"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32. Berniat Menghancvrkan
Astaga. Kimberly lupa jika dia belum menceritakan pada Jennifer tentang Dania. Dia lupa mengatakan pada Jennifer jika Dania sekarang adalah art di rumahnya. Saking seriusnya mereka membahas William, Kimberly jadi melupakan Dania.
Kimberly berjalan pulang, saat itu jalanan cukup sepi, walaupun belum terlalu sore tapi jalanan saat itu seperti sudah tengah malam. Sepi sekali.
Kimberly menyalakan lagu di mobilnya untuk mengusir rasa sepi itu. Dia menyalakannya keras, lagu KPop Korea. Kimberly ikut bernyanyi dan membuktikan jika suaranya memang sangat bagus.
Lagu yang Kimberly sukai adalah lagu berbau Korea, inggris atau China. Lagu yang dari luar negeri lah yang Kimberly sukai dan sering putar di mobilnya atau pun ponselnya.
Setelah hampir sampai di rumahnya, yang jika bisa dihitung tinggal beberapa meter lagi, Kimberly melambatkan laju mobilnya.
Dia tetap juga menyanyi, sampai ketika dia sudah tiba tepat di depan rumahnya ponselnya berdering. Deringan itu tidak hanya berbunyi satu kali, tapi berkali-kali.
Kimberly segera memarkirkan mobilnya dengan tepat di tempatnya biasa parkir, melepas seatbelt yang melilit di tubuhnya dan meraih ponselnya yang saat itu ada di dalam tas selempang miliknya di kursi penumpang di sebelahnya.
Kimberly membuka ponselnya dan menemukan nomor adik sang papa yakni Tante Nimas Kumadewi menelpon dirinya.
Dengan cepat Kimberly mengangkat panggilan itu. Dia begitu senang melihat Tante Dewi mau menghubunginya. Tidak sabar untuk segera bertemu dengannya.
Kimberly: Halo, Tan
Dewi: Halo Kim. Ini Kimberly ya? kamu apa kabar sayang? udah lama nggak ketemu ya
Kimberly: Baik Tan. Iya kita dah lama nggak ketemu ya, dari semenjak papa meninggal Tante udah nggak pernah pulang
Dewi: Hehe iya Kim. Tante males buat pulang, pasti di rumah bakal perang mulu sama suami jadi mending kerja aja. Disini bos Tante baik, pasti bahagia Tante disini. Oh iya Kim, kamu masih tinggal sama Dania?
Kimberly sempat terdiam, namun setelahnya dia memberikan balasan.
Kimberly: Ah iya Tan. Masih. Aku masih tinggal sama mama sama Tasya
Dewi: Oh yaudah. Bagus kalo gitu. Dania perempuan baik ya. Meski kamu bukan anaknya tapi dia mau ngurus kamu. Hebat banget. Kalo Tante pasti nggak kuat. Dia ngurus dua orang anak sekaligus loh
Kimberly mulai merasa kesal melihat tantenya ini memuji Dania. Ingin sekali Kimberly mengatakan yang sebenarnya pada Dewi jika dia tidak bisa menahan emosinya. Kimberly ingin bertemu langsung dengan tantenya ini, menceritakan padanya semuanya secara langsung.
Kimberly: Ah iya. Dia baik. Ehm Tan, Tante kapan pulang ke indo? aku kangen sama Tante. Kita ketemu yuk. Kapan Tante pulang?
Dewi: Sebenarnya males Tante pulang Kim. Tapi kalo buat ketemu kamu ya boleh aja. Minggu depan Tante pulang ya. Minggu depan itu hari libur Tante. Tante ambil cuti jadi bisa pulang.
Tapi Kim, ehm Tante bisa tinggal sama kamu aja nggak? males Tante di rumah tuh. Ada suami Tante yang nyebelin itu. Tante aja mau pulang niatnya gak bilang dia kok. Bisa nggak Tante tinggal dirumahmu aja?
Kimberly kembali terdiam. Jika Dewi tinggal bersamanya itu artinya Dewi akan bertemu dengan Dania. Kimberly takut Dania akan mengatakan jika dia menjadi art dan Kimberly yang menyuruhnya.
Dulu Dania dan Dewi sangat akrab. Mereka seperti teman baik. Kimberly takut Dewi lebih percaya pada Dania ketimbang dirinya.
Kimberly: Oh okelah bisa. Tante tinggal aja sama aku. Masih ada kamar kosong kok. Tante bisa tinggal disini selama di Indonesia. Tapi Tan
Kimberly menjeda ucapannya. Dia terlihat ragu dan takut. Atau mungkin bingung.
Dewi: Kenapa Kim?
Kimberly: Tapi sebelum itu aku mau ketemu dulu sama Tante. Setelah Tante turun dari bandara, aku bakal jemput Tante dan kita bicara di cafe. Ada yang mau aku omongin sama Tante. Penting
Dewi: Oh, ehm kenapa nggak sekalian dirumah aja, sama Dania? dia kan juga keluarga kita, apa ini serahasia itu sampe dia nggak boleh tau?
Kimberly dengan cepat membalas.
Kimberly: Iya ini rahasia. Dia nggak boleh tau karena yang mau kita omongin itu tentang dia. Ini tentang mama Dania tan. Please, Tante segera pulang ke Indonesia dan aku ceritain sesuatu tentang dia
Dewi terdiam. Tidak terdengar suaranya di seberang. Sepertinya Dewi terkejut sesaat Kimberly mengatakan tentang Dania. Hmm, baguslah. Kimberly ingin mengatakan semuanya pada Dewi. Dia percaya Dewi mau mendukungnya dan berada di pihaknya. Bukan Dania.
Dewi: Dania? astaga. Dia kenapa Kim? dia ngelakuin apa kok Tante nggak tau?
Kimberly: Kalo Tante pulang aku bakal ceritain, tapi dia nggak boleh tau kalo kita ketemu. Biar aja dia tetap di rumah, tapi kita ketemu di cafe
Dewi: Ah oke. Kalo Tante udah sampai Tante kabarin kamu ya. Ehm Kim, Tante mau lanjutin kerjaan Tante ya. Mau nyuci sama beres-beres
Kimberly: Oke Tan. Makasih ya, see you
Dewi: See you Kim
Kimberly pun memutus panggilan itu. Dia menutup ponselnya dan meletakkannya kembali di dalam tas selempang nya.
Beberapa saat lamanya Kimberly duduk diam di dalam mobilnya. Dia cukup malas untuk masuk kedalam rumah setelah tau ada Dania di dalamnya. Tapi dia lelah, ingin istirahat.
Kimberly segera meraih tas selempangnya dan turun. Dia memasuki rumah dan menemukan Dania tengah duduk santai di sofa. Memainkan ponselnya dan melipat kedua kakinya. Seperti nyonya saja lagaknya kali ini. Sudah mulai berani sepertinya.
Kimberly berjalan menuju Dania, duduk di sebelahnya. Di tatapnya Dania yang saat itu tidak menyadari kedatangan Kimberly. Dania masih asik dengan ponselnya, sampai akhirnya Kimberly rebut ponsel Dania itu dan menyimpannya.
Dania terkejut melihat ponselnya direbut seseorang, terlebih setelah tau orang itu Kimberly. Dania m4ti kutu. Dia terdiam seribu bahasa dan menundukkan wajahnya takut.
Kimberly masih menatap tajam kearah Dania. Dia mengulurkan tangannya, mencengkeram erat bahu Dania, membuat Dania semakin menggigil.
"Berani kamu ya main hp seperti ini?! ini masih jam kerja Bu, anda art di rumah ini bukan nyonya. Majikan disini saya, bukan anda. Anda berani lagi seperti ini saya jamin anda keluar dari sini dan selamanya tidak akan bertemu dengan Tasya!" Kimberly melepas cengkeraman tangannya dari bahu Dania, bangkit dari duduknya dan pergi ke kamarnya di lantai atas.
Setelah Kimberly pergi, Dania kembali membuka ponselnya. Dia melihat Kimberly sudah tidak terlihat, dengan berani Dania kembali membuka ponselnya, menghubungi teman baiknya, Anjar.
Dania ingin mengajak Anjar ketemu, entah dengan alasan apa nanti, yang terpenting Dania ingin bertemu dengan Anjar dan menceritakan semua yang terjadi padanya pada Anjar.
Setelah beberapa saat bicara mereka memutuskan untuk bertemu di cafe. Dania berniat meminta izin pada Kimberly jika dia akan pergi ke Indomaret untuk membeli beberapa kebutuhan rumah tangga. Padahal yang sebenarnya terjadi dia akan bertemu dengan Anjar di cafe.
"Bagus. Aku tinggal ngasih alasan itu dan akhirnya bisa pergi. Aku pengen banget buat ceritain semua yang terjadi sama dia. Siapa tau dia bisa kasih solusi." Dania kembali memandangi ponselnya yang menunjukkan riwayat chatannya dengan Anjar. Dia tersenyum senang dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan Anjar pukul tujuh malam nanti.
Tepat pada pukul tujuh malam, Dania bersiap-siap. Dia mengganti pakaiannya dan berdandan. Setelah merasa jika polesan make up di wajahnya selesai, Dania meraih tas selempangnya dan keluar dari kamar. Dia menemukan Kimberly sedang duduk di meja makan seorang diri.
Dengan ragu Dania berjalan menghampirinya, berdiri tidak jauh darinya.
"Ehm, nyonya, saya mau ijin keluar sebentar ya mau ke Indomaret buat beli kebutuhan rumah tangga. Tadi udah pada habis." ucap Dania.
Kimberly yang semula fokus membalas chat-an pembeli propertinya segera memalingkan wajahnya kearah Dania. Disaat dia menatap kearah Dania, dia menemukan Dania begitu rapi dan cantik. Seolah dia hendak pergi ke kondangan atau mau pergi ngumpul-ngumpul dengan temannya.
Dandanan Dania kali ini jauh berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya Dania terlihat biasa saja mengingat dia sekarang adalah art di rumahnya. Sekarang Dania terlihat lebih modis.
Dia mengenakan celana jeans hitam, dress crop merah dan rambutnya di urai panjang. Kimberly mengerutkan keningnya, dia tahu Dania berbohong padanya.
"Yasudah pergilah. Tapi jangan lama-lama pulangnya." balas Kimberly.
Dia tidak ingin mengurusi Dania lebih jauh. Jika dia pergi baiklah, terserah. Mau melakukan apapun juga terserah. Kimberly tidak peduli dengannya. Toh alat penyadap suara yang dia pasang di tas Dania itu masih ada. Jadi dia bisa mendengarkan apa yang Dania katakan. Ini akan menjadi saat yang menyenangkan.
Dania menganggukkan kepalanya dan dengan cepat pergi dari sana. Dia ingin menemui Anjar di cafe tempat mereka janjian sebelumnya.
Setibanya di cafe itu dan memasukinya, Dania menemukan Anjar sedang duduk di pojokan cafe dan meminum secangkir kopi. Dania berjalan menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Hai, Jar. Udah dari tadi?" tanya Dania pada Anjar.
Dengan cepat Anjar memalingkan wajahnya kearah Dania. Senyuman hangat langsung Anjar berikan pada Dania setelah dia lihat teman baiknya itu ada di hadapannya.
"Oh hai, Dan. Nggak kok, gue belum lama sampe. Lo apa kabar Dan, lama nggak ketemu." tanya Anjar.
Dania semula tersenyum hangat pada Anjar saat melihatnya, tapi setelah mendengar pertanyaannya Dania terdiam dan senyuman hangat di wajahnya memudar.
"Ya, gue baik. Seperti yang Lo lihat. Lo sendiri apa kabar, Jar? Lo sering sibuk sekarang ya?" tanya Dania, berusaha menyunggingkan senyum meskipun terasa sulit. Dia tidak bisa terus berusaha seolah baik-baik saja padahal sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
Anjar menepuk pelan tangan Dania, tersenyum lebar kearahnya. "Gue baik. Kerjaan gue ya banyak. Suka ribet gue ngurusinnya, tapi okelah. Duitnya bisa buat gue beliin susu anak gue. Oh iya Dan, kata Lo tadi Lo mau ceritain hal penting ya? hal penting apa Dan? Lo kenapa?" tanya Anjar penasaran.
Dania menghela napas dalam-dalam, dia terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Anjar.
"Ini soal hubungan gue sama Kimberly, Jar. Gue mau cerita sama Lo soal dia." balas Dania.
Anjar semakin penasaran. Dia menganggukkan kepalanya cepat. "Iya, terus?" balas Anjar.
Dania melanjutkan ucapannya. Kali ini dia terlihat lebih serius dan matanya menatap tajam kearah Anjar.
"Lo tau kan Kimberly itu an4k tiri gue, anak almarhum mas Yoga sama istrinya sebelumnya?" jeda Dania.
"Iya gue tau. Kimberly kenapa? dia tau hubungan Lo sama William?" tanya Anjar penasaran.
Sebelumnya Anjar sudah mengetahui jika Dania ada hubungan dengan William, suami Kimberly. Awalnya Anjar sebagai teman Dania melarang keras hubungan itu.
Tapi setelah dia mendengar alasan Dania dan semua bukti yang dia berikan, Anjar akhirnya pasrah dan mendukung hubungan Dania dengan William. Dia serba salah disini. Mendukung perselingkvhan itu salah, tapi jika tidak Dania itu temannya.
Sulit. Anjar bingung.
"Iya. Udah lama tau. Sekarang Kimberly udah cerai sama William dan William pergi gatau kemana setelah cerai dari Kimberly. Dia marah sama gue dan nyesel karena udah mau balikan sama gue ...,"
"Jar, Lo tau, gue sekarang jadi art di rumah Kimberly. Dia angkat gue jadi art dengan alasan Tasya." balas Dania. Dari tatapan matanya Dania terlihat marah, seperti ingin mencakar orang rasanya.
Anjar yang mendengar ucapan Dania terlihat sangat terkejut. Dia hampir saja menggebrak meja di depannya jika dia tidak bisa menahan rasa terkejutnya.
"Asli ini gil4 banget. Gimana bisa dia angkat Lo jadi pembantu. Dan, Lo kenapa mau aja sih buat jadi pembantu di rumahnya? kenapa Lo nggak nolak? dia cuma mau jebak Lo doang, Dan. Dia mau balas dendam ke Lo karena Lo dah hancvrin pernikahan dia." jeda Anjar.
Dia menarik buang napasnya berulang kali, kemudian melanjutkan ucapannya. "Dan, Tasya itu anak Lo yang masih SD itu kan? Lo keluar aja dari rumah Lo dan ajakin Tasya sekalian. Tasya itu sayang sama Lo. Lo itu ibunya, pasti dia lebih milih Lo daripada Kimberly ...,"
"Dulu Kimberly sama Tasya sering berantem kan? jadi nggak mungkin Tasya lebih milih sama dia." lagi-lagi Anjar menjeda ucapannya.
Dia mendekatkan wajahnya pada Dania, membisikkan sesuatu padanya. Ada beberapa saat lamanya Anjar membisikkan sesuatu pada Dania, yang setelah mendengar bisikannya itu Dania terlihat sangat senang.
"Oh jadi Lo mau gue buat ngerjain Kimberly gitu? Lo mau gue racvnin dia dan bikin dia metong? serem juga Lo ya. Gue nggak mungkin sejahat itu kali." Dania terlihat menolak apa yang Anjar sarankan padanya.
Meskipun itu bagus, Dania tidak bisa melakukannya. Baginya itu sangat liar, kasar. Dania tidak bisa melakukan hal kasar seperti itu. Apalagi pada seseorang yang pernah menjadi an4k tirinya.
"Halah Lo apaan sih, Dan. Lakuin aja kali. Kalo dia metong Lo bisa kuasai hartanya, Lo bisa hidup bahagia sama Tasya, tanpa ada dia yang mempersulit hidup Lo. Lo bisa menguasai harta almarhum suami Lo, Dan. Lo nggak dikasih bagian kan sama dia? semuanya Kimberly ambil kan?
"Ayolah, jadi jahat dikit aja. Gue bakal bantuin Lo kok. Ya, lakuin ya. Lo masukin racvn tikus di makanannya dia. Atau Lo masukin cairan pembersih lantai di minumannya dia, pasti dia metong." lagi-lagi Anjar memberikan saran pada Dania yang baginya terdengar sangat gil4.
Dania tidak habis pikir dengan jalan pikiran Anjar. Bagaimana bisa dia memiliki ide semacam itu? sangat bar-bar temannya ini rupanya. Dania memang merasa kesal dengan Kimberly. Dia tidak terima Kimberly mengangkatnya sebagai art di rumahnya.
Dia ingin membalas Kimberly. Tapi tidak dengan membvnuhnya. Dania ingin membalasnya dengan cara halus. Entah dengan cara apa itu.
"Cara lain lah, Jar. Yang halus gitu loh. Gue nggak mau bunvh orang." tolak Dania.
Anjar terlihat berpikir, memalingkan wajahnya kearah lain. Tidak lama setelah itu Anjar kembali memalingkan wajahnya kearah Dania. Dia seperti telah mendapatkan sesuatu yang besar.
Tatapannya terlihat antusias. Senyumnya mengembang. Apa yang Anjar dapatkan? apakah kali ini saran darinya jauh lebih baik?
"Gue ada cara bagus buat Lo yang nggak suka kekerasan. Dan, Kimberly itu kerjaannya di bidang properti ya? gimana kalo Lo hancvrin kerjaannya dia?
"Lo buat kerjaannya hancvr dan bikin orang-orang benci sama dia. Lo bisa kan Dan, kalo cuma urusan kayak gini? ini gampang. Lo bisa pengaruhin orang-orang biar mereka benci sama Kimberly dan meragukan kerjaannya ...,"
"Dan, Lo mulai dari bosnya. Bikin bosnya pecat Kimberly dari kantor dan nggak ngasih duit pesangon sama dia. Lo deketin itu bosnya. Pikat dia sama pesona Lo dan buat klepek-klepek. Lo bisa kan, Dan?
"Lo lakuin apa yang gue saranin, pasti Kimberly bakal hancvr dan semua yang dia punya bakal jadi milik Lo." Saran Anjar kali ini cukup bagus. Dania menyukai sarannya.
Tapi untuk melakukannya Dania merasa sedikit ragu. Apakah dia bisa melakukannya? menghancvrkan karier Kimberly, apakah Dania bisa melakukan itu? apakah dia akan merasa puas dan bahagia setelah berhasil membuat Kimberly hancvr?
Dania merenung sejenak, memikirkan saran dari Anjar. Dia tahu bahwa Anjar tidak bermaksud buruk, dia hanya ingin membantu Dania mendapatkan balas dendam atas perlakuan Kimberly padanya.
Setelah berpikir sejenak, Dania akhirnya mengangguk pelan. "Yaudah, Jar. Gue akan ngecoba cara itu. Gue akan hancvrin karier Kimberly tanpa harus ngelakuin hal kasar. Terima kasih buat saran Lo," ucap Dania sambil tersenyum pada Anjar.
"Mantap, Dan. Gue yakin Lo bisa sukses melakukannya. Gue akan selalu dukung Lo, Dan. Jangan ragu buat minta bantuan gue kalau Lo butuh, ya," ucap Anjar sambil menggenggam tangan Dania dengan erat.
Setelah berbincang-bincang dengan Anjar, Dania merasa lebih yakin dengan rencana balas dendamnya terhadap Kimberly.
Dania pun mulai merencanakan langkah-langkah untuk menghancvrkan karier Kimberly tanpa harus melakukan hal-hal kasar. Dia akan memulai dengan mendekati bos Kimberly dan mencoba mempengaruhinya agar memecat Kimberly dari kantor.
Tapi tanpa Dania atau Anjar tahu, Kimberly sudah mendengar semua yang mereka katakan. Melewati penyadap suara yang Kimberly pasang di tas milik Dania, Kimberly bisa mendengar semua pembicaraan mereka.
Dia terkejut mendengar Dania ingin menghancvrkan kariernya. Dia bingung untuk akan melakukan apa untuk menyikapinya. Tapi beberapa saat setelah berpikir, Kimberly mendapatkan ide.
Dia tersenyum senang mendapati ide ini terlintas di kepalanya. Kimberly tidak sabar menunggu sampai dia bisa melakukan hal yang terlintas di kepalanya itu.
"Mau menghancvrkan karierku ya? baiklah. Coba saja kalau bisa. Aku ingin melihat kamu bisa melakukannya sampai mana. Apakah kamu bisa menghancvrkan karierku seperti yang kamu katakan atau tidak ...,"
"Aku tidak sabar menunggu sampai aku bisa memberikan kado ini padamu," gumam Kimberly sembari tetap mendengarkan suara-suara dari penyadap suara yang dia pasang di tas milik Dania.
Setelah pertemuan dengan Anjar di cafe, Dania pulang dengan perasaan campur aduk. Dia merasa senang karena mendapatkan saran dari Anjar untuk menghancvrkan karier Kimberly. Namun, di saat yang bersamaan, Dania juga merasa ragu apakah dia benar-benar bisa melakukannya.
Saat tiba di rumah, Dania langsung menuju ke kamar Tasya. Dia melihat anaknya sedang asyik bermain dengan boneka-bonekanya. Dania tersenyum melihat keceriaan Tasya, namun senyumnya segera memudar ketika dia teringat rencana balas dendamnya terhadap Kimberly.
Dania duduk di samping Tasya dan memeluknya erat. "Sayang, kamu lagi main ya? udah makan belum?" tanya Dania pada Tasya.
Tasya menoleh ke arah ibunya dengan ekspresi ceria seperti biasa. "Udah tadi Ma sama kak Kim." balas Tasya.
Dania kembali bertanya. "Sayang, tadi mama beliin Tasya jajanan loh. Ada di meja makan. Mama ada beliin Tasya roti sama Snack jamur. Tasya suka nggak?"
Tasya mengangguk dengan penuh semangat, "Iya, Tasya suka banget! Terima kasih, Ma!" Dia segera berlari ke meja makan dan mulai menyantap jajanan yang dibelikan oleh Dania.
Dania tersenyum melihat Tasya begitu antusias menyantap jajanan yang dibelikannya.
"Mama senang kalau Tasya suka. Jangan lupa makan pelan-pelan ya, jangan terlalu cepet, nanti keselek." pesan Dania sambil duduk di samping Tasya.
Tasya mengangguk sambil mengunyah dengan lahap. "Iya, Ma. Tasya akan makan pelan-pelan," ucapnya sambil tersenyum.
Setelah Tasya selesai makan, Dania membawanya ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap tidur. Dia membacakan cerita sebelum tidur untuk Tasya, sambil sesekali melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih.
Dania dan Tasya berbaring di atas tempat tidur, dengan selimut yang hangat menutupi tubuh mereka. Dania mulai membacakan cerita dengan suara lembut, membuat Tasya semakin mengantuk.
"Tasya, kamu tahu nggak, di dalam hutan ada seekor burung hantu yang selalu terbang malam-malam untuk mencari makanan," cerita Dania sambil memainkan suara-suara hewan dengan suaranya.
Tasya mendengarkan cerita dengan penuh konsentrasi, matanya mulai terpejam perlahan-lahan. Dania melihat bahwa Tasya sudah hampir tertidur, dia pun mengakhiri cerita dengan pelan.
"Selamat tidur, sayang. Mama akan selalu ada di samping Tasya," ucap Dania sambil men-ci-um kening Tasya.
Tasya tersenyum dalam tidurnya, merasa aman dan tenang di samping mamanya. Dania pun mengelus lembut rambut Tasya sebelum akhirnya ikut tertidur di sampingnya.
****
Keesokan harinya, Dania bangun dari tidurnya dengan fisik yang segar tapi hati dan pikiran yang kacau. Dia meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur dan melihat jam. "Wah, udah pagi aja," gumamnya sambil mengucek-ngucek mata.
Dania segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, dia mengenakan pakaian yang nyaman dan melangkah ke dapur untuk membuat sarapan.
Dania mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan. Dia memilih menu yang sederhana namun lezat, yaitu telur dadar, roti bakar, dan jus buah segar. Dania dengan cekatan memasak telur dadar dan memanggang roti hingga kecokelatan.
"Gini aja lah menu sarapannya. Nggak usah ribet-ribet, nanti malah nggak kemakan kalau ribet." gumam Dania sambil tetap melanjutkan proses memasaknya. Dia mengangkat roti yang dia panggang dan meletakkannya diatas piring.
Bersambung ...