Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab
Tapi ternyata saat ini dirinya sedang mengancingkan kemejanya. Ia menatapku tapi aku tidak membalasnya. Aku membantunya mengancingkan sisa kancing. Lalu memakaikan dasi di lehernya, kemudian memakaikannya jas. Setelah itu membantunya menyisir rambut dan menyemprotkan parfum yang di berikan asisten Leo. Setelah selesai, aku akan kembali ke luar kamar.
Namun tanganku di cekal olehnya. Ia menarikku dan memelukku.
"Jangan diamkan aku!"
Aku diam saja.
"Aku benar-benar menyesal. Apa yang harus aku lakukan agar kau mau memaafkanku?"
Aku menghela nafas pelan dan mengurai pelukannya.
"Sudah jam 8, sebaiknya kita berangkat ke kantor." kataku. Tapi ia menggeleng kan kepalanya dan berjalan mendekati pintu lalu menguncinya
Dimas berlutut di bawahku dan memegang kedua lenganku. Matanya merah dan berkaca-kaca. Aku menggigit bibir bawahku menahan agar tak menangis.
"Bangunlah!" kataku dan menarik tangannya. Namun ia menggeleng.
"Tidak, sebelum kau memaafkanku. Aku menyesal Anna, aku menyesal!" katanya. Aku lihat airmatanya berlinang.
5 tahun mengenal Dimas, aku belum pernah melihatnya menangis. Bahkan saat mama jatuh dari tangga, tidak membuatnya menangis. Tapi kali ini dia menangis, mungkin benar dirinya telah menyesalinya.
Entah mengapa hatiku belum bisa memaafkannya. Sangat sulit melupakan perbuatannya beberapa tahun lalu. Tapi cintaku padanya memaksaku untuk memaafkannya dan memberikannya kesempatan kedua. Mungkin aku akan memaafkannya, tapi untuk kesempatan kedua. Aku akan menahannya, aku ingin melihat kesungguhannya.
"Aku sudah memaafkan mu. Bangunlah."
"Benarkah? Kau memaafkanku Anna?" tanyanya dengan bibir tersenyum. Aku mengangguk dan menarik kedua tangannya. Setelah berdiri, ia langsung memelukku erat.
"Terimakasih Anna! Aku berjanji tidak akan pernah membiarkan orang lain meracuni pikiranku lagi. Aku akan mempercayaimu lebih dari apapun. Aku kapok Anna." mendengar ucapan terakhirnya membuatku mengulum senyum.
Aku mengangguk dan membalas pelukannya. Ia kembali menciumku kali ini ciumannya lembut dan perlahan, tidak seperti tadi yang menggebu dan menuntut.
Aku membalasnya dengan ikhlas dan hati berbunga-bunga. Semoga keputusanku tidak salah, setelah memberikan maaf untuknya. Aku mempertimbangkan kebahagiaan Yessa, karena selama ini dirinya selalu menanyakan keberadaan daddy-nya.
"Sudah!" kataku setelah memaksanya melepaskan ciumannya.
Ia tersenyum dan mengangguk lalu mengelap bibirku yang basah. "Kita berangkat bersama!" katanya. Aku mengangguk setuju dan tersenyum.
Kami keluar kamar bersama-sama dan masuk ke kamar Yessa. Gadisku sudah bangun dan mandi, saat ini sedang di gantikan pakaian oleh Dewi.
"Mommy, Daddy!" katanya dengan raut wajah tak percaya. Mungkin ia heran karena melihat Mommy dan Daddy nya masuk ke kamarnya. Biasanya saat dia bangun tidur, aku sudah tidak ada di rumah.
"Ya sayang, Yessa sudah mandi ya?" Dimas mendekati putrinya dan mencium pipinya yang bulat.
"Daddy dan mommy!" katanya lagi. Sepertinya Yessa masih heran melihat Daddy dan mommy nya datang ke kamarnya bersama-sama.
"Yessa heran ya. Karena masih ada Mommy saat Yessa sudah bangun tidur, terlebih ada Daddy juga!" kataku. Aku mengambil sisir rambut dari Dewi, dan menyisir rambut panjang milik Yessa.
Mendengar perkataanku, Yessa mengangguk. Aku tersenyum dan menoleh kearah Dimas. Dimas merangkulku dan membawa ku juga Yessa kedalam pelukannya.
"Nanti Mommy akan selalu berada di rumah menemani Yessa, Yessa senangkan. Kalau Mommy selalu bersama Yessa?" kata Dimas.
Yessa menatap sang Daddy dengan wajah bahagia. "Yessa mau Mommy di rumah sama Yessa!"
"Kalau begitu, secepatnya Daddy akan cari pengganti Mommy di kantor. Agar Mommy di rumah saja menemani Yessa." mendengar perkataan Dimas aku menatapnya.
"Kenapa begitu?" tanyaku tak suka.
"Kamu nggak suka bisa menemani Yessa setiap hari. Mulai sekarang, semua kebutuhan kalian, itu menjadi tanggung jawabku. Aku yang akan memenuhinya. Kamu tidak perlu bekerja lagi. Cukup mengurus Yessa dan melayaniku saja." katanya. Pipiku terasa panas mendengar pernyataan terakhirnya.
"Ya sudah, Yessa sarapan sama mbak Wi dulu ya. Mommy dan Daddy pergi kerja dulu." Kataku, aku menyerahkan Yessa pada Dewi yang sejak tadi menjadi obat nyamuk.
Yessa adalah anak yang pintar, ia langsung mengangguk tanpa ada drama merengek dan tantrum.
Dimas menciumi leher Yessa berkali-kali hingga Yessa tertawa karena kegelian.
"Mas! Sudah ayok. Sudah siang." ajakku.
"Iya sayang. Yessa, Daddy dan Mommy pergi dulu ya. Nanti siang Daddy dan Mommy pulang, setelah itu kita ke istana Playground mau?"
"Mau! Yeeee!" Yessa berteriak girang mendengar ajakan sang Daddy.
Kami meninggalkan Yessa bersama Dewi dan bik Mar menuju ke kantor. Menggunakan mobil Dimas.
Sepanjang jalan Dimas menggenggam tanganku, bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum.
"Mas, apa gigimu tidak kering senyum terus menerus." kataku.
"Ha ha ha. Kamu ini lucu sekali." Dimas meraih tubuhku dan mencium keningku. Untung saat ini masih berada di lampu merah.
"Kau tau, seberapa bahagia aku saat ini. Aku rasanya ingin berteriak dan memberi tahukan semua orang jika aku sudah berbaikan dengan mantan istriku, dan memiliki putri yang sangat cantik."
"Hmm! Aku juga senang."
"Kita rujuk ya." Dimas menatapku serius.
"Aku akan melihat kesungguhan mu. Jika memang kau sungguh-sungguh. Aku tidak akan menolak!"
"Baiklah, aku akan menunjukan kesungguhanku. Tak ada alasan jika nanti aku mengajakmu rujuk. Jika tidak, aku terpaksa akan menghamilimu."
Aku mendelik kan mataku dan memukul lengannya.
Plak
"Hamil Yessa saja aku di buang!" jawabku menyindirnya.
"Sayang, aku kan sudah meminta maaf. Tolong jangan ungkit lagi masa lalu. Aku tidak bisa merubah masa lalu, sebanyak apapun aku menyesalinya. Yang aku bisa membuat masa depan kalian bahagia bersamaku!"
"Iya-iya! Aku bercanda."
"Jadi bisakah kita membuat adiknya Yessa secepatnya!"
Plak
Aku memukul pahanya. Karena kesal mendengar perkataanya.
"Hahahah! Baiklah! Aku akan menunggumu sampai dirimu sendiri yang memintaku."
"Tidak akan! justru dirimu yang akan memaksaku."
"Kau benar! Kalau begitu kita ke hotel saja sekarang, tidak usah ke kantor!"
"Maaas!"
"Hahaha! Aku hanya bercanda." ia mengusap pucuk kepalaku. dan kembali menggenggam tanganku lalu menciumnya.
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢