(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Tiga hari kemudian.....
Waktu terasa cepat berlalu, namun bagi seorang wanita yang mendekam di balik jeruji besi, waktu terasa berjalan begitu lambat, seperti itulah yang sedang dirasakan Hani Handoko.
Setiap hari bibi nya datang ke kantor polisi untuk menjenguknya dan membawakan makanan untuknya. Padahal Hani sempat melarang bibi nya untuk datang menemuinya, dia hanya tidak ingin bibi nya bolak balik ke kantor polisi, mengingat kondisi bibi nya kurang sehat akhir-akhir ini karena musibah yang dialaminya. Namun tetap saja bibi nya tak mau mendengarkannya.
"Bibi, aku hanya tidak ingin merepotkan mu" gumam Hani melihat kepergian bibi nya. Tak memiliki aktivitas, dia hanya mampu terkurung dalam ruangan gelap tersebut sembari menunggu keajaiban datang menghampirinya.
Seperti biasa terlihat Hani duduk melantai sambil memeluk kedua lututnya. Dia belum juga makan sampai sekarang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore waktu setempat. Tadi pagi bibi nya datang membawakan makanan untuknya, namun Hani belum menyentuhnya sama sekali, hanya teh kemasan dan sepotong roti dari pembagian sempat mengganjal perutnya.
Hani seolah-olah tidak memiliki semangat hidup. Setelah ini, dia akan menjadi narapidana atas kasus tindak kekerasan/penganiayaan dan tuntutan penjara paling lama lima tahun.
Menurut informasi kepolisian, jadwal persidangannya akan dilakukan pekan depan. Itu artinya tidak lama lagi dia akan dijatuhi vonis hukuman penjara yang sudah diatur oleh orang kaya yang memenjarakannya.
Sembari memikirkan nasibnya yang malang, tiba-tiba seorang polisi wanita menghampirinya lalu menyuruhnya keluar untuk menemui seseorang.
Dengan langkah berat, Hani menyeret kakinya menuju ruang besuk tahanan. Terlihat sosok wanita yang seumuran dengannya dan sangat dikenalinya mengulurkan kedua tangannya kearahnya.
"Feni" ucap Hani dingin, sedang sahabatnya itu langsung berhambur memeluknya persis orang yang berpisah lama.
"Hani, maaf. Aku baru datang mengunjungimu, beberapa hari ini aku sibuk ke luar kota mengurus pekerjaan" ucap Feni dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat shock melihat berita viral tentang penangkapan sahabatnya atas kasus tindak kekerasan atau penganiayaan.
Hani hanya mampu diam tanpa menimpali ucapan sahabatnya itu. Dia seolah enggan untuk berbicara.
"Aku turut prihatin atas musibah yang menimpa mu, Hani sayang. Kamu harus tegar menjalaninya" ucap Feni mewek di depan sahabatnya.
"Tidak usah lebay, cepat hapus air matamu" perintah Hani kepada sahabatnya. Dia sangat tidak suka dikasihani oleh orang lain, walaupun itu sahabatnya sendiri.
"Baiklah, aku akan menghapusnya" ucap Feni sembari menghapus sisa-sisa air mata di wajah dan sudut matanya. Bahkan sampai mengambil tissue dari dalam tasnya untuk menghapus air mata dan ingusnya.
Kini mereka duduk saling berhadap-hadapan dengan suasana hening karena tak ada yang memulai pembicaraan.
"Emm.. Hani, coba ceritakan padaku bagaimana pokok permasalahannya sampai kamu di tangkap polisi" ucap Feni serius dan dilanda rasa penasaran. "Siapa tahu dari ceritamu itu aku bisa membantumu, bestie" tambahnya sambil menggenggam kedua tangan sahabatnya.
Hani meliriknya sekilas lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Jujur saja Hani ragu untuk menceritakan masalahnya kepada Feni, jangan sampai sahabatnya tidak mempercayai ucapannya.
"Ayolah Hani, aku siap menjadi pendengar mu. Sekarang keluarkan keluh kesah mu" bujuk Feni dengan mata berkaca-kaca sambil menepuk pelan pundak sahabatnya guna menguatkannya.
"Aku tidak tahu harus memulainya darimana" ucap Hani menunduk yang terlihat frustasi.
Feni sangat iba sekaligus prihatin melihat kondisi sahabatnya saat ini. Semua pasti gara-gara dia, karena dia yang sudah memberikan lowongan kerja untuk sahabatnya, sekarang masalahnya menjadi runyam.
"Ya sudah, jika kamu belum bisa cerita, tidak apa-apa kok" ujar Feni tersenyum.
"Aku akan menceritakannya. Tapi, aku mohon bantuan mu untuk mengeluarkan aku dari sini. Cuma kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku" ucap Hani dengan tatapan memohon sambil mengatupkan kedua tangannya. Kemana lagi dia harus meminta bantuan kalau bukan kepada sahabatnya.
"Aku tidak bisa janji Hani, tapi sebisa mungkin aku akan membantumu. Kebetulan paman ku seorang pengacara, aku akan memintanya untuk menangani kasus mu" ucap Feni bersungguh-sungguh.
"Terima kasih, Feni" ucap Hani tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Dia seolah langsung mendapatkan semangat hidup.
Hani menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu mulai menceritakannya kepada sahabatnya perihal musibah sekaligus masalah yang tengah dihadapinya.
Feni hanya mampu menghela nafas berkali-kali mendengar semua cerita dari sahabatnya. Dia sangat kasihan dan merasa empati atas musibah yang menimpa sahabatnya.
Feni merasa bersalah pada dirinya sendiri, karena dia lah orang yang merekomendasikan sahabatnya untuk bekerja di villa tersebut. Dan Feni tahu betul siapa pria yang memperkosa sahabatnya.
Dengan mata berkaca-kaca Feni bangkit dari duduknya lalu mengelus punggung Hani, dia mencoba menenangkan sahabatnya yang sedang tersulut emosi karena menceritakannya.
"Feni, pria bajingan itu memperkosaku!" lirih Hani dengan suara pelan namun terdengar sangat memilukan. Dia ingin menangis sejadi-jadinya dan berteriak keras, namun dia tahu sedang berada di mana saat ini.
Feni hanya mampu memeluk tubuh Hani, dia sampai meneteskan air matanya mendengar cerita dari sahabatnya.
"Yang sabar Hani, kamu pasti bisa melewatinya. Aku janji akan membantumu keluar dari sini" ucap Feni sambil memeluk erat tubuh sahabatnya.
"Terima kasih, Feni. Terima kasih" balas Hani sambil menghapus kasar air matanya.
Setelah memastikan sahabatnya sudah tenang, barulah Feni melepaskan pelukannya lalu menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan iba.
"Hani, aku mau mengatakan sesuatu. Sebenarnya aku tidak enak mengatakannya, tapi ini harus dikatakan" ucap Feni dengan hati-hati.
"Ya sudah katakan saja" timpal Hani sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Begini Hani, eeehh...apa kamu tahu siapa orang yang sedang kamu hadapi?" tanya Feni gugup.
Hani hanya mampu menggeleng lalu berucap "Aku tidak tahu, yang jelasnya dia orang kaya" ucapnya dengan polosnya.
"Maaf Hani, kamu sedang berurusan dengan keluarga Dirgantara. Sekarang aku bertanya, apa kamu masih mengingat wajah pria yang sudah memperkosa mu?" tanya Feni serius.
"Aku sungguh tidak mau mengingat wajah pria bajingan itu!" jawab Hani dengan kesalnya.
"Baiklah aku mengerti dengan kondisimu. Tapi, coba lihat baik-baik apa dia orangnya?" Feni menunjukkan foto seorang pria tampan di ponselnya, membuat Hani meraih ponselnya lalu menatapnya dengan tatapan tajam.
"Ya, dia orangnya. Dia orang yang sudah memperkosa ku!" ucap Hani sambil mengepalkan tangannya.
"Kamu yakin?" tanya Feni ragu-ragu.
"Untuk apa aku berbohong" kesal Hani mendengar ucapan sahabatnya.
"Hani, pria ini adalah bos ku. Namanya tuan Hans, dia CEO di perusahaan tempatku bekerja dan dia anti wanita, rumor yang beredar di perusahaan, tuan Hans seorang impoten. Jadi kemungkinan besar dia tidak mungkin berbuat keji kepada mu" ucap Feni menjelaskan. Bukannya tidak mempercayai ucapan Hani, namun sangat mustahil seorang impoten memperkosa sahabatnya.
"Hah, tidak mungkin. Bisa saja itu cuma....."
"Lihat ini"
Hani terperangah membaca seluruh portal berita tentang Hans yang ternyata seorang impoten.
Bersambung....
sekarang hani jangan panggil hans lagi ganti dengan "mas" aja