Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emmanuel Mabuk Mabukan
Emmanuel keluar dari Caffe tersebut dengan perasaan yang campur-aduk. Penolakan yang Selvia berikan ke padanya benar-benar membuatnya sakit hati juga marah. Hanya karena Emmanuel bertatus sebagai duda Selvia menolaknya secara mentah-mentah. Harga dirinya sungguh sudah hancur berantakan.
Han yang melihat Tuan Emmanuel keluar dari pintu Caffe itu lantas segera menghampirinya. "Bagaimana, Tuan. Apakah Tuan berhasil melamar Silvia?" tanya Han begitu penasaran.
Emmanuel pun hanya bisa tersenyum miris mendengar pertanyaan tersebut. "Antar Silvia pulang, Han. Aku ingin pergi ke suatu tempat," ucap Emmanuel dengan nada dingin. Pria itu pergi dari hadapan Han dan segera masuk ke dalam mobil.
Han pun hanya bisa terdiam melihat mobil yang dikendarai tuannya itu melaju dengan sangat kencang pergi dari sana. Bersamaan dengan itu Han mulai paham bahwa situasi saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Apa Nona Silvia menolak Tuan Emmanuel?" gumam Han berfikir dengan keras.
Karena tak ingin berfikir terlalu jauh. Han pun segera masuk ke dalam sana dan seketika itu pula Han dikejutkan dengan Silvia yang terduduk di lantai sembari menangis. Han yang khawatir pun lantas segera menghampiri gadis itu.
"Nona ...."
"Han, Tuan El pergi. Dia pergi meninggalkanku, Han. Tolong tahan dia," pintah Silvia dengan sangat lirih.
"Tuan El sudah pergi, Nona," ucap Han yang membuat Silvia semakin menangis.
"Ayo kita pulang, Nona. Sebelum malam semakin larut," ujar Han mengulurkan salah satu tangannya lalu membantu Silvia untuk segera berdiri. Gadis itu pun hanya bisa pasrah.
"Ke mana Tuan El pergi?" tanya Silvia masih menangis.
"Saya juga kurang tahu, Nona. Tuan El pergi begitu saja tanpa mengatakan ke mana ia akan pergi," jawab Han.
________________________________
Sesampainya di mansion utama. Silvia segera pergi ke kamar Kenzie. Setelah Silvia tiba di kamar tersebut ia melihat Kenzie yang masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Silvia pun bernafas dengan lega. Dengan segera gadis itu merangkak naik ke atas kasur tersebut lalu berbaring di samping Kenzie.
"Mama tidak tahu harus apa, Sayang. Papamu itu benar-benar membuat Mama bimbang. Papamu mengatakan kalau dia mencintai Mama. Tapi nyatanya? Papa masih resmi menjadi suami orang lain," lirih Silvia sembari menatap wajah Kenzie yang begitu mirip dengan Emmanuel.
Tanpa sadar air mata Silvia menetes membasahi pipinya. Kejadian tadi benar-benar membuatnya bersedih.
Pagi pun tiba.
Perlahan-lahan Silvia terbangun dari tidurnya. Pandangannya pun langsung mengarah pada Kenzie yang masih tertidur dengan pulas. Anak itu benar-benar kuat tidur rupanya.
Cup~
Satu kecupan lembut mendarat di kening Kenzie. Lali secara perlahan Silvia beranjak dari atas kasur itu.
"Aku harus menemui Tuan El," gumam Silvia yang segera berjalan keluar dari kamar Kenzie.
Di saat Silvia hendak mencari Emmanuel di kamar pria itu. Ia tiba-tiba dikejutkan dengan suara yang bergemuruh di lantai bawah. Seperti suara benda yang terjatuh.
Bruk!
Karena penasaran, Silvia pun segera berlari menuruni tangga dan betapa terkejutnya Silvia ketika melihat Emmanuel yang terbaring tak sadarkan diri tepat di ruang tamu.
"Tuan!" pekik Silvia yang langsung berlari menghampiri Emmanuel.
"Huh! Bau banget!" sungut Silvia yang langsung menutup hidungnya ketika mencium bau alkohol yang begitu menyengat dari tubuh Emmanuel.
"Gadis bodoh itu menolakku!" ucap Emmanuel mengigau karena mabuk. "Dasar gadis bodoh! Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi! Ingat itu!"
Silvia yang mendengar itu lantas merasa sangat kesal. Bisa-bisanya Emmanuel menyebutnya sebagai gadis bodoh dalam keadaan mabuk.