NovelToon NovelToon
Bayang Dibalik Jejak

Bayang Dibalik Jejak

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:590
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"

Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.

Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WAJAH DI BALIK TOPENG

Langit Rivermoor tampak kelabu saat Elena berdiri di balkon apartemennya, memandangi hujan yang turun deras. Pikirannya dipenuhi dengan teka-teki yang terus berputar, mencoba merangkai semua potongan informasi yang baru saja diterimanya dari David. Jika semua yang dikatakan David benar, maka hidupnya selama ini hanyalah kepingan bayangan—dan dia sendiri mungkin adalah bagian dari bayangan itu.

Tetapi ada satu hal yang membuatnya terguncang: bayangan wajah anak laki-laki di foto itu. Wajah yang entah bagaimana terasa begitu familiar, namun juga asing. Wajah itu adalah miliknya. Tapi bagaimana mungkin?

Elena menghela napas panjang, memejamkan matanya sejenak, lalu membuka teleponnya. Dia menelepon David, berharap mendapatkan jawaban lebih jelas. Namun yang terdengar di ujung sana hanyalah nada tunggu panjang yang kemudian terputus.

“David, jawab aku,” gumam Elena, frustrasi.

Tak lama, sebuah pesan masuk di ponselnya. Pesan singkat yang membuat darahnya membeku:

"Liam menunggumu di tempat yang kau tahu."

---

Gereja St. Mary – 01:00 AM

Elena melangkah ke dalam gereja tua yang kini terasa lebih menyeramkan dari sebelumnya. Udara dingin menusuk kulitnya, dan keheningan di dalam gereja begitu pekat hingga suara langkah kakinya terdengar seperti dentuman keras. Dia memegang erat pistol di tangannya, meskipun entah mengapa dia merasa itu tidak akan berguna di tempat ini.

Di depan altar, seseorang berdiri membelakanginya. Sosok itu tinggi dan kurus, dengan bahu yang sedikit membungkuk. Bayangan lilin-lilin di sekitar gereja membuatnya tampak lebih panjang dan mengerikan. Elena berhenti beberapa langkah dari sosok itu, jari-jarinya menegang di pelatuk pistol.

“Liam?” suaranya bergetar, penuh keraguan dan harapan yang terbungkus menjadi satu.

Sosok itu tidak langsung menjawab. Dia hanya berdiri diam, seolah menunggu sesuatu. Kemudian, perlahan, dia berbalik. Wajah yang muncul dari balik bayangan membuat Elena terperangah.

Liam memang ada di sana, tetapi wajahnya tidak seperti yang dia bayangkan. Matanya kosong, seperti dua lubang hitam yang tidak memantulkan cahaya. Kulitnya pucat, hampir transparan, dengan pembuluh darah yang terlihat jelas di bawahnya. Namun, yang paling mencolok adalah senyuman tipis yang menghiasi bibirnya—senyum yang mengandung kepahitan dan kebencian yang mendalam.

“Elena,” suara Liam lembut, namun ada nada ancaman yang tersembunyi di baliknya. “Akhirnya kau datang.”

Elena merasa dadanya sesak. “Liam... apa yang terjadi padamu? Mengapa kau di sini? Mengapa kau—”

“Kau tidak ingat, bukan?” Liam memotong, berjalan mendekat dengan langkah yang tenang namun penuh ancaman. “Semua yang terjadi… semua yang kau alami… adalah karena kau.”

Elena mundur selangkah, bingung. “Aku? Apa maksudmu? Aku bahkan tidak tahu kau masih hidup!”

“Tentu saja kau tidak tahu,” Liam terkekeh pelan. “Mereka memastikan kau tidak ingat. Tapi aku… aku selalu ingat, Elena. Setiap detik. Setiap luka. Dan kau membiarkan itu semua terjadi.”

---

Kilas Balik yang Menyakitkan

Pikiran Elena mulai kabur. Tiba-tiba, ingatan-ingatan yang terkunci di sudut terdalam otaknya mulai terkuak. Gambar-gambar flashback berkelebat:

Seorang anak kecil menangis di sudut ruangan gelap.

Elena, lebih muda, berdiri di sisi lain pintu, tidak berani masuk.

Liam ditarik oleh sosok berjubah hitam, menghilang ke dalam kegelapan.

Elena terhuyung, memegang kepalanya yang terasa berdenyut keras. “Tidak… aku tidak ingat ini. Aku tidak ingat melakukan apapun untuk melukaimu.”

Liam mendekatinya lebih dekat, suaranya berubah menjadi bisikan dingin. “Karena kau memilih untuk melupakan. Kau menyerahkanku pada mereka. Kau memilih keselamatanmu sendiri.”

Air mata mengalir di pipi Elena. “Aku tidak tahu… Aku tidak tahu harus bagaimana…”

“Tapi sekarang kau tahu,” Liam berkata, berdiri tepat di hadapannya. “Dan sekarang, waktunya untuk menebus kesalahanmu.”

---

Perjanjian yang Gelap

Liam mengangkat tangannya, memperlihatkan simbol yang sama dengan yang ada di pergelangan tangan Elena. Simbol yang membakar kulitnya dengan rasa sakit yang tak tertahankan. “Kita terhubung, Elena. Sejak dulu. Dan hanya ada satu cara untuk mengakhiri ini.”

Elena menatap simbol itu dengan rasa ngeri. “Apa maksudmu?”

“Kau harus membuat pilihan,” Liam berkata pelan. “Sama seperti dulu. Tapi kali ini, kau tidak bisa lari.”

Pikiran Elena berputar cepat. Dia tahu bahwa apa pun pilihan yang dia buat, akan ada konsekuensi yang besar. Liam adalah korban, tetapi dia juga menjadi bagian dari kegelapan yang lebih besar. Dan sekarang, dia harus memutuskan apakah akan menyelamatkan adiknya… atau menghentikan siklus ini selamanya.

“Apa yang kau inginkan dariku, Liam?” Elena akhirnya bertanya, suaranya bergetar.

“Bergabunglah denganku,” jawab Liam dengan senyum dingin. “Kita bisa menghancurkan mereka. The Circle. Kita bisa mengakhiri semua ini. Tapi kau harus mempercayai aku.”

Elena terdiam, menimbang-nimbang kata-kata itu. Dia tidak tahu apakah bisa mempercayai Liam—tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa mempercayai siapapun lagi.

---

Keputusan yang Berat

Waktu terasa melambat saat Elena mengambil napas dalam-dalam. Dia menurunkan pistolnya perlahan, lalu menatap Liam dengan tatapan tegas. “Aku akan bergabung denganmu. Tapi dengan satu syarat.”

Liam mengangkat alisnya. “Syarat?”

“Kita tidak akan menjadi seperti mereka,” Elena berkata tegas. “Kita akan mengakhiri siklus ini. Bersama-sama. Tapi tanpa mengorbankan orang lain.”

Liam tertawa pelan, tetapi ada nada kesedihan di dalamnya. “Kau selalu idealis, Elena. Tapi baiklah. Kita lakukan dengan caramu.”

Dengan itu, Liam mengulurkan tangannya. Elena menatap tangan itu sejenak sebelum akhirnya menggenggamnya. Begitu kulit mereka bersentuhan, simbol di pergelangan tangan mereka bersinar terang, mengisi ruangan dengan cahaya putih yang menyilaukan.

---

Kegelapan yang Menyusut

Ketika cahaya mereda, Elena menyadari bahwa mereka tidak lagi berada di gereja. Mereka berdiri di tengah hutan gelap, dengan pohon-pohon tinggi yang menjulang seperti penjaga diam. Di kejauhan, terdengar suara gemerisik daun dan bisikan angin.

Liam menatap Elena dengan senyum tipis. “Selamat datang di sisi lain, kakak.”

Elena hanya bisa menatap dengan bingung, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai—dan bahwa kegelapan yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang pernah dia bayangkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!