Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
...~Happy Reading~...
...Syarat menjadi suami Mikhayla : ...
1. Dilarang unboxing buru buru
2. Dilarang pelit
3. Dilarang selingkuh
4. Wajib menaikkan uang jajan sebulan sekali
5. Kalau Mikha me time, gak boleh protes
6. Bantu Mikha jatuh cinta
7. Gak boleh nyakitin Mikha. karena hati Mikha selembut kapas.
8. Skip dulu, masih belum kepikiran.
Calvin menatap datar pada selembar kertas ditangan nya, yang mana kertas itu adalah kertas yang di tulis tangan oleh Mikha beberapa saat yang lalu.
Saat ini, sepulang sekolah Mikha kembali mendatangi kantor kakak nya. Dan ia dengan penuh semangat menuliskan persyaratan tersebut agar segera di tanda tangani oleh sang kakak, mengingat kini hari pernikahan mereka sudah semakin dekat.
"Poin pertama, apa maksud nya? Un boxing apa? paket? atau kado pernikahan atau—"
"Merawanin Mikha maksudnya," jawab gadis itu nampak santai sambil melahap es krim nya. Membuat Calvin yang duduk di bangku kerja hanya bisa menghela napas berat.
Sebenarnya jika boleh jujur, ia sendiri juga ragu apakah benar ia akan menikahi Mikha? gadis bar bar dan manja yang sudah ia anggap sebagai adik kandung nya sendiri.
Gadis kecil yang sejak bayi selalu ia jaga dan asuh, benarkah akan ia nikahi beberapa hari lagi?
"Mikha... "
"Stop jangan protes dulu kak, jangan ganggu Mikha makan es krim dulu. kakak tinggal tanda tangan aja, Mikha kan udah tanda tangan," potong gadis itu cepat tanpa menatap sang empu nya.
"Percaya deh kak sama Mikha. perjanjian Mikha itu sangat mudah dan tidak akan merugikan kakak sama sekali," imbuh nya.
"Baiklah, maka aku juga akan memberikan beberapa syarat," Perkataan dari Calvin seketika membuat Mikha menghentikan aksi makan es krim nya dan segera mendongak.
"Kakak mau kasih syarat apa?" tanya Mikha yang entah mengapa ia merasa sedikit deg deg an.
"Lupakan, nanti kakak isi! sekarang ayo kita berangkat," ajak Calvin segera bangkit dari tempat duduk nya.
"Emang kerjaan kakak udah selesai?"
"Udah,"
"Yaaahhhhh!"
"Kenapa?"
"Kok cepet banget sih kakak selesai nya, Es krim Mikha loh belum habis!"
Calvin mengusap wajah nya sedikit kasar. ia kira ada apa saat mendengar keluhannya Mikha, tapi ternyata hanya karena es krim nya yang belum habis.
"Lanjutkan di mobil," kata Calvin yang tak ingin semakin membuang waktu nya, mengingat kini hari sudah semakin sore.
Hari ini, tujuan Calvin dan Mikha adalah untuk melakukan fitting baju dan mencari cincin pernikahan. Seharusnya mereka pergi sejak dua jam yang lalu, hanya saja karena Calvin masih ada kerjaan, jadilah di tunda sebentar.
Dan kini saat pekerjaan nya sudah siap, justru malah Mikha yang ingin menunda lantaran es krim nya yang belum habis.
Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, mobil Calvin akhirnya berhenti di depan sebuah butik mewah yang menjulang megah. Lampu lampu kristalnya bersinar terang, memantulkan kemewahan dari setiap sudut kaca besar di depannya. Calvin turun lebih dulu, kemudian membukakan pintu untuk Mikha dengan penuh perhatian.
"Ayo, Mikha. Jangan lama lama, aku ada rapat nanti sore," ucap Calvin, namun tatapan matanya lembut.
Mikha turun dengan gaya santai khasnya. "Iya, iya, kak. Ini kan buat acara penting. Kamu harus sabar dong."
Keduanya memasuki butik, dan langsung disambut oleh seorang pria yang terlihat begitu menonjol. Ali, atau yang lebih sering dipanggil Alya, berjalan mendekat dengan langkah anggun, memakai setelan putih dan sepatu hak tinggi. Wajahnya yang bersih dengan riasan tipis menambah kesan cantik pada pria itu.
"Calvin! Mikha! Oh, senang sekali kalian datang. Sudah lama ya, akhirnya kalian mampir lagi ke butik ini," ujar Alya dengan suara nyaring penuh semangat. Dia melirik Calvin dengan pandangan penuh kekaguman. "Kamu masih tampan seperti dulu, Calvin."
Calvin hanya mengangguk singkat, namun dari ekspresinya, dia jelas merasa risih. Dia tahu betul Alya punya ketertarikan pada pria tampan seperti dirinya. Sementara Mikha yang berdiri di sebelahnya tak bisa menahan tawa melihat kakaknya yang terlihat canggung.
"Kak, wajahmu kok tegang banget sih? Santai dong. kak Alya kan cuma ramah," Mikha mengejek sambil tertawa kecil.
"Mikha, pilih gaunnya cepat. Jangan buang waktu," balas Calvin dengan suara pelan, mencoba menghindari perhatian Alya yang terus mengintip ke arahnya.
"Iya iya bawel," cetus Mikha namun ia juga terkekeh.
"Tadi mami kalian telfon, bilang kalau kalian mau datang. Dan aku sudah siapkan beberapa gaun spesial untuk kamu," ujar Alya kepada Mikha.
"Benarkah? mana mana?"
"Ayo ikut aku!" Alya kemudian memimpin mereka masuk lebih dalam ke butik, ke area eksklusif yang penuh dengan deretan gaun pengantin. Setiap gaun terlihat begitu elegan, dihiasi manik-manik dan bordir yang halus.
"Ini dia, koleksi terbaru kami. Khusus untuk calon pengantin istimewa seperti Mikha," Alya berkata sambil menunjuk ke sebuah gaun putih berkilauan.
Mikha memandang gaun itu dengan mata berbinar. "Wah, cantik banget! Aku coba yang ini ya, Kak."
Calvin hanya mengangguk, tetap menjaga sikap dinginnya. Sementara Mikha dibantu oleh beberapa asisten butik, Calvin berdiri sendiri di pojok, tak bisa menghindari Alya yang terus mendekat.
"Kamu pasti sering bikin wanita jatuh cinta ya, Calvin. Dengan wajah dan karisma seperti itu..." Alya berkata sambil tersenyum manis.
Calvin hanya menjawab pendek, "Alya, fokus saja dengan Mikha."
"Ihhh, kenapa kamu masih begitu sih. Jangan judes judes dong. Mentang mentang mau nikah,"
"Aliii!"
"Alya, Calvin. Namaku Alya bukan Ali!" seru pria cantik itu semakin kesal.
Tak lama, Mikha keluar dari ruang ganti, menghentikan perdebatan mereka. Gaun pengantin putih panjang itu membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang biasa dibiarkan tergerai kini ditata rapi, membuatnya terlihat anggun dan mempesona.
Calvin terdiam. Mata tajamnya menatap Mikha tanpa berkedip. Adiknya yang biasa bersikap kekanak-kanakan kini terlihat seperti seorang wanita dewasa. Dalam hati, Calvin memuji kecantikannya, namun seperti biasa, dia terlalu kaku untuk mengungkapkannya.
"Bagaimana, Kak? Bagus kan?" Mikha bertanya sambil berputar pelan, memperlihatkan detail gaunnya.
Calvin mengangguk pelan. "Bagus. Cocok untukmu."
Mikha menatapnya dengan ragu. "Cuma itu aja komentarnya? Kakak nggak mau bilang aku cantik?"
Calvin menghela napas, mencoba menyembunyikan senyumnya. "Kamu selalu cantik, Mikha. Tapi kalau terlalu dipuji, nanti kamu jadi besar kepala."
Mikha tertawa lepas. "Kakak ini pelit pujian, tapi aku tahu kok. Kamu terpesona, kan?"
Calvin tak menjawab, hanya memalingkan wajahnya ke arah lain. Alya yang melihat interaksi itu tersenyum kecil. "Kalian ini lucu sekali. Calvin, kamu tahu nggak? Kamu punya cara yang unik untuk menunjukkan perhatianmu."
Sebelum Calvin sempat merespons, Mikha sudah kembali masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Calvin berdiri diam, masih memikirkan bagaimana adiknya yang selama ini ia anggap anak kecil tiba-tiba terlihat begitu dewasa.
"Dia bukan anak kecil lagi," gumam Calvin pelan pada dirinya sendiri.
Namun, ada rasa hangat yang tumbuh di hatinya, rasa bangga sekaligus haru melihat adiknya yang kini siap memulai babak baru dalam hidupnya.
...~To be continue... ...
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh