Di Bawah Umur Harap Minggir!
*****
Salahkah bila seorang istri memiliki gairah? Salahkah seorang istri berharap dipuaskan oleh suaminya?
Mengapa lelaki begitu egois tidak pernah memikirkan bahwa wanita juga butuh kepuasan batin?
Lina memiliki suami yang royal, puluhan juta selalu masuk ke rekening setiap bulan. Hadiah mewah dan mahal kerap didapatkan. Namun, kepuasan batin tidak pernah Lina dapatkan dari Rudi selama pernikahan.
Suaminya hanya memikirkan pekerjaan sampai membuat istrinya kesepian. Tidak pernah suaminya tahu jika istrinya terpaksa menggunakan alat mainan demi mencapai kepuasan.
Lambat laun kecurigaan muncul, Lina penasaran kenapa suaminya jarang mau berhubungan suami istri. Ditambah lagi dengan misteri pembalut yang cepat habis. Ia pernah menemukan pembalutnya ada di dalam tas Rudi.
Sebenarnya, untuk apa Rudi membawa pembalut di dalam tasnya? Apa yang salah dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Periksa Kesuburan
"Terima kasih ya, Sayang. Kamu pengertian sekali," ucap Lina dengan mata berkaca-kaca.
Rudi mengulaskan senyum. Ia menarik istrinya ke dalam pelukan.
Lina begitu terharu saat ia menyampaikan keluhannya yang tak kunjung hamil. Meskipun Rudi tak mempermasalahkan, namun Lina tetap ingin mengusahakan agar dirinya bisa hamil secepatnya. Lina mengajak suaminya untuk konsultasi ke dokter di rumah sakit.
Niat baik Lina disambut baik oleh Rudi. Akhir pekan ini, Rudi memenuhi keinginan Lina untuk memeriksakan kesuburan. Bukan hanya kesuburan Lina, tetapi juga kesuburan Rudi sendiri.
Setibanya di rumah sakit, mereka duduk berdampingan di depan ruang dokter menunggu giliran. Selain mereka, ada pasien lain yang juga sedang menunggu.
Nantinya Lina akan masuk ke ruangan dokter spesialis obgyn, sedangkan Rudi akan diperiksa kesuburannya oleh dokter spesialis andrologi. Ruangan kedua dokter spesialis itu berdampingan. Memang rumah sakit yang mereka datangi terkenal untuk mengatasi masalah kesuburan.
"Loh, ada Rudi di sini!" terdengar sapaan seorang wanita.
Sontak Lina dan rudi menoleh ke arah suara. Tampak seorang wanita cantik berpakaian rapi dengan rok mini bersama seorang pria berwajah oriental dengan mata sipitnya.
"Eh, ada Ibu Christin dan Pak Chang," sapa Rudi yang langsung berdiri memberi salam dengan membungkukkan sedikit badannya.
Lina yang kebingungan ikut-ikutan suaminya berdiri dan menyapa mereka dengan senyuman.
"Apa ini istrimu?" tanya Ibu Christin.
"Benar, ini istri saya, namanya Lina." Rudi memperkenalkan Lina kepada mereka.
Rudi bersalaman dengan keduanya meskipun ia tidak tahu siapa mereka. Tapi, melihat penampilannya, sepertinya mereka merupakan orang kantoran. Mungkin saja satu kantor dengan suaminya.
"Lina, ini Ibu Christin direktur keuangan di kantor, sedangkan Bapak Chang adalah CEO di perusahaan," terang Rudi.
Lina mengulaskan senyum. Akhirnya ia bisa bertemu dengan orang-orang yang sering membuat suaminya itu jarang pulang.
"Rudi ini pekerja yang rajin, makanya dia cepat naik jabatan. Sekarang dia sudah menjadi manajer personalia di perusahaan," puji Ibu Christin.
Lina hanya tersenyum mendengar pujian yang diberikan kepada suaminya. Kalau boleh meminta, dia ingin suaminya menjadi karyawan biasa saja supaya tidak memiliki terlalu banyak beban kerja.
"Ngomong-ngomong, kenapa kalian di sini? Apa ada yang sakit?" sahut Pak Chang yang akhirnya ikut bicara.
Meskipun dia seorang pimpinan perusahaan, tapi dari parasnya terlihat belum terlalu tua. Mungkin usianya kisaran 30an atau menjelang 40an. Begitu pula dengan Ibu Christin yang nampak seumuran. Dari cara berjalanannya sambil bergandengan tangan, sepertinya mereka pasangan suami istri.
"Ah, tidak ada yang sakit. Hanya ingin pemeriksaan kesehatan biasa saja," kilah Rudi.
"Bapak dan Ibu sendiri, kenapa ada di rumah sakit?" tanya Lina.
Rudi sampai terkejut Lina berani bertanya kepada orang yang baru dijumpainya.
"Oh, kami baru saja menjenguk teman yang sedang sakit," jawab Ibu Christin.
"Pasien Ibu Lina Ariana!"
Terdengar suara panggilan dari ruangan dokter spesialis obgyn.
"Sayang, namamu dipanggil," kata Rudi mengingatkan.
"Ah, iya. Ini giliran saya diperiksa. Mohon maaf, saya permisi dulu," pamit Lina.
Ia meninggalkan Rudi dan kedua orang itu lalu masuk ke dalam ruangan. Suaminya tak ikut serta karena harus menunggu giliran untuk cek kesuburan di sebelah.
Di dalam sana sudah ada dua orang perawat dan satu dokter perempuan bernama Dokter Widya. Lina ditanya-tanya banyak hal mulai dari siklus menstruasinya, intensitas berhubungan badan, lama pernikahan, dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan kesuburan.
Setelah melalui serangkaian tes wawancara, dilanjutkan ke tahap USG Transvaginal. Lina harus menahan malu dengan prosedur yang dilakukan. Namun, demi tekadnya untuk mendapatkan keturunan, ia mengenyampingkan perasaan itu.
"Pemeriksaannya sudah selesai, Ibu. Hasilnya bisa diambil dua hari lagi, ya," ucap Dokter Widya.
"Apa sekarang saya boleh keluar?" tanya Lina.
Dokter tersenyum dan mengangguk.
Lina beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan tersebut. Di luar, tampak ada suaminya masih duduk di sana.
"Sayang, kamu belum dapat giliran?" tanya Lina. Ia di ruangan dokter obgyn selama setengah jam tapi suaminya masih di luar.
"Aku sudah selesai, Sayang," ucap Rudi.
Lina mengerutkan dahi. "Memangnya secepat itu?" tanyanya heran. Ia sendiri perlu diwawancarai banyak hal sebelum tindakan pemeriksaan.
Rudi mengangguk. "Aku hanya diminta mengeluarkan bibit, setelah itu disuruh keluar. Katanya hasil bisa diambil dua hari lagi," tuturnya.
"Memang bisa langsung keluar, ya?" tanya Lina penasaran.
"Sambil nonton film panas tadi, Sayang. Sekalian membayangkan kamu, jadi cepat keluar," kata Rudi seraya mencubit hidung Lina dengan gemas.
Lina hanya tersenyum kikuk. Ia masih tidak menyangka suaminya bisa mudah mengeluarkannya. Padahal kalau diajak berhubungan, untuk membangunkan alat tempurnya saja sangat susah.
"Setelah ini, kamu mau kemana, Sayang? Hari ini aku akan mengikuti kemauanmu," ucap Rudi.
Lina merasa berbunga-bunga. Jarang-jarang Rudi bisa punya banyak waktu untuknya.
"Aku mau jalan-jalan ke mall!" ajaknya.
"Oke!" kata Rudi.
Benar saja, Rudi langsung membawa Lina ke Mall setelah pulang dari rumah sakit. Lina sangat bahagia sampai menempel terus sepanjang jalan. Lina bergelayut manja pada lengan suaminya. Seolah ingin memamerkan kepada semua orang bahwa ia memiliki seorang suami yang sempurna.
Lina mengajak Rudi masuk ke toko baju tidur. Ia membeli beberapa yang menurutnya bisa memancing gairah suaminya. Ia juga mengajak Rudi ke toko tas bermerk. Harganya mahal-mahal. Tapi, Rudi seperti orang yang uangnya sangat banyak. Lelaki itu membebaskan Lina mengambil tas yang harganya puluhan juta.
"Loh, bukanya itu Dara?" gumam Lina saat tatapan matanya tiba-tiba menangkap sosok seorang wanita yang seperti Dara.
"Mana?" tanya Rudi penasaran.
"Itu loh, yang sedang berdiri di dekat pintu lift!" kata Dara seraya menunjuk ke arah yang dimaksud.
Keduanya menatap dengan fokus ke arah sana. Benar saja, wanita itu memang Dara. Akan tetapi, Dara tidak sedang bersama Trian, melainkan bersama seorang lelaki berseragam polisi.
Rudi dan Lina saling berpandangan. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Apalagi melihat Dara yang dengan bahagiannya bergelayut manja pada sosok lelaki berseragam itu. Bahkan Dara dan lelaki itu berani berciuman bibir di tempat umum.
Tak lama kemudian, Dara dan lelaki itu masuk lift. Lina dan Rudi tak bisa melihat mereka lagi.
"Sayang, Dara selingkuh, ya? Apa perlu kita adukan pada Trian?" tanya Lina.
"Jangan ... Itu bukan urusan kita. Kalau nanti kita ikut campur, takutnya kalau ada masalah kita akan terbawa-bawa," tegur Rudi.
"Tapi, kasihan Trian. Dia tidak tahu kalau istrinya selingkuh. Padahal di rumah dia sudah sabar karena istrinya tak pernah mau memasak. Ternyata istrinya sibuk selingkuh," guman Lina.
Rudi mengernyitkan dahi. "Kok kamu tahu kalau Dara tidak pernah memasak?" tanyanya heran.
Lina kebingungan. Ia tak sengaja keceplosan.