Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.Mendapat Hadiah
Pukul enam sore Bara sudah pulang dari kantor. Setelah masuk ke dalam rumah dia bergegas menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ketika membuka pintu kamar Bara melihat Viona yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah.
"Mas, kamu sudah pulang...?" tanya Viona.
"Iya sayang..." jawab Bara sambil menampilkan senyuman mengembang pada sang istri.
"Aku pikir malam ini mas mau lembur lagi..." ucap Viona lalu berdiri menyambut sang suami.
"Nggak Yang, hari ini aku kangen banget sama kamu, jadi aku pulang lebih capet....'' sahut Bara sambil mengecup kening dan bibir sang istri.
Viona pun merasa heran kenapa hari ini Bara terlihat sangat manis tidak seperti biasanya yang selalu cuek.Padahal kan tadi pagi dia masih terlihat kesal dengan Viona.Tapi Viona merasa senang karena sikap seperti ini lah yang Viona rindukan dari suaminya.
"Mas Bara mau mandi..? Biar aku siapkan air hangatnya ya..." ucap Viona.
"Nanti saja sayang, aku punya sesuatu yang spesial buat kamu..." sahut Bara lagi- lagi sambil tersenyum pada sang istri.
"Apa mas...?" tanya Viona penasaran.
"Tutup mata dulu dong..." ujar Bara.
"Iya..iya..." sahut Viona.
Viona pun menutup matanya. Lalu Bara mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Sebuah kotak kecil berbentuk persegi panjang. Dia membukanya perlahan lalu mengambil benda berwarna putih mengkilap. Iya, itu adalah sebuah kalung berlian yang sangat indah.
Bara lalu mengambil kalung tersebut dari tempatnya lalu membuka pengaitnya. Kemudian dia memasangkan kalung tersebut pada leher Viona. Kalung itu begitu pas melingkar di leher jenjang Kinan yang putih mulus.
"Nah sekarang buka matamu sayang..." ucap Bara.
Viona pun perlahan membuka matanya. Dia melihat ke arah lehernya di mana kalung berlian yang sangat cantik dengan liontin yang menambah kesan mewah melingkar di lehernya.
"Mas, kalungnya cantik sekali, kamu sengaja membelikan kalung ini buat aku...?" tanya Viona terlihat bahagia mendapatkan kejutan dari sang suami.
"Iya dong sayang, aku kan sudah lama nggak memberikan hadiah buat kamu. Gimana , kamu suka nggak..." jawab Viona.
""Iya mas aku suka, kalungnya bagus banget, pasti harganya mahal..." ucap Viona.
"Kalau untuk istriku yang cantik ini aku tidak akan mempermasalahkan soal harga. Yang penting kamu suka...." sahut Bara.
"Oya sayang, maaf ya tadi siang aku nggak nemuin kamu di kantor, aku tadi ada meeting di luar kantor bersama Karin...." ucap Bara.
"Ja..jadi mas tahu kalau aku ke kantor...?" tanya Viona sedikit merasa canggung.
"Tahu dong, kan Brian yang ngasih tahu aku kalau kamu datang...." jawab Bara.
"Bri..Brian... ? Ta..tadi Brian ngomong apa aja ke mas Bara...?" tanya Viona yang tiba- tiba merasa khawatir takut Brian mengatakan apa yang telah mereka perbuat di ruang kerja Brian pada Bara.
"Dia nggak ngomong apa- apa, dia hanya mengatakan kamu datang dan membawakan kue kesukaanku. Lalu dia memberikan kue yang kamu titipkan ke Brian. Makasih ya sayang, aku suka kue nya..." ucap Bara.
"I..iya mas..." jawab Viona merasa lega.
"Ya udah aku mau mandi dulu ya..." ucap Bara.
"Iya mas.." jawab Viona lalu menyiapkan air hangat untuk Bara mandi bath up.
Setelah selesai mandi Viona dan Bara pun turun ke lantai satu untuk makan malam. Setelah itu mereka berdua pindah ke ruang tengah untuk bersantai.
Kali ini Bara tidak fokus dengan ponsel lagi ketika sedang bersama Viona seperti biasanya. Bahkan dia meninggalkan ponselnya di kamar demi ingin berduaan dengan sang istri. Dia ngobrol berdua, dan Bara terlihat lebih mesra. Tentu saja Viona merasa senang akan perubahan sikap suaminya itu.
"Sayang, sudah malam, ayo kita tidur..." ucap Bara.
"Iya.mas..." jawab Viona.
Mereka berdua pun bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya. Setelah membersihkan diri mereka berdua berbaring dia tempat tidur. Bara lalu memiringkan tubuhnya menghadap sang istri.
"Sayang, kamu terlihat sangat cantik malam ini..." ucap Bara sambil mengusap pipi Viona menggunakan dua jari tangannya.
"Memangnya biasanya aku nggak cantik ya ..?" tanya Viona.
"Cantik sih, tapi malam ini kamu terlihat lebih cantik dari biasanya..." jawab Bara.
"Masa sih...''
"Iya sayang..." jawab Bara lalu mencium bibir mungil Viona. Dia terus menciumnya dan sesekali memberikan l*m*tan- l*m*tan lembut di sana.
Viona hanya diam tidak membalas ciuman dari sang suami. Dia membiarkan bibir Bara terus bermain di bibirnya. Lama- kelamaan bibir Bara pun berpindah ke leher Viona, dia menyesapi leher mulus milik Viona dengan penuh hasrat. Tetapi entah kenapa Viona tidak merasakan apapun, justru ingatannya beralih pada kejadian tadi siang yang dia lakukan bersama Brian.
Iya, dia kembali teringat dengan ciuman Brian yang begitu panas dan hampir saja mereka melakukan hubungan suami istri kalau saja Viona tidak cepat- cepat sadar jika perbuatan mereka salah.
Mata Viona terpejam membayangkan ketika tubuh Brain berada di atas tubuhnya menyesapi dua benda kenyal miliknya hingga bulu kuduknya berdiri karena geli. Dan di saat bersamaan Bara juga melakukan hal yang sama pada Viona. Tubuh Bara sudah berada di atas Viona tanpa Viona sadari karena yang dibayangkan olehnya bukanlah sang suami melainkan adik iparnya.
Tak sadar bibir Viona pun mengeluarkan suara lenguhan nikmat merasakan Brian mengisap benda kenyal miliknya dengan kuat. Dan beberapa saat kemudian dia merasakan sebuah benda menyusup ke dalam miliknya. Viona pun terperanjat dan membuka matanya. Dia baru sadar kalau yang berada diatasnya adalah bukan Brian melainkan suaminya.
"Oh ya ampun kenapa aku malah jadi memikirkan Brian..." batin Viona.
Hati Viona pun dihinggapi rasa bersalah pada Bara. Dia sedang melakukan penyatuan bersama sang suami tapi mengapa dia malah membayangkan sedang melakukannya bersama pria lain yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Viona pun merasa dirinya telah gila. Iya ini benar- benar gila. Bagaimana jika Bara tahu kalau dia sedang membayangkan pria lain yang sedang menyentuhnya. Pasti Bara akan sangat kecewa dan marah.
Viona terus sibuk dengan pikiran bersalahnya hingga akhirnya dia mendengar erangan nikmat dari mulut Bara. Tubuh Bara langsung terkulai lemas dan ambruk di sampingnya. Sedangkan Viona tidak merasakan apapun selain rasa bersalahnya pada Bara.
Viona lalu menoleh ke arah Bara yang terlihat sudah tertidur lelap karena kecapekan. Padahal seingat Viona mereka baru sekitar empat atau lima menit saja melakukan penyatuan. Tapi mengapa Bara sudah terkulai lemas bahkan Viona belum sempat merasakan melayang.
Viona juga tidak tahu kenapa setiap kali berhubungan dengan sang suami dia jarang sampai pada kl*m*ks. Mungkin selama tiga tahun menikah bisa dihitung dengan jari berapa kali Viona bisa merasakan benar- benar puas melakukan hal itu bersama Bara.
Selama ini pun Viona tidak pernah merasa kecewa atau marah pada sang suami karena merasa tidak merasa dipuaskan. Karena menurut Viona berhubungan badan ya rasanya begitu- begitu saja.
Viona menatap wajah sang suami yang terlihat begitu kelelahan. Rasa bersalahnya pun semakin besar.
"Maafkan aku mas..." ucap Viona sambil mengusap pipi Bara.
...----------------...
Keesokan harinya ketika Viona dan Bara sedang menikmati sarapan tiba- tiba ponsel Viona berdering. Viona pun segera mengangkatnya karena panggilan itu berasal dari sang ibu.
"Hallo bu..." ucap Viona.
"Viona, nanti sore ibu sama ayah mau pergi ke Malang, nenek sakit keras, ayah dan ibu mau nginap di rumah nenek untuk beberapa hari. Ibu titip Karin ya, kasihan dia sendirian di rumah. Kau bisa kan minta ijin suamimu agar Karin dibolehkan menginap di rumahmu sampai ibu dan ayah kembali...." ucap bu Rima.
"I..iya bu, nanti Viona bilang ke mas Bara..." jawab Viona.
"Ya sudah ibu tutup dulu telponnya, nanti kalau suamimu mengijinkan Karin menginap di rumahmu, kamu kabari ibu ya, biar ibu bisa bantuin Karin menyiapkan baju untuk di bawa ke rumahmu..." ucap bu Rima.
"Iya bu...." sambungan telpon pun terputus.
"Ada apa sayang...?" tanya Bara.
Viona pun lalu menceritakan apa yang ibunya sampaikan padanya.
"Ya udah suruh aja Karine nginap di sini..." ucap Bara dengan santainya.
"Beneran mas, mas Bara mengijinkan Karin menginap di sini sampai ayah dan ibu kembali dari Malang...?" tanya Viona tak percaya.
"Boleh dong sayang, Karin kan adik kandungmu, aku juga sudah menganggap Karin seperti adikku sendiri. Kasihan kan kalau dia di rumah sendiri nggak ada yang nemenin...." jawab Bara.
"Iya mas, makasih ya, ternyata kamu nggak hanya perhatian dan sama aku saja , tetapi kamu selalu baik dan perhatian dengan keluargaku juga..." sahut Viona sambil memeluk lengan Bara.
"Itu sudah menjadi kewajibanku sayang..." sahut bara.
Bersambung...