NovelToon NovelToon
Cincin Raja Tiga Dunia

Cincin Raja Tiga Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kaya Raya / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Seorang pengangguran yang hobi memancing, Kevin Zeivin, menemukan cincin besi di dalam perut ikan yang tengah ia bersihkan.

"Apa ini?", gumam Kevin merasa aneh, karena bisa mendengar suara hewan, tumbuhan, dan angin, seolah mampu memahami cara mereka berbicara.

"Apakah aku halusinasi atau kelainan jiwa?", gumam Kevin. Namun perlahan ia bisa berbincang dengan mereka dan menerima manfaat dari dunia hewan, tumbuhan, dan angin, bahkan bisa menyuruh mereka.

Akankah ini berkah atau musibah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkah atau Musibah

Kevin terus meniup ke arah air kolam seperti orang bodoh di pandangan orang lain. Namun ia sudah biasa dianggap bodoh ataupun gila.

"Wah, lumayan lah untuk sekarang", batin Kevin yang melihat cekungan singkat di permukaan air seperti baru saja dilempar kerikil.

"Kalau pakai udara sudah bagus, berarti kalau pakai benda padat seharusnya lebih kuat efeknya", gumam Kevin.

Setelah berlatih dua jam, Kevin sudah mampu lebih kuat dalam memfokuskan udara dengan mulutnya, sehingga bentuk cekungan di permukaan air kolam nampak lebih dalam sebelum menutup kembali.

"Ah, capek juga dari tadi tiup-tiup terus", lirih Kevin lantas meminum air mineral miliknya.

Kevin pun mengikuti lomba memancing dan menyembunyikan kemampuannya, khawatir dituduh curang. Ia hanya menggunakan kemampuan untuk menyaingi juara bertahan lomba memancing lokal di sana, di mana jumlah peserta hanya 100 orang termasuk dirinya.

Kevin merasa sedikit bosan karena ikan yang didapat tidak menjadi miliknya kecuali dibeli. Saat penimbangan telah usai, Kevin sengaja kalah satu kilogram saja sehingga dinyatakan hanya meraih rangking dua dan hadiah 5 juta.

Kevin bergegas pergi karena banyak pasang mata nampak iri dengan uang yang dimilikinya.

"Sebaiknya aku melatih teknik kecepatan cheetah ku ditambah dorongan angin", gumam Kevin yang beruntung, arah angin tidak melawannya.

Bertahap, pemuda itu berlari semakin cepat. Tentu saja ia lebih memilih rute di dekat sungai agar tidak menabrak orang lain jika memilih rute jalan raya. Karena kecepatannya, sandal jepit baru itu pun putus. Namun Kevin tidak peduli dan terus berlari dengan sangat lincah hingga mencapai rekor 80km per jam, jauh lebih cepat daripada rekor pelari tercepat di dunia.

"Hufh hufh hufh", nafas Kevin terengah-engah setelah berlari selama 10 menit, jauh meninggalkan area pemancingan.

"Aduh! Lelah sekali", keluh Kevin lantas merebahkan diri di rerumputan. Ia merasa durasi larinya begitu singkat, namun memuaskan untuk sementara.

"Kalau aku sudah mengerti cara mengendalikan arah angin, pastinya aku bisa berlari lebih lama dan lebih cepat dari cheetah asli sekalipun", benak Kevin yang tengah tersenyum puas. Kini uang yang ia miliki 5 juta lebih sedikit, lumayan untuk makan di warung saat malas memasak ikan.

"O iya, aku kan masih punya banyak jambu", lirih Kevin lantas segera memakan jambu yang ia simpan dalam tasnya sembari memancing.

"Yah, di sini tidak ada mujaer kesukaanku", keluh Kevin setelah memeriksa, hanya menemukan nila, lele, dan ikan-ikan kecil saja. Pemuda itu pun beranjak pergi setelah lelahnya sirna.

Selama perjalanan, Kevin melatih teknik menembak dengan mulut. Hanya saja, ia menggunakan biji jambu air yang sengaja ia kumpulkan untuk amunisi. Kevin memadatkan udara, melapisi biji jambu dan menyasar pepohonan di sekitarnya.

"Bagus! Kukira cuma ilusiku saja", ucap Kevin yang melihat biji itu menembus batang pohon pisang hingga tembus total dan mampu menembus kulit pohon randu hingga 2cm dalamnya.

"Mungkin kalau aku pakai biji salak atau sawo, efeknya akan lebih kuat", pikir Kevin karena asumsi biji itu lebih keras.

Saat berjalan dengan raut wajah bahagia, Kevin melihat seekor tupai.

"Hei, tupai! Kemari!", Kevin ingin belajar komunikasi yang menguntungkan. Nampak tupai itu hanya berada di tempatnya, mengabaikan panggilan Kevin.

"Apa kau tidak mengerti ucapanku?", Kevin heran.

"Aku paham. Tapi kenapa aku harus mematuhimu?", tupai itu nampak berbicara tapi tidak bisa didengar telinga manusia lainnya. Namun Kevin jelas paham maksud ucapan tupai itu, sama sekali tidak menganggap Kevin sebagai sosok yang layak dipatuhi.

"Hm, benar juga", Kevin lantas terdiam, mencoba mencari dalam ingatannya.

Dengan kesadarannya, cincin yang semula menghilang, kini muncul kembali di jari manisnya. Hanya saja, warnanya sekarang begitu menarik. Cincin coklat gelap dengan banyak manik mengitari cincin berwarna jingga layaknya ujung api.

"Saya patuh, tuan", tupai itu tiba-tiba mendatangi Kevin dan menunduk patuh setelah melihat cincin di jari Kevin.

"Wah, ajaib!", pikir Kevin, merasa bahagia. Namun ia sengaja menjaga wibawanya.

Kevin mencoba mencari tahu, apa saja hal yang ada di sekitar sini. Mungkin ada yang bisa menarik perhatiannya.

"Baik lah, antarkan aku ke tempat itu!", Kevin memerintahkan tupai itu agar menunjukkan arah ke tempat yang ia curigai menyimpan benda berharga di dalam tanah.

Sekira 500 meter, mereka tiba di pinggiran hutan, tepat di satu pangkal pohon kelapa yang nampak kering.

" Apa benar di sini? ", Kevin tidak yakin dengan ucapan si tupai yang mendapat kabar dari tikus tanah yang bersarang di bawah pohon kering ini.

Saat Kevin menempelkan tangan di batang pohon itu, Kevin mendengar bahwa tikus ini membuatnya kesulitan menyerap nutrisi. Di mana tikus itu membawa beberapa barang ke sarang dan menghalangi akarnya, bahkan merusaknya karena si tikus juga merusak akar.

"Bisa kah kau bawa barang-barang itu? Dengan akarmu?", Kevin mengira, akan semudah itu bagi pohon untuk menggerakkan akarnya semudah menggerakkan ranting dan dahan.

"Maafkan saya tuan. Kemampuanku sangat terbatas. Tanpa kekuatan tambahan, saya tak bisa melakukannya", pohon kelapa tua itu nampak tak berdaya.

Kevin terdiam sejenak. Ia mengingat bahwa pemilik cincin sebelumnya bisa mengumpulkan energi alam dan menyalurkannya ke tumbuhan, hewan, atau pun angin untuk mengendalikannya.

"Oh, pantas saja aku tak bisa membalikkan arah angin", Kevin bergumam.

"Ke mana tikus itu sekarang?", Kevin hanya bisa meminta bantuan si tikus tanah untuk membawa keluar barang-barang yang dibawanya ke bawah akar.

"Dia masih pergi tuan. Biasanya malam ia akan kembali", sahut si pohon kelapa kering.

Kevin pun memilih duduk bersandar ke pohon dan menyuruh si tupai pergi. Ia ingin mempelajari cara mengumpulkan energi alam itu.

"Huh, ternyata tidak mudah ya", gumam Kevin yang mencoba mengikuti tuntunan dalam ingatannya. Ini seperti penggunaan chakra.

Kemampuannya hanya sebatas menyerap dan langsung mendistribusikan setelah disimpan di dalam sel tubuhnya. Ia tidak memiliki dimensi khusus yang bisa menampung banyak energi layaknya baterai.

"Ya, apapun itu, kucoba saja", Kevin bergumam dan mencoba mengaplikasikan apa yang baru saja ia pelajari.

Kevin mencoba mengambil energi dari udara, elemen yang paling umum dan sudah sedikit ia pelajari. Setelah merasa cukup, ia mengalirkan energi itu ke batang pohon.

"Terimakasih tuan", ucap si pohon kelapa, kini bisa menggerakkan sedikit akarnya yang telah mengikat banyak benda yabg dibawa si tikus tanah.

Kevin tersenyum puas. Ia mengulangi hingga sepuluh kali. Kini ia bisa melihat banyak "sampah" di permukaan tanah.

"Apa ini emas?", Kevin memungut tujuh benda berkilau kuning dan mengujinya.

"Wah, sepertinya ini memang emas", Kevin merasa yakin setelah menggores permukaan benda itu dengan batu keras dan tidak terjadi perubahan warna di tempat goresan.

"Kubawa semua ya ini", Kevin meminta izin kepada si pohon kelapa. Hatinya begitu senang dan yakin ia akan jadi jutawan dadakan sekarang. Bahkan ia merasa akan sulit menghabiskan uangnya nanti.

"Tentu saja, tuan. Terimakasih atas kekuatan yang tuan berikan sehingga sampah-sampah ini bisa terangkat dan bahkan aku merasa semakin segar sekarang", si pohon kelapa nampak sangat senang. Benar-benar simbiosis mutualisme.

"Eh, apa ini?", Kevin melihat satu benda berwarna ungu, nampak seperti batu mulia yang berkilau. Bukan kilaunya yang menarik, namun ini seperti punya energi sejenis dengan yang ia kumpulkan dan salurkan ke dalam pohon.

"Apa ini media penyimpanan energi?", Kevin tidak berniat memodifikasi tubuh untuk menampung banyak energi seperti legenda para kultivator. Bagi manusia moderen, tidak terlalu penting menjadi sekuat itu. Kevin pun menyimpan tiga batu sejenis berbeda warna dan melangkah pergi.

1
Swb Taro
lanjut thor
Swb Taro
oc lanjut thor
D'ken Nicko
semangat thor
D'ken Nicko
emang ga da bimbingan menjadi kultivator di ingatan mc ?
Swb Taro: yu d lanjut thor
Tabuut: Sayangnya bukan kultivator ini bang. Sejenis kisah pewaris kekuatan raja sulaiman
total 2 replies
D'ken Nicko
masih blm ktemu arah mau kemana alur cerita ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!