Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janggal
"Apa wangi yang paling di benci laki-laki? Boleh tidak Lula minta tolong? Om carikan skincare yang paling di benci laki-laki, Lula mau pake itu supaya orang yang dekat Lula mual muntah dan tidak betah berlama-lama dengan Lula." Ujar Alula.
Bastian tertawa. "Kenapa? Nyonya muda mau menangkal sentuhan Bos?" Cetusnya.
"Begitulah." Lirih Alula.
Bastian menggeleng. "Tapi sayangnya tidak ada." Jawabnya.
Alula menggoyangkan dada bidang pria Casanova itu. "Ayolah Om Bas, bantu Lula." Rengek nya.
"Bagaimana bisa?" Sela Bastian.
"Bisa saja." Sambung Alula.
"Mandi pipis kerbau?"
Alula mendelik antusias. "Tepat. Lula saja benci bau itu. Apa lagi Om Raden, dia pasti lari terbirit-birit dari Lula!"
Keduanya tergelak renyah bersamaan. Bastian menggeleng, di saat semua wanita ingin mendekati Raden Alula justru ingin menangkal sentuhan Raden. Unik.
"Pantas saja Bos menyukai mu, ternyata Nyonya muda sangat manis." Puji Bastian.
Alula menepuk pundak Bastian. "Sekarang, Om kasih tahu Lula, cara bagaimana supaya Lula tidak terlihat manis, Lula sudah terlalu lelah menjadi gadis manis."
Bastian terkikik geli. "Tidak ada caranya, kalau ada, Om Bas sudah pakai cara itu untuk mengusir pengagum berat Om!" Ujarnya sombong.
"Iya juga sih." Sambung Alula tergelak. "Jadi sudah berapa gadis Om Bas pacari?" Tanyanya kemudian.
"Sembilan ratus sembilan puluh sembilan gadis." Jawab Bastian pasti.
"Ya Tuhan. Satu lagi seribu Om!" Alula menggeleng kagum. Memang benar, pesona seorang Bastian tidak terbantahkan.
Di teras sana Raden baru saja keluar dari pintu tingginya, dengan pakaian kantor Raden melangkah gontai menuju mobil sport kesayangannya, bibirnya berkerut setelah melihat sosok mungilnya duduk di sisi Bastian.
Tawa cekikikan mereka semakin membuat Raden geram. Dia tarik kerah bagian belakang Alula seperti kucing saja.
"Kenapa di depan?" Tanyanya.
Alula menoleh, mendongak menatap wajah cemburu suaminya. "Alula mau duduk di sini."
"Pindah." Putus Raden.
"Om." Alula menggeleng dengan bibir merengek.
Satu alis Raden terangkat. "Pindah atau tidak usah berangkat ke kampus saja?"
"Pindah." Angguk Alula tak bersemangat.
"Bagus." Kata Raden. Alula mendengus perlahan, lalu turun dari mobil dan masuk ke pintu belakangnya.
Raden menyusul, dia duduk di sisi Alula bahkan merentang sebelah tangan di belakang punggung gadis itu.
"Jalan!" Titah yang segera Bastian laksanakan.
Wajah Raden cuek, sepertinya cemburu tengah melanda hati, namun gengsi masih menguasai.
"Om sarapan kan?" Alula tidak nyaman, makanya mencari bahan untuk basa-basi.
"Tidak." Dingin Raden.
"Kenapa?"
"Tidak ada yang menemani." Sindir Raden.
Alula menautkan alisnya. "Apa harus?"
Raden menoleh. "Tentu saja, aku sudah punya istri, tapi istriku mau makan di kantin dengan saudaranya, berarti aku yang mengalah pagi ini." Katanya ketus.
"Jadi Om sengaja mau buat Lula merasa bersalah kan?" Sanggah Alula.
"Tidak!"
"Tapi Lula tidak enak sekarang."
Cup.
Raden tersenyum setelah berhasil memberikan kecupan ringan di bibir istrinya. "Aku kenyang hanya dengan ini." Ucapnya.
Alula terdiam lalu mengalihkan pandangan, sepertinya Raden semakin berani menunjukkan kuasanya sebagai seorang suami. Sementara dirinya, hanya gadis lemah yang seharusnya tidak mengalami hal ini.
Satu jam lama perjalanan dari rumah besar Raden menuju kampus Alula. Gedung itu telah nampak dan Alula menepuk pundak Bastian di beberapa meter sebelum sampai.
"Berhenti di sini saja Om!" Pinta Alula.
Raden mengernyit. "Why?"
"Lula mau turun di sini."
Raden mengeras rahang. "Baby takut Galang melihat kita berangkat bersama hmm?" Tukasnya.
"Bukan." Geleng Alula. Padahal salah satu alasannya ya memang itu.
"Lalu?"
"Lula nggak suka Om di teriaki sama anak-anak kampus lainnya." Akhirnya Alula punya cara jitu untuk membuat Raden tidak lagi curiga.
Raden tersenyum. "Baby cemburu?"
"Anggap saja begitu."
Raden mengangguk. "Baiklah. Sekarang kiss sebelum pergi." Pintanya sambil mengetuk-ngetuk pipinya dengan jari telunjuk.
"Om." Alula merengek lirih namun tatapan Raden begitu meruntuhkan pertahanannya. "Kiss atau tidak usah turun." Ancamnya.
Alula mengedar pandangan, memastikan tidak ada yang melihat mereka. Pelan-pelan Alula merangkum pipi berjambang tipis suaminya, dia arahkan bibirnya, ingin mengecup pipi dan mengenai bibir setelah Raden dengan sengaja menoleh padanya.
Cekrek!!
Bastian ambil momen penting itu untuk di abadikan gambarnya. Alula menoleh seketika itu juga. "Om, ngapain di ambil?"
"Kenang-kenangan." Jawab Bastian enteng.
"Gaji bulan ini, lima puluh kali lipat Bas!" Sambung Raden terkikik.
"Wuhu." Bastian tergelak renyah. Hanya karena mengambil gambar ciuman sang Tuan, miliaran rupiah akan turun ke rekeningnya.
Alula mendengus, ada tawa yang berkibar di atas kesengsaraan nya. "Sudah, Lula berangkat." Pamitnya.
Raden mengecup kening Alula. "Hati-hati, ingat, jangan berani-berani dekat dengan laki-laki lain. Atau masa kuliah mu selesai." Ancamnya.
"Apa dengan Nakula pun tidak boleh." Sambar Alula, dan Raden hanya menyengir.
Alula turun dari mobil dengan raut kesal. Semakin hari bukanya semakin bisa terlepas, Raden justru semakin lekat padanya.
"Ya Tuhan, ada apa dengan Om Om ini? Apa dia serius ingin menjadikan aku istri selamanya? Lalu bagaimana dengan Bang Galang?" Lirihnya memelas. Jujur, masih ada rasa kekanak-kanakan itu. Menikah dengan Raden bukanlah hal yang dia idam-idamkan.
Alula berjalan menuju pintu gerbang kampusnya, dia masih perlu beberapa ratus kali langkah untuk sampai ke lobby bangunan mewah itu. Sementara mobil mewah suaminya telah melesat jauh.
Tin....
Sebuah mobil membunyikan klakson seperti sengaja menyapa dirinya, Alula menoleh dan senyum manis Galang tertampil di sana.
Galang mengenakan kacamata hitam dan mobil sport berwarna putih yang senada dengan kaosnya. Di sisi Galang ada Cherry yang menatapnya sinis penuh kedengkian.
"Mau bareng nggak?" Tawar Galang.
Alula menggeleng, karena ada Cherry yang sinis di sisi pemuda itu. "Tidak usah Bang." Tolaknya.
"Masih jauh loh." Sambung Galang.
Alula menyengir hingga menampilkan gigi bergingsul nya. "Lula sengaja mau olahraga." Kilahnya.
Cherry menarik sudut bibirnya. "Olahraga, apa enggak punya kendaraan?" Ejek nya.
"Dua-duanya." Jawab Alula.
"Miskin!" Hardik Cherry. Galang hanya melirik gadis itu dengan helaan napas kesal. Meskipun Cherry sahabatnya tetap Galang tidak menyukai cara Cherry menghina Alula.
Galang kembali beralih pada Alula. "Naik saja Lula, Bang Galang tersinggung loh, kalo kamu menolak." Ucapnya.
"Nakula!" Suara pekikan dari beberapa gadis terdengar bersamaan dengan berhentinya motor besar berwarna putih hitam mengkilap.
"Lula!" Panggilan dari si pengendara motor itu membuat Alula dan semua orang menoleh. Rupanya Nakula si tampan menduduki motor besar keluaran terbaru.
Gadis-gadis mengelilingi Nakula yang berdandan dengan gaya orang kaya. Sepatu mahal, jaket mahal, dan semua yang serba mahal. Nakula lebih tampan dengan keglamoran ala bangsawan.
Bukannya senang Alula justru melotot pada adiknya. "Nakula." Dia kembali menoleh pada Galang. "Bang, Lula mau sama Nakula saja, terimakasih tawarannya." Gegas nya terburu-buru.
"Baiklah." Angguk Galang, dia pandangi Alula tanpa mau lepas.
Alula berjalan cepat menuju motor gede Nakula yang menunggunya. "Pake motor siapa kamu?" Tanyanya ketus.
"Hadiah dari suamimu." Nakula menyengir.
"Balikin enggak!" Berang Alula, jika semakin banyak permintaan, akan lebih sulit terlepas dari lelaki seksi dan kaya raya itu.
"Enggak!" Tolak Nakula kekeuh. Menjadi idaman para gadis, fasilitas motor gede, uang jajan banyak, kuliah tanpa memikirkan biaya, Nakula menyukainya.
"Kamu!" Alula melotot.
"Naik cepetan!" Sambar Nakula.
"Astaga!" Alula naik dengan wajah kesal, kemudian Nakula menarik tangan Alula untuk memeluknya erat. "Pegangan saudara ku. Aku mau ngebut!" Katanya.
Alula berteriak saat Nakula melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Dari mobilnya, Galang hanya bisa menatap Alula yang di bawa saudara kembarnya, lagi-lagi ada pertanyaan yang bertengger di kepalanya melihat kejanggalan ini.
"Motor itu belum di rilis, kenapa Nakula bisa memakainya?" Batinnya.
...😚𝗕𝗮𝗯 𝗶𝗻𝗶 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶😚...
bisa mati rasa