Di tengah dunia magis Forgotten Realm, seorang pemuda bernama Arlen Whiteclaw menemukan takdir yang tersembunyi dalam dirinya. Ia adalah Pemegang Cahaya, pewaris kekuatan kuno yang mampu melawan kegelapan. Bersama sahabatnya, Eira dan Thorne, Arlen harus menghadapi Lord Malakar, penyihir hitam yang ingin menaklukkan dunia dengan kekuatan kegelapan. Dalam perjalanan yang penuh dengan pertempuran, pengkhianatan, dan pengorbanan, Arlen harus memutuskan apakah ia siap untuk mengorbankan segalanya demi kedamaian atau tenggelam dalam kegelapan yang mengancam seluruh Forgotten Realm.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orionesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda dari Kegelapan
Arlen Whiteclaw merasakan keheningan malam menusuk hingga tulang. Desa kecilnya, Woldmere, terbungkus kabut tebal yang mencekam. Langit yang biasanya terang benderang oleh cahaya bintang kini gelap gulita, seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi mereka.
“Aneh sekali, tak pernah begini sebelumnya,” gumam Arlen sambil memandang ke langit yang kelam.
Di sebelahnya, Finn, sahabat masa kecilnya, tertawa kecil. “Mungkin kau terlalu banyak membaca dongeng, Arlen. Ini cuma malam yang mendung.”
Arlen menggeleng. “Tidak, Finn. Ini… rasanya berbeda. Ada sesuatu yang gelap. Seperti… sesuatu mengintai kita.”
Finn mengangkat bahu. “Kau terlalu banyak berpikir. Ayo, kita pulang saja. Dingin sekali di sini.”
Namun, baru beberapa langkah mereka melangkah, terdengar suara gemuruh pelan dari arah hutan. Arlen dan Finn terdiam, bertukar pandang dengan wajah tegang.
“Dengar itu?” bisik Arlen, matanya menyipit mengamati kegelapan di depan mereka.
Finn mengangguk. “Mungkin hanya angin yang menerpa pepohonan.”
Tiba-tiba, suara itu semakin mendekat, dan kini terdengar seperti derap langkah. Bukan langkah manusia, melainkan suara berat dan berderak, seakan-akan makhluk besar sedang berjalan ke arah mereka.
“Ayo pergi dari sini!” seru Arlen, menarik lengan Finn.
Namun, sebelum mereka bisa bergerak jauh, bayangan hitam muncul di ujung jalan desa, berdiri diam dengan tubuh besar dan kepala yang hampir menyentuh cabang pohon terdekat. Makhluk itu tampak seperti manusia, tapi ada sesuatu yang aneh – kulitnya gelap dan berkilau seperti batu, dan matanya merah menyala seperti bara api.
“Arlen… apa itu?” Finn bertanya, suaranya bergetar ketakutan.
“Aku tidak tahu, tapi kita harus bersembunyi,” jawab Arlen cepat, menarik Finn untuk bersembunyi di balik pagar rumah terdekat.
Mereka mengintip dari sela-sela pagar, menahan napas saat makhluk itu melangkah mendekat. Setiap langkahnya membuat tanah bergetar, dan aura dingin yang memancar darinya membuat tulang mereka terasa membeku.
Makhluk itu berhenti tepat di depan rumah tempat mereka bersembunyi. Ia mengendus-endus udara, seolah mencium keberadaan mereka.
“Kau pikir dia melihat kita?” bisik Finn, suaranya nyaris tidak terdengar.
“Sst! Jangan bergerak,” balas Arlen pelan, tangannya menggenggam erat potongan kayu di sebelahnya, meskipun ia tahu itu takkan banyak membantu.
Tiba-tiba, makhluk itu berbicara dengan suara serak dan rendah, “Aku tahu kalian di sini, anak-anak kecil. Tidak ada gunanya bersembunyi.”
Jantung Arlen berdegup kencang, hampir tidak percaya bahwa makhluk itu bisa berbicara. Ia mencoba memikirkan cara melarikan diri, tapi tubuhnya terasa kaku, tak mampu bergerak.
Makhluk itu mendekatkan wajahnya ke arah mereka, matanya yang merah menyala menatap langsung ke tempat mereka bersembunyi. “Kalian memiliki aroma yang… berbeda. Kalian menyimpan kekuatan.”
Finn bergetar ketakutan, tapi Arlen, entah dari mana keberanian itu datang, berdiri dan menatap makhluk itu dengan tatapan penuh keberanian.
“Siapa kau? Apa maumu?” tanya Arlen dengan suara bergetar, namun matanya tak berpaling.
Makhluk itu tersenyum tipis, mengerikan. “Namaku tidak penting untukmu, anak muda. Tapi aku datang untuk mencari sesuatu… sesuatu yang mungkin kau miliki.”
“Apa yang kau cari?” tanya Arlen, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.
“Cahaya… Cahaya yang tersembunyi dalam kegelapan. Kau, Arlen Whiteclaw, kau adalah Pemegang Cahaya itu.”
Finn terkejut. “Apa yang dia bicarakan, Arlen? Pemegang Cahaya?”
Arlen menggeleng, bingung. “Aku tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu apa itu Cahaya yang dia maksud.”
Makhluk itu mendekat, tangannya yang besar terulur seolah ingin meraih Arlen. “Kau mungkin belum mengetahuinya, tapi aku bisa mencium kekuatan itu dalam dirimu. Cahaya yang bisa menandingi kekuatanku.”
Tanpa sadar, Arlen mengangkat potongan kayu yang digenggamnya, siap untuk bertahan. Namun, makhluk itu hanya tertawa kecil.
“Kau pikir itu bisa melukaiku?” ejeknya, tangannya yang bersisik menepuk dada. “Aku datang dari kegelapan yang tak dapat dihancurkan dengan benda fana.”
Tiba-tiba, terdengar suara langkah mendekat. Seseorang berlari ke arah mereka.
“Jangan sentuh mereka!” Suara itu datang dari seorang wanita muda berambut panjang dan mata tajam. Ia mengenakan jubah hitam dengan hiasan perak, dan tangannya bersinar lembut.
Wanita itu menatap tajam ke arah makhluk itu. “Pergi dari sini, sebelum aku memaksamu.”
Makhluk itu tampak ragu sesaat, lalu mendengus. “Baiklah, kali ini aku pergi. Tapi kau, Arlen Whiteclaw, ingat namaku. Malakar akan kembali untukmu.”
Dengan cepat, makhluk itu menghilang dalam bayangan malam, meninggalkan Arlen dan Finn yang masih gemetar ketakutan.
Arlen menoleh pada wanita itu. “Siapa kau?”
Wanita itu tersenyum tipis. “Namaku Eira. Aku datang untuk melindungimu, Arlen. Kau memiliki sesuatu yang sangat penting – sesuatu yang dunia ini butuhkan.”
“Aku? Tapi… aku hanya pemuda biasa,” jawab Arlen bingung.
Eira menggeleng. “Tidak, Arlen. Kau adalah Pemegang Cahaya, keturunan dari garis magis yang sangat kuat. Dan musuh terbesarmu baru saja memperkenalkan dirinya.”
Arlen menelan ludah, menatap ke arah Finn yang masih syok. Hatinya berdebar keras, merasakan ketakutan sekaligus rasa tanggung jawab yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Apakah aku benar-benar memiliki kekuatan itu?” tanya Arlen ragu.
Eira menatapnya dalam-dalam, wajahnya serius. “Kau akan segera mengetahuinya. Tapi ingat, ini baru permulaan. Kau harus siap menghadapi hal-hal yang jauh lebih berbahaya dari apa yang kau lihat malam ini.”
Arlen merasakan jantungnya berdegup tak karuan. Kata-kata Eira bergema dalam pikirannya, membuatnya semakin bingung. Bagaimana mungkin dia, seorang pemuda desa biasa, bisa menjadi bagian dari sesuatu yang begitu besar?
Finn, yang masih bergetar, akhirnya angkat bicara. “Arlen, apa maksud semua ini? Pemegang Cahaya? Aku tak mengerti.”
Eira menoleh ke arah Finn dengan lembut. “Kau tidak sendiri, Finn. Sedikit yang tahu tentang rahasia ini, tapi Arlen menyimpan kekuatan yang bahkan dia sendiri tidak sadari. Itu sebabnya Malakar mengincarnya.”
“Apa yang dia inginkan dariku?” Arlen bertanya, merasa sedikit gentar menyebut nama Malakar.
“Malakar adalah penjaga kegelapan. Dia ingin menghancurkan keseimbangan dunia ini, dan hanya Cahaya yang bisa menandinginya. Kau, Arlen, memiliki Cahaya itu.”
Arlen merasa beban besar menghimpit dadanya. “Bagaimana aku bisa memiliki kekuatan yang besar, padahal aku bahkan tak tahu caranya melindungi diriku sendiri?”
Eira tersenyum lembut. “Itulah sebabnya aku di sini. Aku akan membantumu, mengajarimu cara mengendalikan kekuatanmu. Tapi… perjalanan ini tidak akan mudah.”
Finn meremas bahu Arlen, matanya berkilat penuh tekad. “Kalau begitu, aku ikut. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di sampingmu, Arlen.”
Arlen menatap Finn, lalu Eira. Meskipun masih bingung dan takut, ia merasakan secercah harapan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dia tidak sendirian.
Malam itu, Arlen memutuskan untuk menerima takdirnya – dan tak pernah menyadari bahaya besar yang menanti mereka dalam bayang-bayang gelap Forgotten Realm.