Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Setelah uap menghilang, yang duduk di kursi bukan lagi Shanaz, melainkan tubuh kosong seorang gadis kecil, tanpa wajah, tanpa rambut dan nampak seperti Mannequin yang berusia 10 tahun.
“Hee bisa begitu ya ?” tanya Bianca sedikit ketakutan.
[Sekarang silahkan di kontrol menggunakan skill puppeteer.]
Bianca mengarahkan telapaknya ke arah tubuh kosong, “pupeteer,” tiba tiba di tangannya muncul sebuah palang berbentuk tanda tambah atau plus dari cahaya, Bianca mencengkram palang cahaya di depannya dan banyak tali berbentuk cahaya dari palang itu yang langsung menempel di seluruh tubuh kosong yang terduduk di depannya.
“Kletek....klek...kletek,” tali cahaya itu membuat persendian di tubuh kosong sehingga nampak seperti boneka kayu yang di kendalikan oleh tali yaitu marionette. Tiba tiba tubuh kosong itu berdiri, Bianca mencoba menggerakkannya dengan memutar palangnya dan tubuh itu bergerak.
“Wow...bisa begini ya ? keren juga...dan mengerikan,” ujar Bianca.
[Sekarang ucapkan store marionette di kepalamu, maka tubuh itu akan tersimpan, kamu hanya bisa menggunakan skill puppeteer untuk mengontrol satu tubuh kosong atau marionette saja.]
“Ok mengerti,” ujar Bianca.
Dia mengucapkan store marionette di kepalanya, tubuh kosong itu langsung di penuhi cahaya dan “pyasssh,” tubuh yang sudah menjadi marionette itu menghilang begitu saja.
[Untuk mengeluarkannya lagi teriak take out marionette dan untuk melepaskannya release marionette.]
“Ok di ingat,” ujar Bianca.
“Baiklah, sekarang kita temui dulu pak Heru pemohon kita,” ujar Rei.
“Oh iya, kita masih tugas ya,” ujar Bianca.
“Haha lupa ya, ayo Bi,” ujar Rei menjulurkan tangannya.
“Hehe sori suamiku, ayo,” balas Bianca yang meraih tangan Rei.
“Bwuung,” mereka menghilang dan kembali di dalam kamar Heru, mereka melihat Heru masih menonton di layar hologram merah di depannya, ketika mereka datang Heru menoleh melihat mereka, air matanya berlinang namun dia tersenyum lega, wajahnya yang tenang terlihat pasrah dan siap untuk pergi,
“Terima kasih sudah membebaskan adik ku dan membalaskan dendam ku, sekarang silahkan kalian ambil bayarannya,” ujar Heru merentangkan tangannya.
“Sebelum itu, apa anda tidak ingin mengatakan sesuatu dulu kepada adik anda ?” tanya Rei.
“Tidak usah, biarkan dia menjalani hidupnya sendiri (berpikir) tapi boleh aku meninggalkan surat untuk dia, seandainya dia kembali kesini ?” tanya Heru.
“Silahkan, kami beri anda waktu,” ujar Rei.
Rei memberikan secarik kertas kepada Heru, dia langsung menuliskan isi hatinya untuk adiknya dengan air mata berlinang dan berjatuhan di atas kertas. Setelah selesai, dia memberikan lagi kertasnya kepada Rei yang kemudian meneruskannya pada Bianca. Setelah menaruh surat di meja,
“Baiklah, anda siap ?” tanya Rei.
“Saya sudah siap, silahkan,” jawab Heru sambil merentangkan tangan dan memejamkan mata.
Rei mengangkat tangannya dan menggunakan skillnya, kemudian jiwa Heru keluar dan masuk ke dalam tangan Rei. Setelah itu, Bianca menangkap tubuh Heru dan membaringkannya kembali di ranjang, dia melipat kedua tangan Heru di perutnya dan menyelimutinya. Rei menghubungi Irene dan Febi di vila,
“Irene, tolong keluar agak jauh sedikit dari vila, kita mau kembali ke sana,” ujar Rei.
“Oh ok, bentar ya, kak Febi juga ?” tanya Irene.
“Dia lagi ngapain ?” tanya Rei.
“Lagi ngobrol ama tante sih, aku sih lagi di kamar ya, orang yang membersihkan vila sudah datang soalnya,” jawab Irene.
“Ya udah, tolong ya,” balas Rei.
“Ok deh, sabar ya,” balas Irene.
Dengan sabar Rei dan Bianca menunggu di dalam kamar Heru sambil membersihkan sedikit kamar Heru, setelah Irene sudah keluar agak jauh dari vila dan memberitahu Rei di kepalanya, tiba tiba, “klek,” terdengar suara pintu depan di buka seseorang, Rei dan Bianca menoleh melihat ke pintu kamar,
[Sebaiknya kalian segera pergi.]
“Iya, ayo Bi,” ujar Rei memegang tangan Bianca.
“Iya Rei,” balas Bianca yang menggenggam tangan Rei.
“Bwuuung,” keduanya menghilang, “klek,” pintu kamar di buka, “kak ?” tanya Budi yang mengintip ke dalam kamar. Melihat Heru yang terbaring di ranjang, Budi langsung membuka pintu kamar nya lebar lebar dan masuk menghampiri Heru bersama Mawar kekasih nya, mereka melihat Heru sudah meninggal dengan wajah yang tenang dan damai.
“Maaf kak....maaf...hik...hik,” ujar Budi sambil merebahkan kepalanya di tubuh Heru dan memeluknya.
Mawar yang berdiri di belakangnya mengelus punggung Budi yang berlutut dan menitikkan air mata merasakan kesedihan Budi yang baru saja di tinggal kakak nya.
******
“Buung,” Irene kaget karena tiba tiba Rei dan Bianca muncul di sebelahnya, dia mengelus ngelus dadanya, Rei memeriksa sekeliling, ternyata Irene berada di dalam hutan walau tidak terlalu dalam,
“Huuuf....ngagetin, di sini serem tau,” ujar Irene.
“Hehe sori Ren, lagian kamu kan hantu, masa takut sih,” balas Bianca.
“Oh bener juga ya hehe,” balas Irene.
“Huff akhirnya selesai,” ujar Rei sambil merengangkan tubuhnya.
“Selamat datang kembali suami ku,” ujar Irene yang langsung memeluk Rei.
“Dasar, tapi aku udah puas sih seharian bersama Rei hehe,” ujar Bianca.
“Iya curang, yuk balik ke vila,” balas Irene.
“Iya yuk,” balas Rei.
Ketiga nya berjalan menelusuri jalan hutan untuk kembali ke vila, setelah itu mereka masuk ke dalam vila dan berkumpul lagi dengan Laila, Angel juga Febi. Malam harinya, setelah Laila, Angel, Irene dan Febi tidur, Rei dan Bianca diam diam ke ruang tengah vila, mereka melihat hantu Laras duduk di sofa sambil memeluk boneka nya.
Laras yang melihat Rei datang langsung ceria dan turun dari sofa, dia berlari dan memeluk Rei namun tubuhnya menembus tubuh Rei sampai dia tersungkur jatuh.
“Hahaha jangan nafsu gitu napa,” ujar Rei sambil berpura pura mengelus kepala Laras yang duduk di lantai dengan wajah cemberut.
“Hehe jatuh ya, kasihan,” ledek Bianca.
[Baiklah, kita mulai, silahkan keluarkan marionettenya.]
Bianca berdiri dan menjulurkan tangannya ke arah sofa, dia mengatakan take out marionette, cahaya berkumpul di atas sofa dan “klek,” tubuh kosong yang sudah menjadi marionette itu muncul terduduk di sofa.
[Rei, ubah dirimu menjadi reaper dan bawa Laras mendekat, ketika Bianca melepaskan marionette nya, langsung masukkan Laras ke dalam tubuh itu.]
Rei mengubah dirinya dan menggendong Laras, kemudian dia berjalan ke depan tubuh kosong marionette yang terduduk di sofa. Bianca melepaskan kontrolnya dan tubuh itu kembali menjadi tubuh manusia yang kosong. Rei jongkok dan memasukkan Laras yang terlihat ketakutan ke dalam tubuh kosong itu. “Sleb,” Laras masuk ke dalam tubuh kosong dan perlahan lahan tubuh kosong itu berubah, rambutnya memanjang dan mekar, wajahnya perlahan lahan mulai terbentuk. Rei kembali ke wujud semula dan jongkok di sebelah Laras di dampingi oleh Bianca.
Setelah terbentuk sempurna, Rei dan Bianca melihat seorang gadis kecil yang cantik dan lucu terbaring tidak sadarkan diri, dadanya kembang kempis menandakan dia bernafas dan hidup. Rei dan Bianca saling menoleh melihat satu sama lain dengan senyum menghiasi wajah mereka.
“Uh,” terdengar suara gadis kecil di kepala keduanya.
Laras membuka matanya, dia menoleh melihat Rei dan Bianca, senyum lebar langsung menghiasi wajahnya, tanpa berlama lama, dia bangkit dan langsung melompat memeluk keduanya,
“Papa....mama,” ujar sang gadis.
“Huh ?” tanya Rei dan Bianca karena kaget.
[Hohoho seperti anak ayam yang baru pertama kali membuka mata melihat orang tuanya.]
“Sebentar Laras, aku bukan papa mu dan dia bukan mama mu,” ujar Rei.
“Laras ? siapa ? namaku Sara,” ujar Sara.
“Eh kok Sara ?” tanya Rei.
[Namanya ku ubah menjadi Saraswati, tubuh milik Shanaz dan jiwa milik Laras, mereka bergabung menjadi satu dan aku menambah kepintarannya sedikit menyesuaikan dengan tubuh nya. Coba saja lihat raut wajahnya, sedikit berubah dari ketika dia berwujud hantu.]
Rei dan Bianca mengamati wajah Sara, ternyata yang di katakan SS benar, wajahnya terlihat seperti gabungan wajah Laras dengan Shanaz menjadikan Sara lebih cantik dari Laras maupun Shanaz.
[Ingatan soal papa mama nya juga sudah ku hapus sehingga dia sekarang kosong, kalian jelaskan saja kalau dia adalah adik kalian dan satu lagi, dia partner ke empat mu Rei hohoho.]
“Hah...partner ? ga salah lo ?” ujar Rei berteriak.
“Iiih...pedofil,” ujar Bianca yang bergeser dari Rei sambil melihat Rei dengan tatapan yang menjijikkan.
“Enak aja, aku bukan pedofil,” teriak Rei.
“Hehe tau kok, bercanda,” balas Bianca yang kembali merapat.
[Partner tidak selalu harus istri kan ? selain istri ada satu lagi yang bisa dan cocok jadi partner, yaitu adik. Nah sekarang apa kamu ga penasaran melihat quest log di aplikasi ?]
“Oh benar juga,” ujar Rei.
Dia mengambil smartphonenya dan membuka aplikasinya, jarinya bergerak naik turun dan mengklik log nya. Bianca menatap smartphone Rei dari sebelahnya,
**************************************************************************
Target : Shanaz Aulia.
Age : 30.
Ocupation : CEO.
Evil deeds : Extortion, premeditated murder, deception, enslave.
Victim : Budi Pandjaitan (28) and more.
Status : Deceased.
Exp : 4500 poin
**************************************************************************
Applicant data :
Name : Heru Pandjaitan.
Age : 45.
Soul value : 750.000.000,-
Payment : Soul
Status. : Paid off
Life Status : Deceased.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Debt : 8.000.000.000,-
Debt #2 : 6.000.000.000,-
Debt #3 : 5.500.000.000,-
Debt #4 : 7.200.000.000,-
Total : 25.900.000.000 – 750.000.000 \= 25.150.000.000,-
Debt #5 : 20.000.000.000,-
Total all : 45.150.000.000 - 4.000.000.000 \= 41.150.000.000,-
Quest completed.
**************************************************************************
“Hah ?” teriak Rei dan Bianca di kepalanya.
[Ah benar juga, aku belum bilang berapa value nya jiwa Laras, karena dia super spesial, jiwanya di hargai 20 miliar hohohoho.]
“Status,” ujar Rei di kepalanya.
***************************************************
Name : Reihan Santosa (17).
Race : Half Reaper.
Level : 30 (8430/20.000)
Power : 6000.
Active skill : Brain control, illusion, vanish, surgery, soul drain.
Passive skill : Low presence, hyper regeneration, scythe mastery.
Weapon : Death Scythe.
Debt : 8.000.000.000,-
Soul partner : Irene Renata,
Febiola Anjani.
Bianca Ridwansyah.
*new* Saraswati.
Skill partnership : Telepath, teleport.
Total Debt : 41.150.000.000,-
***************************************************
“Hiks....hutang terbesar di dalam hidup gue...hiks,” ujar Rei lirih.
"Huuuh nambah nya dashyat, gede banget hutang kita sayang," tambah Bianca lirih.
[Kalian berniat menolong Laras kan ?]
“Iya, gue ngerti, udah gue ga akan komplain, tapi tolong ya, lain kali kasih tau di awal,” ujar Rei.
"Ya udah deh, demi Laras," tambah Bianca.
[Hmm padahal aku kemarin sudah bilang jackpot hohoho.]
“Jadi ini maksud lo jackpot, rese lo asli,” ujar Rei.
Tiba tiba, “duk...duk...duk,” terdengar langkah kaki menuruni tangga, Rei dan Bianca menoleh melihat Irene dan Febi berlari turun, keduanya langsung menghampiri Rei dan Bianca,
“Apa ini maksudnya, kenapa hutang kita jadi bengkak parah ?” tanya Febi.
“Ayo jelaskan suami ku, hutangnya jadi mengerikan nih,” tambah Irene.
“Um...gini, Sara, kenalkan, yang ini kakak Irene dan yang kacamata kakak Febi,” ujar Rei.
“Iya, mereka juga sama kayak kamu,” tambah Bianca.
Akhirnya Rei dan Bianca menjelaskan semua nya kepada Irene dan Febi tanpa menyinggung masa lalu Rei dan asal muasal Sara, mereka akhirnya mengerti dan menarik nafas panjang,
“Sayang, kamu bukan pedofil kan ?” tanya Febi.
“Iya suami ku, jelaskan, aku tidak mau nih melihat kamu memperistri bocah,” tambah Irene.
“Hihihihi rupanya mereka sama kayak aku,” tambah Bianca.
“Aku bukan pedofil,” teriak Rei.
mampir juga ya kak di cerita akuu