NovelToon NovelToon
Hangatnya Bersama Mu

Hangatnya Bersama Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Udumbara

Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)

....

Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

"Sudah berkali-kali aku membantu keuangan perusahaan kamu, Rafli! Kenapa sampai sekarang belum ada hasilnya? Kamu serius tidak dalam mengelola perusahaan itu? Kalau tidak, biar aku yang beli perusahaan kecilmu itu!"

Apa? Apa, hah?! Pergi kamu dari sini atau kita putus saja?" ancam Amanda lagi. Sebenarnya ia merasa direndahkan sebagai seorang perempuan atas perlakuan semena-mena Rafli.

"Ck," Rafli berdecak karena ancaman Amanda. Entah kenapa sekarang Amanda pandai mengancam, tidak seperti dulu yang patuh dengannya walaupun saat disentuh terus menolak.

Rafli terpaksa keluar dari kamar Amanda dengan nafsu dan amarah yang masih bersemayam di tubuhnya.

Amanda bernapas lega dan mengatur napasnya yang terengah-engah karena ketakutan. la menyapu keringatnya dengan tangannya sendiri.

"Zyan," Amanda merebahkan tubuhnya disamping Zyan dan memeluk bayi itu. "Maaf kalau buat kamu kaget, Sayang." ucapnya lembut.

***

Tit... Tit...

Hampir saja Adit jatuh dari motornya karena tiba-tiba mobil yang baru keluar dari rumah Amanda membunyikan klakson.

"Dia, 'kan?" gumam Adit yang sempat melihat wajah kesal Rafli.

"Apa liat-liat!" sentak Rafli yang tidak sadar bahwa kurir paket tersebut adalah kurir yang dimana ia temui di rumah selingkuhannya itu.

"Gak ada, Pak." ujar Adit ramah.

Rafli memutar bola matanya malas dan langsung melajukan mobilnya. Ia mengira Adit hanya kurir yang mengantarkan paket untuk Amanda saja.

Aditya menatap aneh dan mengacuhkannya. Sudah mau malam dan ia harus segera membawa anaknya pulang ke rumah.

"Pak," sapa Adit ramah pada satpam yang berjaga.

Satpam tersebut balas menyapa dan menyuruh Adit untuk langsung masuk saja.

Adit menurut dan mengambil sisa paket milik Amanda yang dipesan dua hari yang lalu itu. la masuk ke rumah mewah tersebut dan disambut oleh Bi Inah.

"Bu," sapanya.

"Eh, Den. Mau jemput Zyan, ya?" tanya Bi Inah seperti orang yang sudah akrab.

"Iya, Bu. Zyan di kamarmu?" tanya Adit balik.

Bi Inah menggeleng. "Dari pagi Non Amanda nyimpen Zyan di kamarnya. Saat pemotretan Zyan tidur," ujarnya.

"Dimana kamar Amanda? Bisa bibi anterin saya buat jemput Zyan?" sebenarnya dalam benak Adit tengah bertanya-tanya. Tapi, ia membuang negatifnya. Mungkin pembantu tersebut menyusui anaknya di kamar Amanda.

"Bibi mau masak makan malam. Kamu ke atas aja gak apa-apa kok. Kamar Non Amanda diujung," beritahu Bi Inah sambil berjalan menuju dapur.

Aditya menatap kearah lantai dua. la tidak enak kalau naik keatas tanpa izin dari pemilik aslinya.

"Naik aja. Gak apa apa kok, Non Amanda tidak akan marah." pekik Bi Inah yang paham kalau Adit tidak enak.

"I-iya, Bu." jawab Adit. la melangkah menuju anak tangga dan perlahan-lahan naik.

Satu-persatu anak tangga sudah dilalui Adit dan tiba ia didepan pintu kamar Amanda yang terbuka sedikit itu.

"Zyan, mama geli....."

*****

Zyan diam dulu, ya." Aditya mendudukkan anaknya di lantai.

la berdiri dan berjalan menuju lemari baju. la baru saja memandikan anaknya itu dan sekarang akan memakaikan baju agar anaknya bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

"Astaga, popok Zyan habis," gumamnya pelan.

"Papapaaaa,"

Aditya menoleh kearah Zyan dan betapa terkejutnya ia melihat sang putra berdiri. la mendekati anaknya namun tidak terlalu dekat.

"Coba melangkah, Zyan." titah Aditya yang tertawa gemes melihat anaknya yang mau belajar berdiri itu.

Tambah gemes lagi karena Zyan tidak menggunakan baju. Kaki kecil itu belum melangkah karena Zyan masih menyeimbangkan dirinya. Wajahnya yang riang, matanya yang hampir tenggelam karena tertawa, sungguh menggemaskan dimata Aditya.

Hap..

Aditya menangkap anaknya saat Zyan ingin terduduk. "Perlahan ya, Zyan." ia mengecup pipi gembul sang putra.

Aditya menggendong Zyan dan mengambil baju untuk Zyan kembali. Terpaksa malam ini ia tidak memakaikan popok pada anaknya.

"Ayo pake minyak telon sama bedak dulu..."

Aditya merebahkan Zyan di tempat tidurnya yang masih dibilang layak untuk tidur. Karena memang selama bersama mantan istrinya itu, sang mantan suka menuntut barang yang bagus tanpa memikirkan Aditya yang bekerja keras siang malam demi anak dan istri.

Selesai memakaikan Zyan baju, Aditya menghirup aroma tubuh anaknya itu panjang. "Anak ayah wangi sekali." puji nya.

"Nen," kata Zyan menggerakkan mulutnya seperti sedang mengecap makanan.

Aditya terkekeh dan menatap susu pemberian Amanda tadi. "Bentar, ya."

Aditya menuangkan susu itu ke botol dot hingga penuh. Biasanya kalau habis satu botol dot itu anaknya akan langsung tertidur.

Karena terbiasa memberi susu formula, Aditya mengocok botol dot itu terlebih dahulu sebelum memberikannya pada sang anak.

"Eh? Susu murni dikocok dulu gak, ya?" ia terkekeh karena sadar akan pertanyaan random nya itu.

Zyan nampak tak sabaran menunggu susu itu masuk ke mulutnya. Kedua tangannya terangkat keatas meminta dot tersebut.

Aditya memberikan dot tersebut pada anaknya. Sebelum tidur, ia mengambil kartun yang berukuran sedang itu. la meletakkan itu diatas kasur dan melapisinya dengan selimut bayi. Setelah selesai, ia membenarkan posisi Zyan diatas kartun itu, tujuannya agar saat Zyan pipis, air kencingnya tidak nembus ke kasur.

Aditya merebahkan tubuhnya disamping sang anak. Ayah dan anak itu memiringkan badan menghadap masing-masing.

Zyan menepuk-nepuk dada Aditya dan melepaskan hisapannya. "Maa nen, maa nen, maa nen." ujarnya seperti menceritakan tentang hari ini. Terlihat dari raut wajah Zyan nampak serius layaknya orang yang hendak bercerita.

Aditya menaikkan sebelah alisnya dan mencoba memahami bahasa bayi tersebut. "Kamu mau nen sama mama?" tanyanya yang sedikit mengerti.

Zyan senang menunjukkan giginya, matanya menyipit gemes. "Eeeee...,"

Aditya tertawa melihat ekspresi anaknya. la memeluk gemes sang anak. "Ayah sangat menyayangimu. Jika besar nanti, tetaplah bersama ayah meski ibumu datang, oke? Kamu satu-satunya harta yang ayah punya." ucapnya dengan sayang.

"Nen,,"

🌸🌸🌸🌸🌸

1
Isya Alam
lanjutkan kaaa
Mari🧝‍♀️16
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
gakki
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Hanan Jkhan
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!