Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jahat Diana
"Kenapa sampai sekarang Aleena tidak kunjung kembali? Padahal tadi dia bilang tidak akan lama". Angga terlihat bingung dan cemas karena sampai sekarang Aleena belum juga kembali dari toilet. Dia berusaha menghubungi Aleena namun ponselnya tidak bisa dihubungi.
"Kak, dimana kak Aleena? Kenapa dari tadi aku tidak melihatnya?". Diana bertanya pada Angga sambil menoleh kesana kemari
mencari keberadaan Aleena.
"Aku juga tidak tahu. Tadi dia bilang akan ke toilet sebentar, tapi sampai sekarang belum kembali juga. Padahal ini sudah lebih dari 1 jam dan kami harus mengumumkan rencana pertunangan kami sekarang". Angga menjelaskan pada Diana dengan raut wajah yang gelisah.
"Tenanglah Kak. Kita bisa cari kak Aleena bersama. Mungkin dia sedang istirahat karena terlalu lelah". Diana menyarankan dengan senyum lembutnya pada Angga.
"Ya, kamu benar. Kita bisa mencarinya disekitar sini". Angga dan Diana pun mulai mencari Aleena ke toilet wanita.
"Bagaimana Na? Apa Aleen ada didalam?", tanya Angga dengan raut wajah khawatir.
"Tidak, Kak. Didalam tidak ada siapa-siapa". Diana menjawab Angga sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tidak ada? Lalu kemana perginya Aleena?". Mereka berdua terdiam memikirkan kemungkinan Aleena pergi.
"Hmn... Kak, bagaimana kalau kita pergi ke bagian keamanan saja? Kita bisa melihat CCTV dan mengecek keberadaan kak Aleena".
"Kamu benar. Ayo kita kesana".
Angga tampak panik dengan hilangnya Aleena. Begitupun Diana, dia menunjukkan sikap yang seakan khawatir dan perhatian, namun tanpa Angga sadari, ujung bibir Diana sedikit terangkat dan menunjukkan seringai licik tatkala Angga setuju dengan apa yang dia sarankan.
"Permisi, Pak. Bisakah aku melihat rekaman CCTV disekitar tempat pesta? Aku ingin mencari keberadaan tunanganku". Angga langsung menjelaskan pada petugas keamanan tentang tujuannya.
"Maaf Pak, kami tidak bisa menunjukkan rekaman CCTV begitu saja pada sembarang orang", ujar petugas keamanan berusaha menjelaskan pada Angga aturan dalam pekerjaannya.
"Keluargaku yang sedang mengadakan pesta hari ini dan tunanganku sejak tadi tidak dapat ditemukan keberadaannya. Jika sesuatu terjadi padanya, maka aku bisa saja menuntun kalian atas keamanan hotel ini".
Mendengar ucapan Angga, petugas itu terdiam sesaat. Dia terlihat berpikir untuk mengambil keputusan yang seharusnya.
"Baiklah. Mari ikut saya". Mereka pun bergegas pergi menuju ruang kontrol CCTV. Terlihat ada banyak monitor yang memantau setiap sudut hotel ini. Bahkan ada CCTV didepan pintu masuk toilet.
"Kapan terakhir kali tunangan anda terlihat?", tanya petugas sebelum memeriksa CCTV.
"Sekitar 1 jam yang lalu. Dia bilang akan pergi ketoilet".
Setelah mendengar penjelasan dari Angga, petugas itu langsung mencari rekaman CCTV sekitar 1 jam yang lalu.
"Apa disini ada tunangan anda?". Angga dan Diana mulai memperhatikan rekaman CCTV. Mereka melihat Aleena yang berjalan ke toilet dengan lemas.
"Kak, ini kak Aleena. Tapi … siapa pria yang bersama kakak?". Diana menemukan Aleena terlebih dahulu dan memberitahu Angga yang masih memperhatikan sudut lain.
"Apa? Mana?". Angga sampai terkejut dan langsung melihat layar monitor.
"Aku tidak tahu, tapi … bagaimana Aleena bisa bergandengan dengan pria lain?. Angga tampak bingung dengan dahi berkerut.
"Kak Aleena tidak bisa minum, jadi tidak mungkin kalau kak Aleena mabuk sampai tidak sadar kalau dia bersama pria lain dan bukan kakak. Apa jangan-jangan …"
Diana dengan sengaja menggantungkan kalimatnya agar Angga berpikiran sesuka hatinya.
"Pak, apa semua sudut dipasang kamera CCTV?". Angga bertanya dengan panik pada petugas keamanan
"Ya, semua sudut hotel dilengkapi CCTV"
"Kalau begitu, kita bisa tahu kemana mereka pergi kan?", tanya Angga lagi memastikan.
"Iya, bisa". Petugas keamanan itu kembali mengatur monitor agar dapat menunjukkan rekaman CCTV tujuan Aleena dan pria itu pergi. Mereka terus menelusuri setiap lorong hingga menuju sebuah kamar.
"Kak, apa mungkin terjadi sesuatu pada kak Aleena? Bagaimana mungkin dia diam saja saat dibawa menuju kamar?". Diana dengan sengaja memanas-manasi Angga agar berasumsi lain dengan apa yang dia lihat dilayar monitor.
Disana terlihat Aleena digandeng seorang pria, dalam rekaman itu terlihat mereka begitu mesra. Setiap tertangkap kamera dalam posisi depan, si pria akan sedikit menunduk dan memberikan perhatian pada Aleena sehingga tidak terlihat kalau Aleena berada dibawah pengaruh obat atau semacamnya.
"Aku sangat kenal Aleena, dia tidak akan mungkin mau berdekatan dengan pria yang tidak dia kenal. Satu-satunya yang bisa aku pikirkan sekarang hanyalah, dia berselingkuh dibelakangku", ujar Angga dengan penuh kebencian.
"Apa?Apa itu mungkin? Kak Aleena adalah gadis yang baik. Tidak mungkin dia melakukan itu". Diana berusaha menyangkal tuduhan yang Angga berikan pada Aleena.
"Aku juga tidak tahu pasti akan hal itu"
Drrt drrt drrt
Disaat Angga dan Diana sedang bingung dengan tindakan Aleena, ponsel Angga berdering. Dia meraih ponsel dalam sakunya dan melihat layar ponselnya.
"Halo, Mah". Angga langsung menerima panggilan telepon tersebut tanpa mengulur waktu.
"Angga, kamu dimana? Ini sudah saatnya untukmu mengumumkan pertunanganmu. Semua orang sudah menunggu kalian", ujar ibu Angga dari ujung telepon.
"Iya Mah. Aku segera kesana". Angga yang sedang kesal langsung menutup telepon dari ibunya tanpa basa-basi.
"Apa yang akan Kakak lakukan? Semua sudah menunggu Kakak dan Kak Aleena untuk pengumuman pertunangan kalian. Jika sampai dibatalkan … maka kedua keluarga pasti akan sangat malu". Diana memang terlihat khawatir namun jika disadari, sedikit ujung bibirnya terangkat dan membentuk seringai tipis.
"Aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Seperti apa katamu, hampir semua orang tahu kalau keluarga kita akan terkait dengan ikatan pernikahan". Angga mengusap wajahnya sendiri dan terlihat jelas kalau dia sangat frustasi dan kecewa.
Angga terdiam memikirkan apa yang harus dilakukan.
"Kak, apa kamu sangat mencintai kak Aleena? Apa setelah ini kamu akan memaafkannya?". Diana bertanya pada Angga dengan sedikit ragu.
"Aku sangat mencintainya, tapi … aku tidak yakin apa kami bisa melanjutkan lagi hubungan kami kedepannya setelah melihat dia bersama pria lain. Aku sungguh kecewa padanya". Angga terlihat sangat sedih dan kecewa saat dia mengungkapkan perasaannya.
"Emn … apa Kakak bisa memberikan kesempatan padaku untuk menggantikan posisi kak Aleena?".
"Apa katamu?". Angga sangat terkejut mendengar perkataan Diana. Dia menatap gadis itu yang bicara padanya dengan ragu sambil menundukkan kepala.
"Aku serius. Aku menyukai Kakak sejak lama. Bahkan sebelum Kakak dan kak Aleena mulai berkencan. Jadi … Apa Kakak tidak bisa memberikan kesempatan padaku?". Diana menjelaskan dengan raut wajah serius dan penuh harap.
Angga kembali terdiam sambil terus menatap wajah Diana.
"Tapi aku ini pacar kakakmu dan kami akan bertunangan?", tanya Angga berusaha meyakinkan dirinya.
"Aku tahu, dan sudah sejak lama aku berusaha mengubur perasaanku pada Kakak. Aku berniat menyerah namun melihat sikap kak Aleena pada Kakak … aku tidak ingin melakukan itu. Meskipun dia kakakku sendiri, aku tidak bisa melihat dia mengecewakan pria yang aku sukai. Aku pasti bisa lebih baik dari kakakku. Aku akan menghargai Kak Angga. Karena itu, tolong pilih aku untuk menggantikan posisi kak Aleena". Diana terus berusaha meyakinkan Angga, bahkan kini air matanya mulai berderai membasahi wajah cantiknya.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Aku mencintai Aleena, tapi ketika mengingat dia bersama pria lain … aku tidak bisa memaafkannya. Terlebih lagi, pesta ini diselenggarakan untuk mengumumkan penyatuan keluarga kami".