Anstasya lausia adalah wanita cantik berumur 17 tahun dia hidup sendiri semenjak ayahnya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Tasya hidup sederhana di pinggiran kota dengan berandalan sebuah warung kecil. Walaupun hidup Tasya sendiri dia tetap menjalani hidupnya dengan rasa syukur.
Di suatu malam tasya tidak sengaja menemukan seorang pria sangat tampan yang tergeletak di pinggir jalan. Karena memiliki hati yang baik dan rasa tidak tega tasya akhirnya membawanya ke rumah dan merawatnya.
Tasya tidak tahu siapa pria itu tapi dia mengaku bernama alfred yang memiliki wajah tampan bak seperti dewa Yunani bahkan terlihat seperti tidak nyata.
" Siapa kamu Alfred? "
" Ternyata kamu memiliki darah yang istimewa. "
" Setelah aku kembali kamu adalah satu satunya ratu di dunia ku dan hatiku. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Ani Dan Nopi
Tasya Menggelengkan kepalanya melihat raut kaku dan terkesan terpaksa Alfred. Setelah menangis sampai kejang-kejang seperti sudah dijemput malaikat maut, kini anggun anteng bahkan dia telah tersenyum cerah. Senyumannya yang lebar membuat Tasya sampai bergidik ngeri. Alfred tersenyum paksa menatap anggun, tapi diam diam tangannya mengepal di bawah meja, menahan gejolak di dalam dirinya karena merasa sedang menjadi pelayan. Lihat lah dia sedang menyuapi anggun yang memaksanya. Saat Alfred pura pura ingin ke toilet anggun dengan cepat melotot nya, tidak membiarkan Alfred pergi sama sekali.
" Manusia ini. " Alfred menghela nafas agar menenangkan dirinya, takut takut dia kehilangan kendali.
" Hem..hem..hem.."
Anggun menggoyangkan kepala dan badannya dengan riang, mulutnya tetap mengunyah makanan yang di berikan Alfred. Sesekali dia akan bersenandung kecil menanda suasana hatinya sangat baik.
" Sudah. "
Anggun menghentikan gerakannya dan menatap piring yang kosong.
" Eh kok habis, padahal aku baru dua suap loh. " Anggun Mengerjabkan matanya dengan ekspresi polos.
Dua suap? Alfred bener bener kesel sekarang. Dia hampir satu jam duduk di sini karena anggun yang sangat lama mengunyah makanannya, lalu saat makanan yang di piring habis dia akan meminta tambah.
" Anggun!! "
Tasya yang tidak tega melihat wajah tertekan Alfred hanya bisa menegurnya. Anggun menoleh pada Tasya dengan menaikan salah satu alisnya, dia sama sekali tidak mengerti dengan teguran Tasya yang mengarah pada mana jadi dia hanya berkata santai.
" Apa tas? " Ujarnya lalu menatap Alfred . "Hem, tambah lagi soalnya makanan sangat enak apalagi kalau mas ganteng yang suapin." Anggun tersenyum malu malu, tangan menutupi wajahnya seolah tidak ingin melihat wajah tampan Alfred, walaupun sesungguhnya dia sedang mengintip di sela sela jarinya.
" Anggun!! " Kali ini Tasya langsung menghampiri mereka. Sejak tadi memang tasya ada di dapur, karena ada beberapa pesanan yang harus di bungkus. Karena ada Angga jadi Tasya membiarkan anggun untuk beristirahat sejenak karena dia baru saja pulang sekolah. Kalau Alfred karena Tasya tau Alfred belum sembuh total jadi dia takut terjadi sesuatu seperti kemarin.
" Apa sih tas. " Wajah anggun langsung kesel Padahal Tasya hanya memanggil namanya.
" Kamu sudah empat kali nambah, apa masih kurang? Jangan berlebihan nanti kamu sakit perut. "
Bayangin empat kali nambah dalam porsi yang tidak sedikit. Tasya saja sampai bingung makanan itu kemana perginya.
Bibir anggun mengkerut. " Aku masih sanggup kok. " Lalu menatap ke Alfred. " Ayo ambil lagi. " Perintah anggun yang seperti memerintah pelayan.
" Anggun!.." kini bukan hanya perkataan tapi langsung ke tindakan. Tasya langsung mengambil piring di tangan Alfred.
" Maaf sudah merepotkan kamu Al."
Alfred tersenyum" Tidak masalah. " Tangannya yang tadinya mengepal perlahan di mengendur di bawah meja.
Tasya bernafas lega mendengarnya tapi anggun langsung membuat masalah kembali.
" Tasya!! " Anggun sampai berdiri dan melotot Tasya.
" Apa. " Tantang Tasya yang langsung maju ke depan. Ekspresi serius Tasya membuat anggun menciut, pandangan langsung mengarah ke tempat lain. " Kamu cantik, eh itu seperti mas Angga nyariin kamu deh. " Kilah anggun yang sudah tidak memiliki keberanian.
Tasya Menggelengkan kepalanya dan berbalik ke dapur. Melihat interaksi dua wanita di depannya tanpa sadar Alfred tersenyum tipis.
" Keluar!!.."
Brak!!
........
Nopi tersenyum diam diam melihat kakaknya langsung bertindak. Kini dia dan Ani ke warung makan Tasya dengan membawa dua orang berbadan besar di belakang mereka.
Ani merasa kesempatan ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh di lewatkan. Dari sini dia pasti mendapatkan uang banyak dan pasti dia bisa merawat tubuhnya agar menjadi lebih cantik dan bagus
Memikirkan saja sudah membuat Ani bersemangat. Dia bahkan menyuruh mereka untuk berjalan cepat.
Mungkin menurut orang lain tindakan Ani adalah hal yang murni untuk mencari keadilan bagi adik tapi Nopi tau apa yang di pikirkan kakaknya, walaupun begitu Nopi diam karena tujuannya juga ingin membuat perhitungan pada anggun.
Sesampai di sana Ani langsung tersenyum sinis. " Warung kayak gini cocoknya di hancurkan. " Batinnya menatap sekeliling dengan jijik.
" Keluar!! "
Brak!
Maja yang bagus kini telah hancur saat Ani mengisyaratkan pada dua bawahannya untuk menghancurkan.
Teriakan Ani dan secara benda hancur itu membuat semua orang kaget. Beberapa pelanggan yang duduk kini lari ketakutan, mereka tidak ingin berurusan dengan orang orang berbadan besar seperti mereka.
Tidak hanya pelanggan, Tasya dan yang lain juga langsung bergegas ke depan dengan ekspresi wajah yang tidak bisa jelaskan.
Kemunculan Tasya, Alfred dan anggun mendapatkan tatapan jijik dari Ani. Walaupun diam diam dia mengagumi Alfred yang merupakan tipe idamannya.
" Apa yang kamu lakukan mbak!. " Ekspresi wajah Tasya terlihat marah namun tidak langsung meluapkannya. Dia lebih memilih bertanya dengan perlahan.
" Hanya ingin meminta pertanggung jawaban. " Ketus Ani melipatkan tangannya di dadanya, tatapannya benar-benar menatap orang-orang di depannya ini sebagai orang rendahan.
" Pertanggung jawaban? Pertanggung jawaban apa? Coba jelaskan bagaimana ceritanya hingga saya harus tanggung jawab." Ekspresi terlihat bingung serta heran.
" Bukan kamu tapi...." Tatapan Ani langsung mengarah pada anggun yang duduk di atas meja dengan santainya. " Dia!.."
Anggun yang tengah duduk dengan kaki yang di tekuk itu menatap Ani.
" Apa!! Mau? " Anggun mengarah pada lidi yang tersangkut daging ayam. Itu semua di dapatkan dari hasil panen gigi indahnya.
" Iuhh...uwek! "
Ani memundurkan langkahnya, tatapan sangat jijik pada anggun.
" Kamu perempuan tapi jorok. "
Anggun memutarkan bola matanya. " Nih makan tuh. " Anggun dengan sengaja melemparkan lidinya tepat mengenai Ani.
" Aaaa! Anggun!! "
terimakasih