sebelumnya, Xin Yi tidak pernah mengerti. Mengapa Gu Rui, yang disebut sebagai Putri satu-satunya keluarga Gu, selalu membidiknya.
Selalu merebut apa yang jadi miliknya, dan berusaha mengalahkan nya disetiap hal yang ia lakukan.
Tidak sampai suatu hari, Xin Yi menemukan catatan lama ibunya.
Dia akhirnya mengerti, bahwa yang sebenarnya anak kandung Tuan Gu adalah dirinya...
" Xin Yi, matilah dengan tenang dan bawa rahasia itu terkubur bersama tubuhmu. "
Gu Rui membunuhnya dengan kejam, merusak reputasinya, mencuri karya miliknya, dan memfitnah nya sebagai putri palsu yang hanya ingin menipu harta ayahnya.
....
" Tunggu, jadi maksudnya aku adalah Xin Yi itu sekarang.. "
Xi Yi, seorang pemenang penghargaan aktris terbaik selama lima tahun berturut-turut.
Harus kehilangan nyawanya akibat ditikam sampai mati oleh fans fanatiknya.
Dia kemudian terlahir kembali sebagai Xin Yi didunia yang lain.
Dia adalah seorang aktris, mampukah dia berubah menjadi Xin Yi Idol.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Tantangan baru, Tim Lama
Setelah latihan yang melelahkan, Xin Yi memutuskan berjalan kaki pulang untuk menenangkan pikirannya. Malam itu, udara dingin terasa menenangkan, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia menoleh dan mendapati sosok Huo Qian yang berjalan santai dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celananya.
"Huo Qian? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, alisnya terangkat.
Pria itu tersenyum kecil, sorot matanya penuh ketenangan. "Kebetulan aku sedang lewat. Kau pulang sendiri?"
Xin Yi menatapnya curiga. "Kebetulan? Kau tinggal di arah yang berbeda."
Huo Qian mengangkat bahu. "Aku punya firasat seseorang butuh ditemani, jadi aku datang."
"Aku tidak butuh pengawalan," balas Xin Yi tegas, melipat tangan di dada.
Huo Qian terkekeh, langkahnya mendekat. "Aku tahu kau wanita mandiri, tapi dunia ini penuh bahaya. Kau terlalu cantik untuk berjalan sendirian malam-malam begini."
Xin Yi mendengus, tapi pipinya sedikit memerah. "Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Tentu saja bisa," jawab Huo Qian dengan nada menggoda. "Tapi, aku di sini. Anggap saja aku pria baik yang kebetulan ingin menemanimu."
Xin Yi memutar bola matanya, mempercepat langkahnya. "Kalau kau hanya ingin bercanda, lebih baik kau pulang."
Namun, Huo Qian tetap berjalan di sampingnya, senyumnya tak pudar. "Kau tahu, aku tidak biasa ditolak. Jadi, biarkan aku menemanimu. Kau akan terbiasa."
"Terbiasa dengan apa?" tanya Xin Yi, meliriknya tajam.
"Terbiasa denganku," jawab Huo Qian santai, matanya menatap lurus ke depan.
Xin Yi terdiam, hatinya berdebar tanpa alasan yang jelas.
***
Hari selanjutnya, para peserta kembali dikumpulkan di ruang latihan. Setelah tantangan kolaborasi selesai, suasana semakin tegang karena tantangan baru diumumkan: mengaransemen ulang lagu tradisional menjadi sesuatu yang segar dan modern. Kejutan lainnya? Tim baru akan dibentuk berdasarkan hasil undian, tetapi Xin Yi menemukan dirinya kembali bersama tim lamanya: Lu Zhi, Lin Yue, Zao Min, dan Song Mei.
Melihat mereka, Xin Yi tersenyum tipis. “Sepertinya kita berjodoh,” ucapnya santai, membuat Lu Zhi tertawa kecil.
“Kurasa ini pertanda baik,” balas Lu Zhi, yang sekarang jauh lebih ceria dibandingkan sebelumnya. Dia telah menemukan kenyamanan bekerja dengan Xin Yi.
Namun, Lin Yue, si penyanyi terbaik, tampak menggigit bibirnya, gugup seperti biasa. “Aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik…” gumamnya.
“Kalau kau gugup terus, kita tidak akan selesai,” canda Zao Min, si penari terbaik, meskipun matanya mencerminkan sedikit rasa tidak percaya diri yang sama.
Song Mei, dengan ekspresi datar seperti biasa, menatap mereka. “Kalau kalian terus ragu, Xin Yi harus memimpin lagi. Padahal aku ingin melihat sesuatu yang baru.”
Xin Yi terkekeh pelan. “Tidak masalah. Kita akan melakukan ini bersama-sama. Kali ini, aku ingin kalian semua lebih percaya diri. Kita akan membuat sesuatu yang tidak akan dilupakan orang.”
***
Lagu yang mereka dapatkan adalah salah satu lagu rakyat kuno dengan melodi lembut dan penuh emosi. Tapi Xin Yi memiliki ide besar. “Bagaimana kalau kita mengubahnya menjadi sesuatu yang penuh energi? Kita bisa menambahkan elemen R&B dan memasukkan rap di bagian tengah,” usulnya.
“Rap di lagu tradisional?” Lu Zhi menaikkan alis. “Aku suka tantangan.”
“Dan bagaimana dengan vokal tinggi? Itu bisa menjadi klimaks,” tambah Song Mei, mulai menunjukkan semangatnya.
“Bagian tariannya harus kuat juga,” ujar Zao Min. “Aku bisa memikirkan beberapa gerakan modern yang akan cocok.”
Lin Yue mengangkat tangan ragu. “Aku bisa mencoba harmonisasi dengan vokal utama…”
Xin Yi tersenyum lembut. “Bagus. Kita semua punya peran. Sekarang, mari kita mulai.”
***
Mereka mulai berlatih dengan antusiasme baru. Lu Zhi menciptakan lirik rap yang menyatu dengan melodi tradisional, sementara Song Mei memamerkan vokal tingginya yang memukau. Lin Yue, meski gugup, berhasil memberikan harmonisasi yang indah, dan Zao Min mulai bereksperimen dengan koreografi yang menggabungkan gerakan modern dan elemen tari tradisional.
Namun, tidak semuanya berjalan mulus.
“Zao Min, kau kehilangan langkah lagi,” tegur Xin Yi lembut saat mereka mencoba gerakan grup.
Zao Min menghela napas panjang. “Maaf. Aku tahu aku bisa melakukannya, tapi… aku merasa seperti mengecewakan kalian.”
Xin Yi mendekatinya, menepuk bahunya. “Kau penari terbaik di sini. Aku percaya padamu. Jangan pikirkan kegagalan. Fokus saja pada apa yang bisa kau lakukan.”
Zao Min mengangguk, meski matanya masih menunjukkan keraguan.
Di sisi lain, Lin Yue mulai kehilangan nada saat latihan vokal. “Aku tidak bisa…” katanya, hampir menangis.
“Bisa,” potong Xin Yi tegas. “Kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri. Dengarkan aku: suaramu adalah salah satu yang terbaik. Jadi tunjukkan itu.”
Latihan berlangsung hingga larut malam, tetapi mereka tidak menyerah. Perlahan tapi pasti, lagu tradisional itu berubah menjadi karya modern yang memukau, dengan elemen rap, vokal tinggi, dan koreografi yang dinamis.
***
Saat mereka istirahat, Lu Zhi mengambil gitar dan mulai memainkan melodi sederhana. “Kalian tahu, aku dulu tidak pernah berpikir aku akan menikmati ini,” katanya, tersenyum pada Xin Yi.
“Kau hanya butuh tim yang tepat,” balas Xin Yi sambil menyeruput airnya.
“Dan pemimpin yang tepat,” tambah Song Mei, membuat Xin Yi tersipu sedikit.
“Jangan terlalu memujinya. Dia akan menjadi sombong,” canda Zao Min, akhirnya mulai merasa lebih santai.
Lin Yue tertawa kecil, suasana di antara mereka menjadi lebih hangat.
***
Kostum yang mereka pilih adalah hanfu tradisional, pakaian khas Tiongkok yang anggun dan elegan. Hanfu ini terbuat dari bahan sutra halus yang berkilau di bawah cahaya, dengan motif bunga yang rumit dan warna merah marun yang dipadukan dengan aksen emas. Namun, untuk memberikan sentuhan modern, beberapa elemen dari kostum ini dipadukan dengan desain yang lebih kontemporer—seperti aksesoris logam yang menggantung di pinggangnya, dan pita sutra yang mengikat rambutnya dengan gaya yang lebih kekinian.
Di balik kostum yang elegan itu, Xin Yi merasa seperti seorang pejuang dari zaman kuno, siap untuk menghadapi dunia yang penuh tantangan. Namun, dia tahu bahwa penampilannya bukan hanya tentang pakaian, tetapi juga bagaimana dia bisa membawa cerita dan emosi ke atas panggung.
Untuk tema panggung, Xin Yi memilih untuk membawa penonton ke dalam dunia kuno yang penuh dengan keindahan dan misteri. Panggung dirancang dengan nuansa tradisional, dengan latar belakang bulan putih yang besar dan bercahaya. Bulan itu seolah menjadi simbol perjalanan panjang, yang menggambarkan perjalanan hidup Xin Yi sendiri—dari yang sederhana hingga menjadi bintang yang bersinar di dunia hiburan.
Di sekitar panggung, ada dekorasi pohon bambu yang anggun, seolah menciptakan suasana alam yang damai dan penuh kedamaian. Pohon bambu yang tinggi dan ramping ini melambangkan ketahanan dan kekuatan dalam menghadapi segala rintangan. Suasana ini seolah membawa penonton ke dunia kuno yang penuh dengan keanggunan, namun tetap memiliki kekuatan untuk berubah.
Namun, saat penampilan mencapai klimaksnya, dekorasi panggung pun berubah. Bulan putih yang sebelumnya bersinar terang mulai memudar, dan suasana panggung bertransformasi menjadi lebih modern. Cahaya yang lebih terang dan warna yang lebih tajam mulai mengisi ruang, menciptakan kontras antara dunia kuno yang penuh kedamaian dan dunia modern yang penuh dengan semangat dan ambisi.
***
Latihan Terakhir
Selama latihan, Xin Yi sering kali membayangkan bagaimana semuanya akan terlihat. Dia merasa bahwa setiap elemen, dari kostum hingga panggung, memiliki makna yang dalam. Ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi tentang cerita yang ingin dia sampaikan kepada dunia.
Ketika dia berdiri di depan cermin, mengenakan hanfu yang mempesona itu, dia merasakan getaran kuat dalam dirinya. Dia tahu bahwa ini adalah momen yang akan menentukan bagaimana orang melihatnya. Bukan hanya sebagai seorang penyanyi, tetapi sebagai seorang artis yang memiliki kemampuan untuk membawa penonton ke dunia yang dia ciptakan sendiri.
Namun, persiapan fisik dan visual bukan satu-satunya hal yang Xin Yi persiapkan. Dia juga harus mempersiapkan dirinya secara mental. Tantangan kali ini jauh lebih berat, dan dia tahu bahwa persaingan dengan tim Gu Rui akan sangat ketat. Namun, dia tidak takut. Dia merasa percaya diri dengan kemampuannya dan tahu bahwa dia bisa memberikan yang terbaik.
Saat Huo Qian datang untuk memberikan dukungan terakhir, dia melihat Xin Yi berdiri di depan cermin, memeriksa kostumnya dengan penuh perhatian. “Kamu terlihat luar biasa,” katanya dengan senyum tipis.
Xin Yi hanya tersenyum kecil. “Terima kasih. Aku ingin membuat penampilan ini sempurna.”
Huo Qian mendekat, memeriksa kostumnya dari dekat. “Kamu sudah sempurna, Xin Yi. Jangan khawatir tentang apa pun. Yang penting adalah kamu menunjukkan siapa dirimu di atas panggung.”
Xin Yi mengangguk, meskipun hatinya berdebar. “Aku akan melakukannya.”
Saat mereka berdua berdiri di sana, Huo Qian memberikan tatapan lembut padanya. “Aku yakin kamu akan membuat semua orang terkesan.”
Dengan kata-kata itu, Xin Yi merasa lebih tenang. Dia tahu bahwa dia bukan hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya padanya.
Duh siapa itu kak, apa bakal ada penguntit dirumah xin yi?