"Hanya satu tahun?" tanya Sean.
"Ya. Kurasa itu sudah cukup," jawab Nadia tersenyum tipis.
"Tapi, walaupun ini cuma pernikahan kontrak aku pengen kamu bersikap selayaknya istri buat aku dan aku akan bersikap selayaknya suami buat kamu," kata Sean memberikan kesepakatan membuat Nadia mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, sebelum kontrak pernikahan ini berakhir kita harus menjalankan peran masing-masing dengan baik karena setidaknya setelah bercerai kita jadi tau gimana rasanya punya istri atau suami sesungguhnya. Mengerti, sayang!"
Loh, kok jadi kayak gini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Tahun
Padahal tadi Nadia yang begitu ragu dan takut untuk datang ke sana. Sekarang malah dia yang seakan tidak mau pulang. Apalagi saat melihat Yuna kini tidur lelap di sampingnya. Nadia ingin terus berada di sana. Menatap atau sesekali mengusap lembut rambut lalu pipi Yuna. Senyum wanita itu tidak pernah luntur sedikitpun. Ya, sebahagia itu Nadia bisa bertemu dengan Yuna.
Gina yang baru kembali dari ruang tengah ikut tersenyum bahagia melihat sahabatnya. Tadi Lia meminta tolong pada Gina untuk memeriksa beberapa anak yang sedang sakit. Dia berjalan pelan ke arah tempat tidur dimana Nadia sedang berbaring bersama Yuna.
Nadia mengulas tersenyum tipis melihat kehadiran Gina di sana.
"Dia udah tidur?" tanya Gina menatap Yuna kemudian Nadia.
"Udah. Tadi minta dibacain cerita terus dia langsung tidur. Kayaknya dia capek banget abis main," jawab Nadia dengan nada yang begitu pelan takut suaranya akan membangunkan Yuna. Nadia dan Gina tertawa kecil sampai mereka kompak terdiam ketika Yuna menggeliat.
Nadia cukup kaget apalagi ketika Yuna yang tadinya tidur telentang kini berbalik memeluknya dengan erat. Sedikit mengusapkan wajahnya ke dada Nadia seakan mencari posisi paling nyaman.
Melihat hal itu membuat Nadia dan Gina saling menatap satu sama lain. Mereka seakan bicara lewat tatapan mata.
"Walaupun Yuna belum tau siapa kamu, tapi ikatan batin memang gak pernah bisa bohong ya," ujar Gina membuat mata Nadia berkaca-kaca. Wanita itu lalu menunduk kemudian mengecup pucuk kepala Yuna.
"Aku akan keluar. Nikmati waktu kalian bersama," lanjut Gina kemudian beranjak meninggalkan Nadia dan Yuna dalam ruangan itu.
Nadia baru menyusul sekitar lima belas menit kemudian. Saat sampai di ruang tengah, dia melihat Gina tengah memeriksa beberapa anak lagi yang sudah berjejer rapih menunggu gilirannya.
"Kamu memang sering ke sini ya?" tanya Nadia setelah duduk di samping Gina yang baru saja selesai dengan satu lagi pasien ciliknya. Nadia ikut membantu dengan memberitahu anak-anak lain untuk berbaris di depannya. Dia dan Gina memang mengambil jurusan dokter kandungan dan anak.
"Aku memang rutin datang kemari sejak kamu kembali ke Alatha," jawab Gina. "Buat periksa anak-anak di sini sekalian jenguk Yuna juga," lanjutnya namun kali ini sedikit berbisik.
Nadia tersenyum tipis. "Makasih ya. Udah jagain Yuna," ujarnya tulus. Seharusnya dia yang melakukan hal itu namun semuanya terhalang oleh keadaan.
Gina tersenyum simpul lalu memegang tangan Nadia. "Aku pasti bakalan jagain dia. Anak kamu kan anak aku juga," katanya membuat keduanya tertawa kecil sebelum melanjutkan pekerjaan mereka untuk melayani anak-anak yang jumlahnya masih sekitar sepuluh orang.
Memeriksa anak-anak itu memang paling menyenangkan. Tingkah mereka yang lucu menjadi hiburan tersendiri. Tidak butuh waktu lama semua anak di panti itu telah selesai diperiksa oleh Gina dan Nadia. Mereka juga memberi beberapa vitamin agar mereka tidak mudah diserang penyakit. Terlebih anak-anak memang aktif bermain di luar.
"Yuna di mana?" tanya Lia bergabung bersama Gina dan Nadia yang sedang istirahat.
"Dia masih tidur di kamar," jawab Nadia yang direspon anggukan kepala oleh Lia.
"Oh iya, Nadia," Lia yang tengah duduk di samping Nadia semakin mendekat ke arah wanita itu. "Apa kamu akan membawa Yuna pulang?" tanyanya dengan raut wajah penuh harap. Selama ini sudah banyak sekali yang ingin mengadopsi Yuna. Mereka begitu tertarik dengan pribadi Yuna yang ceria, sopan dan mudah bergaul. Namun Lia tidak memberikannya sebab dia sangat yakin jika Nadia pasti akan datang menjemputnya suatu hari nanti. Lia ingin Yuna tumbuh bersama dengan ibunya bukan dengan orang lain. Dan Lia sangat berharap jika hari yang dia tunggu itu adalah hari ini.
Nadia menoleh ke arah Gina yang ternyata juga menatapnya penuh harap padanya. Astaga! Nadia jadi merasa terjebak sampai lidahnya terasa kelu.
"Sa-saya belum bisa membawa Yuna pulang bersama saya." Pada akhirnya Nadia harus jujur meski dia tahu kedua wanita itu pasti akan sangat kecewa dengan jawabannya itu. Jika mengikuti hatinya, dia sangat ingin namun saat ini keadaannya tidak memungkinkan untuk hal itu.
"Kenapa?" tanya Lia. Raut wajahnya tidak bisa berbohong. Wanita itu kecewa dengan jawaban Nadia.
"Apa karena suami kamu?" Gina juga ikut bertanya.
Nadia menghela napas pelan kemudian mengangguk. "Aku takut kalo Sean gak bisa menerima kehadiran Yuna. Apalagi Sean sama sekali tidak tau apa-apa tentang Yuna," jawabnya. Keadaan Nadia yang sebenarnya sudah punya anak pun Sean belum tahu. Dia tidak bisa membayangkan jika dirinya nekad membawa Yuna pulang sekarang entah apa yang akan terjadi. Namun skenario terburuknya Sean mungkin akan langsung meninggalkannya tanpa Nadia bisa mencapai tujuannya menikahi pria itu.
"Satu tahun," kata Nadia membuat dua wanita yang tadinya menunduk kecewa kini menatapnya.
"Beri saya waktu satu tahun lagi. Setelah itu saya akan datang untuk menjemput Yuna," kata Nadia dengan penuh keyakinan. Ya, karena setelah satu tahun kontrak pernikahannya dengan Sean akan berakhir dan saat itulah baru dia membawa Yuna bersamanya. Saat itu dia tidak akan merasa takut atau khawatir lagi.
"Tapi, Yuna butuh kasih sayang ibunya sekarang, Nad," kata Gina.
"Aku juga sangat ingin merawat Yuna, Gin," kata Nadia. Ibarat keinginan Yuna bersama ibunya itu seratus, sedangkan Nadia ingin bersama Yuna itu seribu. Nadia menginginkan Yuna lebih dari apapun untuk bisa tinggal bersamanya.
"Tapi, untuk saat ini aku gak bisa," kata Nadia lagi sembari menggeleng pelan.
"Aku akan lebih sering datang kemari. Yuna akan tetap mendapatkan kasih sayang ibunya mulai sekarang," kata Nadia lagi meyakinkan mereka.
Melihat kesungguhan Nadia membuat kedua wanita itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Memang benar, pasti sangat sulit untuk Nadia membawa pulang Yuna sekarang mengingat dirinya baru saja menikah. Terlebih itu dengan pria lain yang tidak tahu tentang masa lalu Nadia. Akan butuh waktu yang cukup lama untuk menjelaskan semuanya.
"Sepertinya itu memang keputusan yang terbaik," ujar Lia pada akhirnya setelah berpikir beberapa saat. "Saya juga gak mau kalo sampai Yuna dibenci oleh suamimu," lanjutnya. Itu kemungkinan terburuk jika suami Nadia tidak bisa menerima Yuna. Dia pasti akan membenci gadis kecil itu.
Nadia tersenyum lega. Syukurlah karena Lia mau mengerti posisinya saat ini.
"Saya juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Makanya saya minta waktu satu tahun lagi," kata Nadia.
"Baiklah," jawab Lia setuju.
"Terimakasih, Bu Lia," kata Nadia memeluk wanita yang sudah sangat berjasa merawat anaknya. Nadia sampai tidak tahu harus membalas Lia dengan apa. Rasanya memberikan segala yang dia punya pun tidak bisa membalas budi baik wanita itu. Sungguh.
'Ibu janji gak akan lama, Yuna. Tolong sabar sebentar lagi ya.'