Tujuh tahun lalu saat masih duduk di Universitas Viona Natasya menyukai seorang pria.
Dia pria itu Bernard Antonius, pria yang dianggap keluarganya sendiri seperti sampah.
Pria bertato yang tidak dicintai keluarganya. Viona selalu diam-diam memperhatikan dari jauh.
Saat itu usia Viona baru tujuh belas tahun. Dan Bernard berusia dua puluh enam tahun.
Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu, dan menjadi suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ciuman Pertama.
Viona menatap suaminya, dia melihat mata Bernard seperti ada luka kecewa di sana.
Viona merasa sangat bersalah, dia tidak bermaksud ingin membuat Bernard terluka.
"Maaf..aku hanya merasa canggung, aku merasa terkejut dengan kejadian ini" Viona mendekatkan dirinya lebih dekat lagi pada Bernard, dia merasa begitu bersalah karena membuat suaminya kecewa.
Viona dengan berani menatap Bernard, jantungnya berdegup kencang. Dia merasakan pipinya semakin merona.
"Kenapa kamu mau menerima menikah denganku?" tanya Bernard menatap mata Viona, "Banyak wanita ketakutan melihat ku, mereka merasa akan menderita kalau hidup bersamaku!"
"A..aku tidak merasa kalau kamu menakutkan suamiku!" kata Viona gugup.
Ini jantung kok gak bisa tenang sih! pikir Viona, dia merasa lututnya mulai terasa gemetar.
"Apakah kamu kasihan padaku?" tanya Bernard lagi merasa tidak puas dengan jawaban Viona.
"Ti..tidak!" Viona dengan cepat menggeleng, aduh..kok aku gugup terus sih! pikir Viona merasa bersalah.
"Benarkah?"
"Iya!" jawab Viona mengangguk cepat.
Oh syukurlah, aku tidak gugup lagi! bisik hatinya senang.
Bernard menatap wajah Viona, menelusuri setiap inci wajahnya.
"Aku merasa kamu sepertinya telah lama mengenalku, apakah benar?" tanya Bernard seperti menyelidiki.
Aduh gawat, pikir Viona seperti ketahuan. Tanpa sadar dia menelan ludahnya, dia kembali jadi gugup.
"Ti..tidak, aku merasa kakakku Naira terlalu kekanak-kanakan tidak mau menikah denganmu, jadi aku berinisiatif untuk menggantikan nya!" kata Viona menjelaskan, dia tidak berani mengatakan bahwa dari umur 17 tahun dia telah jatuh cinta pada Bernard.
"Benarkah?"
"Iya!" angguk Viona dengan cepat lagi, dia tersenyum manis menatap Bernard untuk meyakinkan nya.
Tanpa sadar jempol Bernard menyentuh sudut bibir Viona.
Viona tersentak merasakan bibirnya disentuh Bernard, jantungnya semakin berdegup kencang.
"Waktu pertemuan pertama kita, aku merasa kalau kamu tidak bersungguh-sungguh mau menikah dengan ku, aku merasa kamu terpaksa, karena hutang budi yang harus dibayarkan oleh Ayahmu!" kata Bernard kembali menatap mata Viona.
"Pada awalnya memang karena hutang budi, tapi aku memang tulus ingin menikah dengan mu!" kata Viona meyakinkan Bernard, tanpa sadar tangannya dia letakkan ke dada Bernard.
Tubuh Bernard tiba-tiba mematung merasakan dadanya disentuh Viona, Bernard merasakan jantungnya berdegup kencang.
"Aku tidak muda lagi, kenapa kamu bisa mau menerima begitu saja pernikahan itu" ucap Bernard mencoba menetralkan degup jantungnya.
"Aku merasa kamu tidak tua.." gumam Viona pelan.
"Benarkah?"
"Iya"
Bernard menatap bibir Viona, perlahan tanpa sadar kembali jempolnya membelai bibir Viona.
Mereka saling menatap satu sama lain.
Diwaktu pernikahan mereka Bernard tidak berani mencium bibir Viona, dia takut Viona sebenarnya karena terpaksa menikah dengannya.
Saat ini ada dorongan yang sangat kuat untuk mengecup bibir Viona, dan rasa itu tidak bisa dikendalikan nya, sangat kuat!
Perlahan Bernard menundukkan wajahnya, dan bibirnya pun menyentuh bibir ranum Viona.
Viona mematung ditempatnya berdiri, dia tidak percaya Bernard menciumnya.
Dadanya rasanya mau meledak karena degup jantungnya yang semakin kencang.
Ciuman pertamanya akhirnya diambil lelaki yang dicintainya, Viona merasakan kalau kakinya lemas.
Dia mencengkram kemeja Bernard erat, dia merasa akan terjatuh kalau tidak berpegangan.Dia merasakan kakinya terasa semakin lemas.
Bernard meraih pinggul Viona untuk merapat padanya, dan perlahan bibirnya mengulum bibir Viona.
Viona karena masih tidak percaya dengan apa yang dia rasakan, masih diam saja tidak membalas ciuman Bernard.
Bersambung.....