WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Zeefanya
"Kenapa tiba-tiba aku merasa tidak tenang. Apa mungkin hanya perasaan ku saja." Gumam Emile yang tengah mencuci gelas.
Baru saja selesai mengelap tangan, dering ponselnya berbunyi. Emile mengangkatnya namun sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah. Dia langsung melepaskan baju kerjanya dan mengambil tas. Ia berlari tanpa menghiraukan rekan kerjanya yang penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
"Emilee kau mau kemana heii!!" Teriak Viona.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin terjadi sesuatu?" Kata Reyhan dengan menatap Viona.
Emile menggunakan tangga darurat karena liftnya rusak. Dia tetap berlari tanpa memperdulikan keselamatannya.
Brukkkkk....
"Ahh maaf saya tidak sengaja." Ucap Emile dengan berlalu pergi.
"Tuan kau tidak papa?" Tanya Daniel ketika melihat raut wajah bosnya berubah menjadi menyeramkan.
Emile menyetop taksi dan langsung pergi menuju rumah sakit karena dia mendapatkan kabar jika kondisi adiknya tiba-tiba memburuk.
Sampai di rumah sakit, Emile berlari menuju ke ruangan adiknya di rawat, namun saat ingin menerobos masuk, suster menahannya dan membuat dia terpaksa menunggu di luar walaupun sebenarnya dia sangat ingin melihat adiknya.
"Biarkan aku masuk sus. Aku ingin melihat adikku." Kata Emile dengan memohon.
"Saya tahu nona tapi untuk sekarang pasien tidak bisa di ganggu dulu karena kondisinya masih menurun. Dokter sedang menanganinya jadi mohon bersabar nona." Kata suster yang membuat Emile menutup wajahnya dengan air mata yang sedari tadi sudah tidak bisa dia tahan.
"Tapi bagaimana dengan adikku.!!" Bentak Emile
"Kami tengah berusaha nona jadi bersabarlah dan tunggu dengan tenang." Kata suster dengan menenangkan Emile.
Beberapa saat kemudian setelah cukup lama menunggu, dokter Ken keluar membuat Emile langsung berdiri dan memberikan seribu pertanyaan.
"Nona tenanglah. Bisa kita bicara sebentar." Kata dokter Ken dengan melepas maskernya.
Mereka menuju ruangan dokter Ken dan membicarakan bagaimana keadaan Zeefa
"Secepatnya nona Zeefa harus menjalani operasi transplantasi ginjal." Kata dokter Ken yang membuat Emile terkejut bukan main.
"Apakah maksud dokter adik saya gagal ginjal kronis stadium akhir?" Tanya Emile dengan syok.
"Ya benar. Jika nona ingin, saya ada kenalan dokter yang menawarkan ginjal yang masih berfungsi dengan baik " kata dokter Ken.
"Lakukan yang terbaik dok, secepatnya." Kata Emile tanpa berfikir panjang.
"Tapi dengan biayanya tidak murah nona." Kata dokter Ken.
"Tidak masalah dok, lakukan operasi secepatnya saya akan segera melunasi biayanya." Kata Emile.
"Baiklah nona bisa bertanda tangan di sini dan menuju ke resepsionis untuk lengkapnya." Kata dokter Ken yang membuat Emile langsung menandatangani.
"Terimakasih dok. Saya mohon secepatnya ya dok." Kata Emile
"Baik nona." Jawab dokter Ken dengan tersenyum.
Saat ini Emile seperti tidak memiliki tenaga sama sekali. Dia berjalan dengan langkah lunglai menuju ke resepsionis.
"Permisi." Kata Emile dengan nada lemasnya.
"Iya nona ada yang bisa saya bantu." Kata resepsionis dengan ramahnya.
Emile menyerahkan berkas tadi yang sudah dia tanda tangani kemudian bertanya berapa biaya operasi adiknya.
"Dengan nona Zeefa.... sebentar saya periksa dulu." Ucap resepsionis
"300 juta nona." Kata resepsionis yang membuat Emile terkejut bukan main
"300 juta??" Tanya Emile yang masih syok.
"Benar nona. Bisa jadi lebih karena itu belum termasuk dengan obat-obatannya." Kata resepsionis.
"Baiklah terimakasih." Kata Emile dengan berlalu pergi.
Sungguh sekarang dia sangat bingung harus mencari uang sebanyak itu dari mana. Memang gaji menjadi wanita malam banyak tapi tidak sampai ratusan juga. Paling banyak dia mendapat hanya 5-10 juta dalam semalam. Mengandalkan gaji cleaning servis pun tak cukup.
"Aku harus secepatnya mendapatkan uangnya tapi bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu cepat." Ucap Emile dengan frustasi.
Dia melihat adiknya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit membuat dia tak mampu menahan tangisnya lagi. namun menangis bukanlah solusinya dia harus tegar dan mencari uang yang banyak dalam waktu singkat.
"Emile ayo semangat aku yakin kau bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu dekat ini " ucap Emile dengan menyemangati dirinya sendiri.
"Sayang kakak pergi dulu. Kakak berjanji secepatnya kakak akan membawa uangnya dan kau akan kembali pulih seperti dulu. Kau harus bertahan demi kakak." Gumam Emile dengan menghapus air matanya.
Pukul 5 sore, Emile sudah siap dengan gaun kurang bahannya. Dia sengaja berangkat lebih awal agar mendapatkan banyak clien. Dia menatap dirinya di depan cermin sebelum akhirnya dia menelpon sahabatnya yang juga seorang dokter spesialis.
"Ana kau masih punya banyak stok bukan. Aku membutuhkan banyak. Terimakasih aku akan kesana." Kata Emile dengan mematikan panggilannya.
Mobil yang dia pesan sudah menunggu di depan rumah kecilnya. Dia keluar dari rumah dengan langkah yang terburu-buru.
"Lihatlah wanita murahan itu. Pasti dia akan bermain dengan pria hidung belang lagi." Kata para tetangga Emile yang memang sudah biasa terdengar di telinga Emile namun Emile hanya menanggapinya dengan senyum ramahnya.
"Sore Tante." Kata Emile yang membuat perkumpulan ibu-ibu itu berbisik-bisik.
Bagi Emile mendapatkan hinaan dan cacian dari para tetangganya sudah menjadi makanan sehari-harinya. Kadang dia berfikir bukan dirinya yang salah tapi takdir yang terlalu jahat padanya.
Emile menuju ke rumah sahabatnya dan mengambil barang dari sana. Emile menceritakan semuanya pada Ana apa yang terjadi pada adiknya. Sebenarnya mereka belum lama kenal namun keduanya sudah sangat akrab seperti sahabat dan dari sini Emile mulai terbuka dengan masalah hidupnya.
"Apa kau gila Emile!!!" Seru ana dengan terkejut.
"Aku tidak punya pilihan lain. Keselamatan adikku nomor satu bagiku." Kata Emile
"Aku punya uang bisa kau pakai dulu tapi tidak sebanyak itu. Aku tidak mau kau mengambil resiko besar seperti ini mil." Kata Ana.
"Tidak perlu aku sangat berterima kasih padamu karena kau sudah membantuku selama ini. Aku pergi dulu." Kata Emile dengan mengambil tasnya dan pergi.
"Jaga dirimu jika ada sesuatu yang terjadi kau bisa langsung menghubungi ku." Teriak Ana.
"Byeee...." Kata Emile dengan melambaikan tangannya.
Saat sampai di club, ia langsung bergabung bersama yang lainnya tidak seperti biasanya duduk di sofa dan menunggu pria mendatanginya.
"Tuan kau sangat tampan." Kata Emile dengan berbisik di telinga salah seorang pria yang terlihat masih muda.
"Ahh benarkah...kau juga sangat cantik nona." Balas pria itu dengan tersenyum nakal.
"Ahhh jangan disini tuan." Kata Emile ketika tangan nakal pria itu mulai menyentuh area sensitifnya.
"Ahh yaa mau ikut denganku?" Tanya pria itu dengan tersenyum nakal.
Emile mengangguk dan pria itu menggandeng agar pergi ke salah satu kamar yang ada di club tersebut. Tentunya hanya pelanggan VIP saja yang bisa tidur di kamar itu.
Sampai di kamar Emile di lemparkan ke ranjang sementara pria itu mulai melepaskan bajunya.
"Tuan aku sangat haus. Bisakah kau ambilkan air minum di dalam tasku." Kata emile dengan suara manjanya.
Pria itu hanya mengangguk saja kemudian mengambilnya. Namun sebelum dia meminumnya, pria itu sudah meminumnya lebih dulu. Emile hanya tersenyum manis saja.
"Ahhh kenapa disini rasanya sangat panas." Kata pria itu
"Ayo kita mulai." Kata Emile
"kepalaku rasanya sangat pusing. Tapi tidak akan membuat ku lemah. Tenang saja nona cantik akan ku buat kau menjerit kenikmatan malam ini..." Ucap pria tadi dengan memulai menyentuh tubuh Emile namun baru beberapa sentuhan pria itu sudah terkapar di samping Emile tidak sadarkan diri.