seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Tertarik
Juno memutus panggilan tanpa permisi, hatinya berlampau kesal karena kebiasaan sang kekasih benar-benar sulit diubah . Di jam seperti ini Alya masih keluyuran meskipun juno sudah berulang kali melarangnya
untuk meninggalkan Sisil seorang diri dalam keadaan sakit pun Juno tidak tega , akhirnya , setelah menimbang dalam dalam hati , Ia memutuskan untuk menghubungi Niko. Salah seorang sahabatnya juga berprofesi sebagai guru di sekolah yang sama
"Ada apa?" suara Niko menyapa telinga . Disusul dengan suara bising menyerupai gemuruh kendaraan berlalu Lalang, Juno pun sudah menembak bahwa Niko sedang berada di luar rumah
"Lagi di mana, bro ?" Ia bertanya frontal tanpa basa-basi
"Di jalan mau pulang , kenapa ?"
"Boleh minta tolong, nggak?"
"Nggak boleh" sambar niko sembari tertawa renyah, lalu kemudian berkata "Minta tolong apaan?"
"Alya lagi di cafe temannya , mau pulang tapi aku nggak bisa jemput , kalau kamu nggak buru-buru bisa sekalian antar dia pulang, Bisa nggak ?"
"wow...Wow ada apa dengan mu? Tumben nggak bisa jemput?" Niko bertanya dengan nada heran , biasanya Juno dengan selalu siap kapanpun kekasihnya itu membutuhkan . Di Larut malam sekalipun
"Lagi gak bisa aja, tolong yah nik!" ucap Juno, tanpa mengungkapkan alasan sebenarnya
"Bisa sih, cafe yang biasa itu -kan?"
"Iyah, bro"
"Ya sudah , aku langsung kesana sekarang"
Juno baru bernapas lega , beruntung Niko tidak sama sekali keberatan mengantar Alya pulang
"Makasih, bro"
setelah panggilan berakhir , Juno kembali memandangi wajah sang istri yang tirus dan pucat
"Kenapa kamu sakit segala sih ?" gunam nya pelan
Hingga beberapa menit berlalu , ketika Juno hendak berbaring di karpet bulu ponselnya berdering kembali . Ke- Dua alisnya saling bertaut ketika membaca nama memanggil yang tertera pada layar
"Iyah nik...!" ucap Juno setelah menggeser tombol hijau pada permukaan layar
"Bro, Alya nggak mau kalau aku antar pulang , katanya dia akan tunggu sampai kamu yang jemput"
"Ya ampun". Rasanya Juno ingin meledakkan amarah , dia melirik jam yang melekat pada dinding kamar , waktu sudah menunjukkan ke angka jam 23.30 malam.
"Ya sudah, aku akan segera kesana sekarang"
"Sorry yah, bro!"
"Nggak apa-apa, aku yang minta maaf sudah ngerepotin"
Juno segera menuju ke kamarnya mengambil jaket dan menyambar kunci motor . Sebelum keluar rumah , Iya sempat menengok sisil sebelum berangkat , melihat sang istri sedang berusaha bangkit dengan gerakan lemah
serta merta Juno melesetkan tubuhnya memasuki kamar dan menopang tubuh istrinya yang hampir terhuyung
"Mau apa kamu?"
"Mau minum mas, saya haus"
"Duduk biar saya ambil kan untuk kamu" ia menyandarkan wanita itu di tempat tidur dan segera keluar kamar, kurang dari 5 menit Juno sudah kembali dengan membawa sebotol air mineral dan gelas
"Ini minuman nya" sambil menyodorkan segelas air putih
Sisil meneguk hingga gelas kosong, ujung matanya sempat melirik Juno yang tampak rapi dengan memakai jaket
"Sisil kamu nggak papa kan saya tinggal sebentar?" saya harus jemput Alya" ucap juno
"Nggak apa-apa mas" suara Sisil nyarios berbisik, namun masih dapat tertangkap jelas Dalam pendengaran Juno
"Ya sudah saya tinggal sebentar ya, kamu istirahat saja"
tak ada sahutan lagi dari Sisil , membuat juno segera beranjak keluar dari rumah itu
***
Entah Sudah berapa kali Alya melirik jam di pergelangan tangannya , jarum pendek yang hampir menunjuk ke angka 12, namun Juno belum juga menampakan batang hidungnya.
berjalan mondar-mandir di depan Cafe , Alya tampak kesal. Tak dapat dipungkiri ketika ia melihat Juno berboncengan mesra dengan Sisil tadi mengukir rasa cemburu dalam hati . Meskipun ia tahu bahwa Sisil tidak lebih dari keponakan kekasihnya
"jangan-jangan Juno lagi jalan bersama keponakannya , makanya nggak bisa jemput kamu" ucapan seorang teman beberapa jam lalu berhasil mengusik pikiran Alya. Ia mulai memikirkan banyak kemungkinan berselingkuh
"Ngga!, Juno hanya cinta sama aku" wanita itu berguna dalam hati meyakinkan dirinya
Hingga pada saat motor sport yang dikendarai Juno berhenti di depan Cafe . Barulah Alya bernafas lega , namun tetap saja tak cukup untuk mengusir rasa kesal yang terasa membuncah dan akan meledak di ubun-ubun
"Kenapa sih lama banget!" pertanyaan Ketus itu menjadi sambutan pertama saat Juno menghampiri sang kekasih
"Sisil sakit Al, aku tidak bisa ninggalin dia di rumah sendirian"
bukannya reda ,marah yang menguasai wanita itu malas semakin memuncak "Jadi kamu lebih mementingkan keponakan kamu dibandingkan aku ? Sampai tega kamu meminta Niko untuk menjemput aku"
"Bukan begitu maksudku nya Al! Lagian kamu ngapain sih malam-malam keluar?"
"Aku cuman nongkrong di cafe sama teman , aku nggak macam-macam" balas Alya tak mau kalah "Kenapa aku merasa sekarang kamu lebih mementingkan Sisil dibanding ?"
tak ingin menjadi pertengkaran , Juno memilih diam . Ia tahu betul seperti apa karakter Alya , Tak jarang keduanya bertengkar hanya karena Alya cemburu berlebihan . Namun Juno selalu memahami Dan menganggap bahwa kecemburuan Alya itu hanyalah cinta dan takut kehilangan
"Ya sudah, aku minta maaf. Ayo aku antar pulang sekarang"
***
motor sport milik Juno menerobos Jalan Raya , malam itu Jalan Tampak lengang , tidak ada kemacetan seperti malam-malam sebelumnya
Ketika lampu lalu lintas berganti warna dari hijau menjadi merah , juno menatap tangan Alya yang melingkar di pinggangnya . Entah mengapa tiba-tiba pikirannya tertuju pada Sisil
Tak dapat dibantah oleh Juno, bahwa ada sensasi hangat yang sulit diartikan saat sisil memeluknya dari belakang, serta bersandar di punggung . Seperti ada benang merah yang menghubungkan antara mereka
"Juno...." tanya Alya
"Iyah,sil.." jawab Juno tanpa sadar
sontak bola mata air memicing penuh curiga, juno baru saja salah menyebut, tentu tentu hal ini membuat sang kekasih naik pitam
"Sisil! Apa dipikiran kamu sekarang hanya ada Sisil?" tanya Alya kesal, membuat juno gelagapan
"Maaf Al, aku cuman reflek karena meninggalkan Sisil sendirian dirumah, tidak lebih"
Tak ada sahutan lagi dari Alya, Juno meyakini bahwa sang kekasihnya itu sedang merasa kesal . Bahkan saat mereka tiba di rumah Alya langsung turun dari motor, memasuki rumahnya dengan hentakan kaki cukup keras
"Al, please jangan kaya anak kecil" Juno menarik lengan Alya ketika hendak masuk kamar , membuat langkah wanita itu terhenti
"Aku lagi kesel sama kamu! Tadi aku lihat kamu boncengan sama Sisil sambil pelukan dan sandar di punggung kamu segala, gimana aku nggak khawatir kalau dia akan merebut semua perhatian kamu"
"Ya ampun Al, dia sadar di punggungku Karena dia sakit , kalau dia jatuh di jalan, aku juga yang repot"
"Bisa aja kan Sisil pura-pura sakit untuk dapat perhatian kamu?"
"Terserah kamu deh, Al , aku cape mau pulang!"
Juno hendak melangkah meninggalkan wanita itu ,namun, secepat kilat Alya menyusul menabrakkan tubuhnya pada punggung tegap itu
"Maafin aku Juno, Tolong jangan pergi , Aku hanya takut Dian kamu akan berkurang , wajar kalau aku punya pikiran seperti itu, aku cuman nggak mau kehilangan kamu"
Aliya mengubah posisi , hingga kini ia tepat di hadapan sang kekasih memeluknya dengan erat
"Maafin aku, yah" bisik nya dengan manja
perlahan sikap juno mulai lunak . ia membalas pelukan kekasihnya itu
tanpa melepas pelukan , alya mendongak kan kepala hingga bibirnya hampir menyentuh lakukan leher Juno , namun , Juno segera tersadar dan menjauhkan diri sebelum keduanya melangkah lebih jauh
"Jangan Al!"
bibir menggoda berwarna merah delima itu mengkerucut, "Kamu kenapa sih? Apa aku setidak menarik itu di mata kamu?"
"Bukan gitu, kamu cantik, menarik dan aku hanya saja.... Jangan sekarang "
"Kenapa?"
"Kita belum menikah Al, apa salah nya kamu sabar menunggu"
"Tapi pada akhirnya kita juga akan menikahkan ? atau jangan-jangan kamu nggak serius sama aku dan mengharapkan Perjodohan yang ditetapkan orang tua kamu dengan gadis kampung itu ?"
"Ya ampun Al, aku bahkan belum melihat Seperti apa dia , kamu tahu sendiri Aku mencari dia ke desa Untuk membatalkan Perjodohan itu"
"kalau begitu kenapa kamu terus menolakku ?"
"aku tidak menolak kamu , tapi tunggu dulu sampai waktunya tiba"
"aku nggak bisa Juno , banyak orang yang melakukan ini sebelum menikah"
tangan halus Alya melingkar di leher Juno, mengusapnya dengan gerakan seksual , kemudian mendapatkan wajahnya hingga kedua bibir mereka hampir menyatu
Bersambung....