Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Istriku Yang Cantik
"Gimana? Kedengeran, Ra?"
"Sabar, aku lagi usaha ... jangan nanya melulu kenapa sih?"
"Ck, lama banget!! Gantian coba!!"
Firasat Azkara sama sekali tidak salah, sebagaimana yang dia katakan bahwa di rumah ini ada beberapa ekor musang, dan hal itu terbukti benar adanya. Tepat di depan pintu kamar Azkara dua wanita dengan keingintahuan super tinggi itu tengah berusaha keras mencuri dengar kegiatan mereka.
Walau tahu bahwa hal tersebut percuma, Tante Lengkara yang keponya luar biasa masih berusaha demi mendapatkan kabar baik dari kamar keponakannya. Maklum saja, sama seperti anggota keluarga lainnya, awalnya mereka berdua masih sedikit tak percaya dengan pernikahan Azkara.
Tak tanggung-tanggung, Tante Ameera yang dulu pernah membayar seseorang untuk menjadi kekasih sampai berpikir jika Azkara membayar sejumlah uang untuk mendapatkan Shanum.
Sedikit konyol, tapi memang itu satu-satunya yang Tante Ameera pikirkan. Sementara di sisi lain, Tante Lengkara justru berpikir lain, bukan lagi perihal bayar membayar, tapi dia mengira jika Azkara menculik seorang wanita untuk diperdaya dan dipaksa mau menikah dengannya.
Sungguh, pikiran mereka sejauh itu sebelum mendengar penjelasan dari Mama Mikhayla terkait kejadian sesungguhnya. Akan tetapi, setelah tahu kejadian sesungguhnya mereka justru makin penasaran.
Fakta bahwa Azkara dan Shanum dinikahkan secara paksa menimbulkan banyak pertanyaan di kepala keduanya, terutama Lengkara. Bagaimana hubungan mereka? Berjalan dengan lancar atau tidakkah? Apa mereka saling menerima? Karena memang, Lengkara pernah merasakan dinikahkan dengan seseorang yang tidak dia inginkan dan jalannya tidak semulus itu, bahkan sampai cerai dulu.
Lengkara menghela napas pelan, setelah tiga puluh menit mereka berusaha sama sekali tidak ada hasilnya. Perlahan, dia duduk bersandar di pintu sembari mengusap kasar wajahnya.
"Sudahlah, Meera, kita berharap apa? Mending tidur, sudah malam juga," ucap Tante Lengkara sebagai pertanda jika dia telah menyerah dalam misi gila ini.
"Sabar, Kara, sebentar lagi."
"Kalau kata aku mustahil sih, tahu sendiri Azka sangat mencintai Megumi," .
Berbeda dengan Lengkara, wanita yang satunya masih semangat mencuri dengar sampai menggunakan potongan pipa bekas sebagai perantara. "Jangan pesimis begitu, Kara, walau pernah ada Megumi, tapi jangan lupakan Shanum itu spek bidadari dan memang Azkara dambakan sejak lama."
"Apa hubungannya, Meera? Azka memang pernah begitu, tapi itu dulu ... sebelum ada Megumi," balas Tante Lengkara lagi.
"Ehm terus sekarang gimana? Megumi sudah tidak ada, jadi bisa jadi Azka kembali pada mimpinya beberapa tahun lalu."
"Apa mungkin secepat itu? Bukannya baru tiga bulan?"
"Kita tidak tahu sekuat apa Azkara mencoba merelakan Megumi, kamu ingat sehancur apa dia tiga bulan terakhir? Bisa jadi itu adalah cara Azka menghabiskan duka lara dan kini dia menerima Shanum sebagai pengganti istri sepenuhnya."
Panjang lebar Tante Ameera bicara, mereka berbeda pendapat tentang hal yang dialami Azkara. Sembari terus berusaha mencuri dengar walau tidak ada hasilnya, Tante Ameera yakin seratus persen sebentar lagi kabar baik yang mereka nantikan akan tiba.
"Semoga, tapi aku benar-benar sangsi ... karena menurutku sakitnya percintaan ketika dewasa itu berbeda, kamu tidak akan pernah tahu rasanya."
"Jangan ajari aku, Lengkara, aku disakiti sewaktu kamu sudah beranak dua, kurang dewasa apa lagi? Tapi lihat, dalam waktu singkat aku mampu melupakannya dengan melibatkan orang baru, bahkan di hari pertama aku melihat suamiku aku bahkan lupa wajah mantan pacarku," jelas Tante Ameera panjang lebar.
"Iya juga sih, tapi ini kan beda konsepnya, Meera."
"Sama saja, intinya tentang move-on. Kamu sendiri dulu mampu melupakan Yudha walau pacaran lebih dari 7 tahun, 'kan?"
"Hem iya," jawab Tante Lengkara sedikit malas karena lagi-lagi saudaranya membahas hal itu.
"Nah itu, jadi menurutku tidak ada yang tidak mungkin. So ... jangan khawatir soal masa lalu pasangan, kata Kak Sean yang namanya cinta itu belum tentu jodoh, bisa jadi uji_"
Ceklek
"Huaaaah?!"
Tante Ameera sontak mundur dan menyembunyikan potongan pipa itu di belakang punggungnya. Sementara Tante Lengkara yang tadi bersandar di depan pintu seketika roll belakang dan bergegas keluar lagi lantaran malu luar biasa.
"Eh? Az-azka?"
"Sayang, Tante ganggu ya?"
Keduanya tampak gelagapan, saling cubit karena memang agak takut jika keponakannya ini sampai marah. Karena jika sampai marah, Azkara bisa berubah seperti orang yang berbeda.
"Tante sedang apa?" tanya Azkara melangkah maju sembari menutup pintu kamar rapat-rapat.
Berusaha melindungi sang istri dari lirikan maut kedua tantenya yang masih berani mencuri pandang ke arah kamar. Dia yang tadinya hendak keluar untuk ke dapur sama sekali tidak menduga jika akan disambut kedua orang ini.
"Ti-tidak, kita tadi lihat-lihat kamar atas, kayaknya ada yang berbeda ya? Guci di sini mana?" tanya Tante Ameera masih berani berusaha melunakan hati Azka yang tetap konsisten dengan wajah datarnya.
"Tante udah nanyain itu tadi," pungkas Azkara berlalu melewati kedua tantenya yang ternyata mengekor mengikuti kemana tujuan Azka.
.
.
Hingga tiba di dapur, Azkara masih tetap diikuti dan kedua wanita itu seolah tengah berbincang lewat mata. Melihat Azkara yang minum segelas air hingga tandas dan keringat yang membasah sampai rambutnya juga tampak lembab mereka jelas curiga.
Terlebih lagi tatkala Azkara juga mengambilkan satu gelas lagi untuk dia bawa ke atas. "Ehm, Azka minumnya untuk siapa?"
"Tante nanya?"
"Iya nanya, buruan jawab apa susahnya?" desak Tante Ameera benar-benar tak sabar akan kebenarannya.
"Untuk istriku yang paling cantik itu lah, siapa lagi," sahut Azka dengan gaya congkak khasnya.
"Ouh, kenapa memangnya?"
"Haus, habis olahraga soalnya," bisik Azkara disertai kedipan mata yang membuat kedua tantenya berbinar seketika.
"Olahraga? Olahraga yang gimana dulu nih, Ka? Sekadar pemanasan atau perang sungguhan?" tanya Tante Lengkara lagi dan kali ini tidak lagi Azkara tanggapi.
Biarlah kedua wanita itu menerka-nerka sendiri. Sementara Azkara meneruskan langkah ke kamar untuk memberikan segelas air putih itu pada sang istri yang suaranya sampai terdengar serak usai bercinta.
Jika dibayangkan, Azkara lagi-lagi menggeleng pelan. Dia kembali dan mendorong pintu kamar perlahan, sementara Shanum yang tadi terkulai lemas hanya mengerjap pelan tanpa banyak gerak.
"Maaf ya, kamu nunggunya jadi lama." Azkara mendekat dan membantu sang istri untuk duduk.
Dia juga segera membantu Shanum untuk minum segelas air yang ada di tangannya dengan begitu hati-hati. Sungguh, tidak ada niat untuk membuat istrinya kehilangan tenaga begini.
"Makasih, Mas," ucap Shanum begitu lemas sembari menarik selimutnya rapat-rapat.
Pria itu meletakkan gelas kosong itu ke atas nakas sebelum kemudian duduk di tepian ranjang sembari memandangi istrinya. Wajah lemas sang istri lagi-lagi menjadi alasan Azkara tertawa kecil.
"Mas."
"Iya, Cantik? Kenapa?"
"Tadi yang di depan siapa?" tanya Shanum penasaran karena dia memang sempat melihat, tapi sangat sebentar.
"Biasa, ada musang," jawab Azka sekenanya.
"Hah? Jadi memang benar ada musang? Mas yang pelihara atau hidup liar di kebun belakang sana?"
.
.
- To Be Continued -
Azkara : Selamat hari kamis untuk para penduduk humi yang super Muanis ❣️
kanebo kering manaaaa
gak boleh num-num