Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.
Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.
Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.
"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.
Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"
"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.
Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Zeo, sekolah yang bener. Setelah lulus, kamu harus langsung kuliah. Jangan pikirkan soal biaya. Biar Kakak yang mengusahakan segalanya. Kamu harus jadi manusia sukses dan berguna. Jangan seperti Kakak! Satu hal lagi, jangan dulu cinta-cintaan. Karena hal itu sering kali merusak konsentrasi dan impian! Ngerti 'kan adik kecilku yang manis?!"
"Ok Kakakku yang cantik! Aku akan menjadi seperti yang Kakak impikan. Aku akan menjadi arsitek seperti cita-citaku. Nanti, aku akan bangun rumah impian kita Kak!"
"Iya, aamiiin! Semoga cita-citamu tercapai ya, Dek! Semangat!"
Obrolan masa lalu pengantar tidur itu berputar-putar di kepala Zeona. Dia kira akan bisa meraih cita-citanya dengan gampang dan tanpa rintangan.
"Kak, maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi apa yang Kakak inginkan. Aku, terpaksa melakukan ini demi Kakak kembali tinggal bersamaku." Zeona menatap pantulan wajahnya di dalam cermin yang tergantung di kamar mandi. Tempat dirinya berada saat ini.
Satu jam yang lalu, dia dan Anjelo telah resmi menjadi sepasang suami istri.
Anjelo membawanya ke rumah seseorang yang katanya adalah rumah orang kepercayaannya yang bernama Eric.
Karena Zeona sudah tidak punya orang tua dan keluarga, maka wali nikahnya diserahkan kepada wali hakim yaitu seorang ustaz yang tak lain adalah Ayahnya Eric.
Anjelo mengucap ijab qabul dengan lantang di depan Pak Ustaz Wibowo (Ayah Eric). Eric dan Ari (Kakaknya Eric) sebagai saksi.
Setelah ijab qabul itu terucap. Anjelo mengajak Zeona pergi. Bukan ke hotel tadi, melainkan ke apartemen mewah yang berada di dekat pantai.
"ZEONA! APA YANG KAMU LAKUKAN DI DALAM SANA?! KELUAR SEKARANG! SAYA INGIN MENGAMBIL HAK SAYA SEBAGAI SUAMI KAMU!" Teriakan dari luar pintu kamar mandi tersebut membuat seluruh tubuh Zeona gemetaran. "KALAU KAMU TIDAK KELUAR JUGA ... SAYA TIDAK AKAN MEMBANTUMU MEMBEBASKAN KAKAKMU DARI TEMPAT HINA ITU!" Terkesiap dengan jantung yang berdentam hebat.
Zeona lekas menanggalkan kemeja dan celana jeans yang melekat di tubuhnya. Menggantinya dengan pakaian tipis yang tadi diberikan Anjelo kepadanya. Dia membasuh muka dan menggerai rambutnya lalu menyisirnya sampai rapi.
Kini, tubuh rampingnya terbungkus lingerie berwarna merah menyala yang membuat dirinya seperti perempuan penggoda. "Tuan Anjelo sudah menjadi suamiku dan sudah menjadi kewajibanku untuk melayaninya. Ikhlas Zeona. Ini demi Kakakmu!" Usai mengatakan kalimat penyemangat sekaligus penghibur itu, Zeona memutar tumit dan melangkah keluar dari kamar mandi untuk menyamperi suaminya yang ternyata sudah menunggu di depan pintu kamar mandi.
Zeona menelan ludah. Ketika sorot mata tajam Anjelo seolah menelanjangi penampilannya saat ini. Bibir pria hampir kepala empat itu menyeringai kecil. Membuat Zeona ketar-ketir. Kedua tangan gadis itu meremas sisi lingerie yang dipakainya.
"You're so pretty, Zeona. I' II f() ck you all night!"
Merindinglah seluruh tv bvh Zeona. Tulang-tulang di dalam tubuhnya seperti berjatuhan. Menghasilkan kekakuan yang tak bisa diindahkan.
Dia memasrahkan diri ketika Anjelo mulai mema gut bi birnya. Mengge rayangi tv bvh dan mere mat titik-titik sen si tif di tv bvhnya.
"Calm down, Zeona." Anjelo berbisik seraya menggigit daun telinga Zeona. Kemudian meluruhkan semua benang yang ada di tv bvh Zeona dan dirinya. Dia menggendong Zeona dan menjatuhkannya di atas peraduan.
Kembali memberikan pengenalan supaya ketegangan di diri Zeona tersamarkan.
"Apakah ini yang pertama kali untukmu?" tanya Anjelo dengan suara serak dan kedua mata yang berkabut n a f s u.
Zeona tak mengeluarkan suara. Dia menjawab pertanyaan itu dengan anggukan saja. Rasa geli dan membara akibat sentuhan tangan Anjelo membuat dirinya seperti akan gila.
Sesap basah terasa singgah di leher meninggalkan gigi tan kecil yang menjalar turun ke da da dan menetap di sana. Mengerjai puncak gunung yang belum pernah disapa oleh siapapun.
"Body's Zeona so hot! It's amazing. I can't stop touching it." Anjelo menggeram dalam batinnya. Dia terhipnotis oleh kemo lekan tv bvh Zeona. Ini seperti jackpot bagi dirinya yang tak pernah merasakan kebahagiaan dalam berhubungan.
Penyatuannya dengan Vivian selalu terasa hambar. Tak ada kebahagiaan sama sekali. Bahkan sudah hampir satu tahun ini, dia dan Vivian tak pernah lagi melakukan ritual suami istri. Mereka berdua terlalu sibuk bekerja. Mengurus bisnis masing-masing yang menguras tenaga dan pikiran.
Darah panas kelaki-lakian Anjelo hampir menghilang. Namun saat melihat Zeona di pesta ulang tahun adik iparnya, tiba-tiba darah panas itu bangkit kembali. Membuncah dan menggelegak sampai tak bisa ia tahan. Ingin sekali malam itu, ia mengukung Zeona. Membawa gadis itu ke nirwana sampai mereka berdua terkapar tak berdaya.
Ternyata Tuhan benar-benar Maha Baik. Gadis itu datang menyerahkan diri. Bahkan rela dinikahi secara siri. Dan kini, Anjelo bersiap membenamkan pusakanya ke dalam inti tv bvh Zeona.
"Ini akan sangat menyakitkan. Tapi sakitnya hanya sebentar, Baby. Setelah itu, kamu akan merasakan kenik ma tan yang tiada tara. Bersiaplah untuk melayang bersamaku, Zeona Ancala ..." Bersamaan dengan berakhirnya ucapan itu, sesuatu di bawah sana berusaha masuk ke dalam pintu surgawi Zeona.
Gadis itu menahan napas dan juga memejam mata dengan erat. Sensasi asing yang ia rasakan terasa sangat menya kitkan.
"Rileks, Sayang." Suara berat Anjelo berkumandang. Ini pengalaman pertama bagi Anjelo, memasuki pintu surgawi yang masih tersegel. Karena saat dulu melakukan ritual dengan Vivian, istrinya itu sudah bukan per awan. Entah siapa yang telah mendahuluinya. Yang jelas, Anjelo tak mau ambil pusing. Toh ia menikahi Vivian bukan karena cinta, melainkan karena terpaksa.
Perih terasa di punggung Anjelo. Bersamaan dengan rintihan yang menusuk telinga. "Aakkhh ... T-Tu-an. I-ini ss-sa-kit ss-se-kali." Punggung Zeona melengkung dibarengi dengan cakaran yang kembali mendarat di punggung lebar Anjelo ketika lelaki itu mulai menghentakkan tv bvhnya menembus perisai di goa surga.
Butiran bening berjatuhan, berbarengan dengan jebolnya sang perisai. Kesepuluh jemari kaki Zeona menekuk karena rasa sakit yang menyentak jiwa dan raga. "T-Tu-an, ss-sa-kit ..." rintihnya menggigit bibir bawah sekuat tenaga sampai cairan merah mengalir dan masuk ke dalam kerongkongan. Menghasilkan rasa amis yang menyebar di dalam mulut.
Anjelo tak menggubris rintihan Zeona. Pria tampan itu sibuk merasakan kenik ma tan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia seperti akan gila saking enaknya.
"Oughh shit! I feel like I'm in paradise. This is scrumptious! Zeona is very tight. I like it. And I can't stop. I want to f() ck her every day!" Anjelo terbuai. Hingga ia abai pada ke sa kitan yang dirasakan Zeona.
Dia mulai mengayun tubuh. Mencari kebahagiaan dalam ritual penyatuan yang selama ini ingin ia rasakan.
Makasih udah baca😊