“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17.
Usai menghabiskan mie rebusnya, Kevin terdiam, ia menunduk malu, "Maafkan kata kataku tadi," ujarnya lirih. "Sejujurnya aku belum terbiasa,"
"Mulai besok, jika jam praktek mu sudah selesai, tunggulah di ruanganku,"
"Tidak perlu seperti itu, aku sudah biasa naik angkutan umum, lagi pula besok aku libur, dan juga tidak ada jadwal jaga untuk 2 hari kedepan."
"Yah terserah lah," kevin berbicara dengan nada suara agak tinggi "kalau besok tak mau yah hari senin kamu boleh menungguku,"
Gadisya hanya menahan senyumnya.
🌻🌻🌻
Sore itu Kevin ada operasi darurat, kecelakaan lalu lintas, jadi ia tak bisa menemui teman temannya tepat waktu, pasien mengalami patah tulang kaki dan rusuk, hingga Kevin harus bekerja sama dengan dokter ortopedi untuk melakukan operasinya.
Usai melakukan operasi, Kevin buru buru berganti pakaian.
Jam 8 malam ketika ia tiba di night bar, tempat mereka janji bertemu.
Dio sengaja memesan private room, agar mereka tidak terganggu suara bising dari luar.
Di meja sudah tersedia alkohol dengan merk beragam, bahkan beberapa gelas cocktail warna warni sudah berada di sana, bahkan barang rahasia pesanan Andre pun sudah Disiapkan, 'sorry Kev … tapi saudaramu yang memintaku melakukan ini, jadi kalau ingin marah, marahlah padanya', Dio menyeringai.
"Hai … datang dari london, gak ngajak ngajak ketemuan, tau tau udah punya bini aja." Ledek Dio.
Kini mereka berpelukan, sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu.
Sementara mereka sudah berkawan sejak sekolah dasar.
Kevin hanya membalas dengan senyuman. "Mana Rendra?"
"Entah dia terlambat juga kayanya, katanya fitting baju pengantin atau apalah itu … jomblo kaya aku mana tahu,"
Lagi lagi Kevin tertawa.
Kevin pun menyandarkan tubuh lelahnya di sofa, Dio menyodorkan cocktail padanya, "nih pemanasan dulu, apa operasinya berat hari ini?"
"Lumayan," jawab Kevin tanpa semangat.
"Siapa yang sangka, si manja anak sultan ini, sekarang jadi dokter bedah." Kelakar Dio.
"Oh iya, apa kabar mama?" Kevin menanyakan kabar mama Dio sekaligus mengalihkan pembicaraan.
"Mama sehat … hampir tiap hari dia nanyain kamu, kapan main ke rumah, kok gak pernah telpon, udah selesai belum kuliahnya, heran … yang jadi anak mama tuh aku atau kamu." Keluh Dio. "Padahal mommy mu sudah kembali, sekarang aku yang merasa kehilangan mama."
"Kamu cemburu?"
"Ya iya lah … " Dio bersungut sungut.
Kevin tertawa geli, "jangan begitu lah … aku jadi gak enak kalo kamu sampe cemburu gitu."
"Gaesss … sudah lama nunggu?" Rendra datang dari arah pintu, rambut Rendra kini gondrong hingga mencapai pundak.
"Weits… udah kaya tarzan aja kamu." Sapa Kevin.
"Masa sih, tapi ganteng kan?" Dia menaik turunkan alisnya.
"Huuuuuu … " Kevin dan Dio berseru tak terima.
"Gini nih teman teman gak ada adab, jauh jauh datang dari Malaysia, taunya aku di perlakukan seperti ini," sungutnya.
"Marah, ngambek, kayak cewek lagi PMS aja,"
Mereka tertawa bersama, Dio mulai membuka botol wine di hadapan mereka, "Rendra, mau ini atau ini?" Dio menunjuk anggur dan cocktail.
"Wine dong."
Dio pun menyodorkan wine untuk dirinya Kevin dan juga Rendra.
"Andre gak ikutan?" Mendadak Kevin tergelitik menanyakan saudara kembarnya, pasalnya sejak Andre memberinya apartemen, sampai saat ini Kevin belum bertemu dengan nya.
"Entah, dia bilang sedang sibuk, mungkin dia datang tapi malam nanti," jawab Rendra
Kevin mulai menyesap gelas berisi wine, tiba tiba Rendra menggeser duduk nya hingga mendekati Kevin. "Jadi? Wanita mana yang beruntung mendapatkan si anak sultan ini?"
"Iya, sejak tadi aku mau tanya, tapi teralihkan terus." Dio menimpali, ia pun ikut mendekat hingga Kevin terjepit di antara mereka.
Kevin tersenyum miring.
"Tidak ada yang spesial, kalian gak perlu tahu,"
Jawab Kevin tanpa semangat, mengingat pernikahannya memang tidaklah spesial, berawal dari wasiat, namun akhirnya ia sendiri yang terjebak.
Kevin bersandar di sofa, tangan kirinya terlipat di dada, sementara tangan kanannya menggoyangkan gelas Winenya ke kiri dan ke kanan. "Namanya Gadisya,"
"Gadisya … Gadisya … Gadisya … " kedua bola mata Rendra terbelalak, "Gila… gadis secantik Gadisya, kamu anggap gak spesial?"
"Kamu mengenalnya?" Tanya Kevin.
"Ya iya lah, dia kan cewek incaran Dio waktu itu, trus dia tiba tiba hilang, karena pindah sekolah." Dengan semangat Rendra menjelaskan.
"Beneran?" Tanya Kevin memastikan.
Dio mengangguk dengan senyum tersungging, "santai sudah lama sekali, lagi pula sekarang dia istrimu, aku bukan pria durjana." Kelakarnya.
Semakin malam pembicaraan mereka semakin meriah, entah sudah berapa gelas mereka habiskan.
Andre yang menunggu kabar di luar ruangan mulai gelisah, "berhasil gak nih, kok belum ada yang kasih kabar sih?" Gerutunya, pasalnya ia mulai risih dengan para gadis yang sejak tadi mendekatinya.
Hingga akhirnya, berita yang ia tunggu pun tiba, sebuah panggilan membuatnya beranjak, meninggalkan para gadis yang terpesona dengan wajah tampannya.
Sesampainya di private room, ia lihat Kevin sudah tak bergerak, sementara Rendra dan Dio masih setengah sadar.
"Makasih banget yah, sudah membantuku." Ucap Andre pada kedua sahabatnya.
"Santai bro, selama untuk kebaikan, dengan senang hati kami bantu." Jawab Rendra, padahal ia sudah berniat besok pagi kembali ke Malaysia, agar terhindar dari amukan Kevin.
Dengan susah payah Andre memapah saudara kembarnya menuju mobil, sementara Dio dan Rendra sempoyongan mengikuti langkahnya.
Ternyata di luar sedang hujan, dan udara jakarta terasa sejuk untuk sesaat.
Andre pun segera melajukan mobil nya, sepanjang perjalanan Kevin mulai mencercau, "panas … kenapa panas sekali, apa AC mobil ini mati?" Tanya nya dengan mata terpejam.
Karena merasa sangat kepanasan, tanpa sadar Kevin mulai membuka kancing kemejanya, namun dicegah oleh Rendra yang kebetulan duduk di kursi belakang bersamanya.
Kevin sempat membuka matanya, kemudian menyeringai. "Sya … kenapa rambutmu jadi pendek dan kusut," kevin mulai mengigau, mengira Rendra adalah istrinya. "Biasanya rambutmu halus dan wangi," kali ini Kevin mengendus rambut Rendra, "bahkan rambutmu bau apek? Lihat kusut juga seperti kain pel."
Rendra yang risih dengan ulah Kevin, mulai merinding, "And … aku rasa saudaramu sudah benar benar mabuk, tadi dia bilang tidak mencintai istrinya, tapi melihatnya seperti ini aku jadi ragu, jangan jangan ia tak menyadari perasaannya."
"Itulah yang ku takutkan, semudah ini lah ia jatuh cinta pada istrinya, tapi ia tak menyadarinya, aku takut ia akan bernasib sama dengan orang tua kami, yang pernah berpisah dengan alasan itu." jawab Andre gelisah.
Rendra terkejut, karena Kevin membungkam mulutnya dengan tangan, "jangan berani menyebut nama saudaraku, sementara aku ada di dekatmu, aku gak suka,"
Setelah Rendra mengangguk, barulah tangan Kevin terlepas dari mulutnya, "wah … dia juga pencemburu, semoga Gadisya bisa sabar menghadapi sifatnya yang kadang kekanakan ini."
Rendra merapikan kembali kancing kemeja Kevin yang sempat terlepas.
Setibanya di apartemen Kevin, Andre memapah saudara kembarnya menuju unit apartemen nya, sepanjang perjalanan Kevin nampak kesulitan berjalan, tapi syukurlah, postur tubuh mereka sama, jadi Andre sama sekali tak kesulitan memapah dan membimbing tubuh Kevin.
Andre menekan bel pintu, ketika mereka tiba di unit apartemen milik saudara kembarnya, lalu ia meninggalkan Kevin di sana tanpa mengatakan apa apa, ia hanya berbisik dalam hatinya, 'maafkan aku bang, tapi aku ingin kamu kembali seperti dulu, kevin yang cengeng dan baik hati.' sesudahnya Andre menekan tombol lift yang akan membawanya ke lantai dasar.
🤭🤭