"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menenangkan Aika Yang Rewel
Yuna mengasah otak demi mencari sebuah alasan tepat. Dengan bodohnya ia lupa menggunakan parfum yang biasanya dipakai Arumi.
"Aku sedang bosan menggunakan parfum yang biasanya, makanya aku mau mencoba aroma yang baru," kilah Yuna, mencoba menyembunyikan rasa gugup.
"Oh ... tapi aku lebih suka aroma yang sebelumnya. Kalau yang ini terlalu menyengat."
"Baiklah, aku tidak akan menggunakan parfum ini lagi kalau kau tidak suka. Aku hanya mencobanya sedikit."
Rafli tak banyak berkomentar lagi perihal tersebut.
"Ngomong-ngomong, tadi aku melihat seseorang yang sangat mirip denganmu di bandara. Tadinya aku pikir itu kau."
Mendengar itu, Yuna jadi gelagapan. Ia menduga yang dilihat Rafli tadi adalah Arumi. "Lalu bagaimana? Kamu bicara dengan orang itu?"
"Tidak. Aku hanya melihatnya sepintas."
Lagi, Yuna memasang senyum terbaik demi menghilangkan gugup. "Kamu pasti salah lihat. Tadi aku keluar hanya untuk membeli keperluanku saja dan setelahnya aku langsung pulang."
"Ya, aku tahu itu."
Melepas jas yang membalut tubuhnya, Rafli beranjak menuju kamar. Namun, tangisan Aika mengalihkan perhatiannya. Laki-laki itu langsung menuju kamar Aika dan mendapati Elina sedang kesulitan menenangkan sang bayi.
"Ada apa dengan Aika?" tanya Rafli sesaat setelah memasuki kamar itu.
"Saya juga tidak tahu, Tuan. Sejak tadi Nona Kecil sangat gelisah dan rewel, padahal sudah minum susu. Saya takut Nona Aika sedang sakit," Ucap Elina, tampak sedikit panik.
"Benarkah? Lalu kenapa kau tidak berikan Aika kepada mommy-nya?"
"Tadi nyonya bilang sedang sakit kepala dan ingin istirahat, Tuan. Karena itulah saya tidak membawa Nona kepadanya."
Rafli sedikit terheran. Selama ini Yuna sama sekali tidak pernah mengabaikan Aika sedikit pun. Bahkan seluruh waktunya terfokus untuk merawat Aika.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Mungkin dia memang sedang lelah."
Rafli bergegas mencuci tangan, lalu memeriksa kondisi Aika demi memastikan putri kecilnya sakit atau tidak. Syukurlah, Aika tidak apa-apa dan sama sekali tidak sakit. Hanya rewel saja. Rafli pun mendekap tubuh mungil Aika di dadanya. Ajaibnya, bayi perempuan nan cantik itu langsung tenang dalam pelukan sang daddy.
"Ya ampun, dia langsung tenang, Tuan. Syukurlah." Elina bernapas lega. Semua kekhawatiran yang tadi dirasakannya menghilang saat itu juga.
"Dia tidak apa-apa. Kau boleh istirahat dulu, Elina. Nanti aku akan memanggilmu lagi."
"Baik, Tuan."
Setelah sang pengasuh bayi keluar kamar, Rafli memilih berbaring di sofa. Sementara Aika dibiarkan tengkurap di dadanya yang lebar. Tangan lelaki itu bergerak naik turun membelai rambut dan punggung putrinya.
"Ada apa denganmu, Sayang? Tidak biasanya anak daddy ini rewel?"
*
*
*
Di kamar
Yuna berjalan mondar-mandir. Sejak tadi ia sangat gelisah dan tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana ia bisa merawat bayi, sedangkan menggendongnya saja tidak bisa. Ia takut hal ini akan membuat Rafli curiga.
"Tidak! Aku harus tenang." Ia menarik napas dalam. "Rafli tidak akan curiga terhadapku. Lagi pula dia dan keluarganya tidak tahu kalau aku punya saudara kembar."
Akhirnya, Yuna memilih berendam di air hangat untuk menenangkan diri. Satu jam lebih ia habiskan untuk berendam hingga akhirnya merasa nyaman. Aroma vanila yang ia tambahkan ke dalam bak benar-benar menyegarkan. Penthouse super mewah ini memang memberikan fasilitas yang memanjakan.
Setelah selesai berendam, Yuna keluar dari kamar mandi. Seketika wanita itu terlonjak saat mendapati Rafli ternyata sudah ada di kamar dengan menggendong Aika.
"Kenapa lama sekali di kamar mandi?" tanya Rafli, yang sudah sejak tadi menunggu.
"Maaf, aku baru saja berendam di air hangat. Badanku rasanya tidak enak sejak tadi."
"Kau tidak enak badan? Mau aku periksa?"
Yuna tersentak. Ia hampir lupa bahwa Rafli adalah seorang dokter. Jika sampai diperiksa ia pasti tahu kalau saat ini Yuna tidak sedang sakit.
"Em ... tidak usah. Sebenarnya aku tidak apa-apa. Hanya lelah saja."
Wanita itu cepat-cepat meraih pakaian yang sebelumnya sudah disiapkan, lalu masuk kembali ke kamar mandi.
Rafli hanya menatap pintu kamar mandi dengan kerutan tipis di kedua alis tebalnya. Sejak pulang tadi, ia merasa Yuna sangat aneh dan sikapnya jauh berbeda dengan Yuna yang biasanya.
Tetapi, Rafli cepat-cepat menepis perasaan aneh itu dan terfokus dengan putrinya yang kembali gelisah seperti tadi.
"Tenang ya, Sayang. Sebentar lagi mommy selesai."
Beberapa menit berselang, Yuna keluar dari kamar mandi setelah berpakaian. Rafli lantas mendekat dengan membawa Aika dalam gendongannya.
"Ada apa?" tanya Yuna saat Rafli hendak menyerahkan bayi mungil itu.
"Mungkin Aika sedang lapar. Kau tidak menyusuinya?"
Ucapan Rafli layaknya sambaran petir yang membuat seluruh tubuh Yuna gemetar.
...****...