NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Tengkleng Sapi

“Sastra … aku ….” Ratri tak percaya dengan apa yang pria itu lakukan. “Jangan,” ucapnya lagi, diiringi gelengan samar.

“Kenapa? Aku hanya berterima kasih.”

“Ta-tapi … tapi tidak seperti ini. Maksudku ….” Ratri menggigit pelan bibir bawahnya. 

“Kurasa tak masalah. Mencium tangan seorang wanita bukan suatu pelecehan. Lagi pula, aku melakukannya karena satu alasan yang jelas. Aku menghormati dan mengagumimu.”

“Ah, tidak!” tolak Ratri tegas, seraya menarik paksa tangannya. “Kamu pikir, aku tidak mengerti apa-apa? Aku bisa memahami bahasa tubuhmu!” tegas wanita cantik berambut pendek itu. Ratri segera melepas sabuk pengaman. “Hentikan! Aku turun di sini saja.”

“Ayolah. Jangan konyol,” tolak Sastra. 

“Kamu yang konyol, Sastra!” sergah Ratri. “Mulai saat ini, menjauhlah dariku!” Nada bicara serta sorot mata Ratri teramat serius. Kemarahan terlihat jelas dari paras cantiknya.

“Ratri ….” Sastra berusaha menjelaskan sesuatu. Namun, dia tak tahu harus berkata apa. Tak mungkin dirinya mengakui telah terobsesi begitu dalam terhadap Ratri. Apalagi, dalam situasi seperti itu. 

Satu-satunya yang bisa Sastra lakukan adalah membiarkan Ratri pergi. Dia tak bisa mencegah, bahkan ketika Ratri membanting pintu mobil. Sastra terdiam sejenak sambil memperhatikan langkah wanita itu, sebelum akhirnya keluar dari kendaraan. 

“Tunggu, Ratri!” cegah Sastra, tidak terlalu nyaring. Dia berjalan cepat, berusaha menyusul Ratri yang tak menghiraukannya. 

“Ratri.” Sastra yang sudah mendekat, langsung meraih tangan wanita itu, lalu sedikit menariknya hingga berbalik. 

“Apa mau kamu sebenarnya?” Ratri menunjukkan raut tak suka. 

“Aku pun tidak tahu,” jawab Sastra. “Aku hanya terpesona, setelah bertemu langsung denganmu. Selama ini, aku hanya melihatmu sekilas lewat video call. Itu juga jika kebetulan.”

“Apa masalahnya? Aku tidak harus selalu bergabung dalam perbincanganmu dengan Elia.”

“Ya.” Sastra terdiam sejenak, dengan tatapan terus tertuju kepada Ratri. “Sayangnya, aku terus memikirkanmu,” ungkap Sastra tanpa ragu. 

“Brengsek!” umpat Ratri.

Sastra mengangguk samar. “Ya. Aku memang brengsek.”

“Kalau begitu, menjauh dariku!” tegas Ratri, meskipun cukup pelan.

Kali ini, Sastra menggeleng pelan. Dia juga tidak melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Ratri. “Bagaimana jika aku menolak?”

“Dasar gila!” maki Ratri berani. 

Bukannya marah, Sastra justru tersenyum lebar. Entah apa yang membuatnya terlihat senang. 

“Lepaskan aku, atau kamu akan menerima akibatnya!” gertak Ratri. 

“Apa? Kamu akan menghajarku seperti yang dilakukan kepada para berandal di gang itu?” tantang Sastra enteng. “Lakukan saja.”

Namun, Ratri tak juga melakukan tindakan apa-apa. Dia hanya menatap tajam pria tampan di hadapannya. Makin lama, sorot mata wanita bertubuh langsing itu berubah. Tatapan Ratri melunak. Akan tetapi, dia langsung memalingkan muka. “Aku dan Elia berteman,” ucapnya pelan, tanpa menoleh.

“Aku tahu. Namun, aku tidak peduli,” balas Sastra. “Kedengarannya sangat jahat. Akan tetapi, aku tak suka bermain-main dengan perasaan sendiri. Bukankah itu membuat kita tidak nyaman?” 

“Jangan sok tahu,” bantah Ratri.

“Ayolah, Ratri. Aku bisa membaca makna tatapanmu padaku.”

“Itu tidak berarti apa-apa!" sanggah Ratri tegas, seraya menatap tajam Sastra.

Sastra menanggapi dengan senyum kalem. Dia tetap tenang menghadapi kemarahan Ratri. Baginya, ini merupakan saat yang tepat, untuk mengungkapkan segala perasaan yang mengganggu dalam beberapa hari terakhir. 

“Teruslah membantah. Aku tidak akan memaksamu untuk berkata jujur. Lambat laun, kamu akan tersiksa sendiri karena perasaan itu. Kita lihat sampai kapan kamu bisa bertahan,” tantang Sastra. 

Ratri tidak menanggapi. Dia kembali memalingkan muka karena tak kuasa melawan tatapan Sastra. 

“Aku akan membiarkanmu sekarang. Tak ada paksaan untuk menunjukkan perasaan yang kamu tutupi. Namun, saat kamu mulai lelah berpura-pura, maka aku akan meminta satu ciuman sebagai pertanda dari kekalahanmu.” 

Sastra melonggarkan cengkramannya dari pergelangan tangan Ratri. Dia bahkan melepaskan, kemudian mundur beberapa langkah. 

“Berlarilah, Ratri. Kamu bisa berusaha menghindar sejauh mungkin. Namun, kupastikan itu tak akan lama.” Sastra tersenyum kalem, lalu mengedipkan sebelah mata. 

Lain halnya dengan Ratri. Dia menatap pria itu dengan sorot tak bersahabat, lalu berbalik. Ratri memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

"Kamu yakin tidak ingin kuantar sampai tempat kost?" Suara Sastra masih terdengar jelas, berhubung Ratri belum terlalu jauh.

Ratri menoleh, lalu mengacungkan jari tengah kepada Sastra. Tanpa memberikan jawaban, dia bergegas pergi dari sana.

"Luar biasa. Aku menyukainya," gumam Sastra, disertai senyum menawan.

Bagi Sastra, pertemuannya dengan Ratri bagaikan angin segar, di kala kebosanan melanda hubungan yang selama ini dijalani dengan Eliana.

Sebenarnya, tak ada masalah yang berarti dalam hubungan yang sudah terjalin selama dua tahun itu. Namun, sikap Eliana yang begitu berhati-hati dan seakan takut membuat Sastra kecewa, menjadikan pria tampan 31 tahun tersebut jadi bosan. Tak ada tantangan yang berarti dan memberi warna baru.

Jika bagi sebagian orang hubungan jarak jauh terasa menakutkan karena rawan pertengkaran, yang terjadi pada Sastra dan Eliana justru sebaliknya. Ikatan kasih mereka selalu terjaga, bahkan teramat datar.

'Aku suka berpetualang dan mencari tantangan baru'.

Kalimat itu memang tidak sejalan dengan apa yang Sastra jalani selama ini.

Di sisi lain, Ratri mulai merasakan kegalauan luar biasa. Dia tak mengerti, kenapa Sastra bersikap seperti itu padanya.

"Ya, Tuhan. Dia sangat tampan dan menawan. Dia juga ...." Ratri menggeleng kencang, menolak pikiran nakal tentang Sastra. "Jangan bodoh, Ratri! Dia pacar Eliana," tegurnya pada diri sendiri.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Ratri sudah tiba di tempat kost. Dia langsung mengempaskan tubuh ke matras. Tatapannya lurus tertuju ke langit-langit kamar. Pikiran Ratri pun melayang tak menentu hingga beberapa saat.

Ingatan Ratri beralih pada kondisi sang ayah. Baru saja mengambil telepon genggam untuk menanyakan kabar terbaru ayahnya, terdengar ketukan di pintu.

"Permisi. Makanan," seru seorang pria, tidak terlalu nyaring

Ratri menautkan alis. Dia tidak merasa memesan apa pun. Ratri bangkit, lalu mengintip dari lubang kunci. Benar saja, dirinya melihat kurir di depan pintu.

"Dengan Mbak Ratri?" tanya kurir itu sopan.

"I-iya," jawab Ratri ragu.

"Ini, Mbak." Kurir itu menyodorkan kresek putih berukuran sedang.

"Berapa, Mas?" tanya Ratri karena tak tahu harga makanan itu.

"Sudah dibayar, Mbak," jawab sang kurir. "Permisi," pamitnya, kemudian berlalu dari hadapan Ratri yang masih terpaku di ambang pintu.

Sesaat kemudian, Ratri kembali ke dalam untuk memeriksa makanan yang dikirimkan kepadanya. "Ya, ampun," gumam wanita muda itu, diiringi embusan napas pelan.

Dikeluarkannya seporsi tengkleng sapi beriku nasi hangat. Tak lupa, dia juga membaca tulisan pada secarik kertas, yang dilipat sederhana.

'Jangan makan nasi goreng terus, Non.'

Dari sana, Ratri tahu siapa pengirim makanan itu. "Sastra," sebutnya lirih.

1
ɪʙᴀ🅳🅰ʜᴘᴇɴᴇ🅽ᴛʀᴀᴍᴊ🅸ᴡ🅰
rasakannn gantian kamu yang akan dimangsa karma dibayar kontan karena menyakiti Ratri
Afri
makanya .. kalau udah d larang sastra itu d dengar ratri ..
taukan ela itu pemain drama
Anellakomalasari: Hehe, lanjut, Kak
total 1 replies
Dwisya12Aurizra
Kayaknya bakal ada yg pindah kelainan hati 🤭
octa❤️
duh..berat ni keknya ..
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
Afri
siapa yg ngirim foto itu ??
apa prama yaa
☹️☹️
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
octa❤️
aduh..makin meresahkan aj kayaknya si abang sastra yaa
Afri
kata kata yg d pilih bagus .. ceritanya jg bagus
betkelas dech pokoknya
octa❤️
hmmm..benar dugaan bg sastra
Afri
apa Ptam kekasih gelap elia
Afri: d tunggu
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir. Lanjut ya, Kak 🤗
total 2 replies
Widi Yanti
cerita nya keren. selalu bikin penasaran
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir 🥰🤗
total 1 replies
octa❤️
emmm..ap maksud bg sastra ini ya..
Anellakomalasari: Biasa, Kak 🤭
total 1 replies
Anna Kusbandiana
jangan sampai mama Laras itu mamanya Ratri....uhh tak terbayangkan....
Anna Kusbandiana
sayup2 terdengar bait lagu dari kafe

" ternyata baru kusadari sirnanya hatimu yg kau simpan untuknya

aku cinta kepadamu,aku rindu dipelukmu

namun ku keliru t'lah membunuh cinta dia dan dirimu... oh...ohh..ohhh"

😅😅😅😘✌
Anellakomalasari: Lanjutkan, Kak 🎵🎵🎵
total 1 replies
octa❤️
emm si abang nyosor terus..
jangan2 emaknya ratri ibu tirinya sastra...
Anellakomalasari: Biasa, Kak. Masih anget
total 1 replies
octa❤️
makin g terkendali ni bang sastra..ckckck..kuatkan hatimu ratri..hehehe
Anellakomalasari: Terlalu kuat godaannya, Kak
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
Luar biasa
Yuyun Yuningsih Yuni
aaah.....
Yuyun Yuningsih Yuni
ya ampun ratriiiii...jgn mau deh d jadiin selingkuh...sahabatmu lagi
Anellakomalasari: Atuda gmn? Sastra terlalu menganukan
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
ketauan elia juga gpp,,
Yuyun Yuningsih Yuni
tega ini othornya,,hhhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!