Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Dimanfaatkan
Berliana yang merasa kondisi tubuhnya masih sangat lemas, namun dia masih bisa merasakan jika ada seseorang menaiki tempat tidur, kemudian dia sedikit membuka kedua matanya, melihat seorang laki laki paruh baya berbadan besar dan tegap yang belum pernah dilihat sebelumnya, tentunya saja membuat dirinya terkejut, reflek kaki kanannya melayangkan tendangan ke wajah Baladewa.
Woooshhh!! syuut!! haapp!!
Baladewa bukan orang yang tidak peka terhadap serangan yang datangnya secara tiba tiba, tendangan Berliana yang hampir mengenai mukanya dengan cepat ditangkapnya. Baladewa mundur dengan masih memegang kaki Berliana, lalu kaki Berliana diputar sampai tubuhnya ikut memutar diudara, sehingga kain penutup tubuhnya ikut melayang dan terjatuh kelantai, lalu bersamaan dengan itu Berliana sudah dalam keadaan tengkurap.
Kini pemandangan yang tentunya membuat Baladewa semakin menelan ludah, posisi Berliana yang terlihat hanya mengenakan celana dalam saja, lalu dengan beringas dan gerakan cepat Baladewa kembali menarik kedua kaki Berliana, sehingga wanita itu sudah dalam keadaan membungkuk dengan kepala berada dibawah, menempel ketempat tidur dan bokongnya sedikit terangkat keatas, menempel tepat di pusaka milik Baladewa, tapi Berliana tak menyerah begitu saja, walau dalam kondisi masih terasa lemas, Berliana sekuat tenaga berusaha melawan, dia mengangkat tubuhnya dengan kedua tangan dihentakan ketempat tidur dengan cepat, bersamaan dengan itu satu sikut tangannya berusaha menghantam ke wajah Baladewa.
Wuukkk!!! Taapp!!
Dengan mudah sikut tangan berliana ditangkisnya, lalu tangan kiri Baladewa mencengkram leher wanita itu lalu menariknya, hingga kedua tubuh mereka tidak lagi ada jarak, Berlian mendongak saat tangan Baladewa setengah mencekik lehernya.
" Jangan coba coba melawanku nona cantik. Aku akan membuatmu senang. " Ucap Baladewa dengan membisikan ditelingan wanita itu. walau dirinya habis melakukan perjalanan yang cukup jauh, namun tenaga dan kekuatannya masih terbilang sangat kuat.
Tsuukk!!
Leher Berliana ditotok sehingga wanita itu terkulai lemas dengan wajah jatuh ketempat tidur. melihat posisi seperti itu, ditambah dengan nafsu Syahwatnya yang sudah diubun ubun, dia menarik dengan kasar pakaian yang tersisa ditubuh Beliana, kemudian dia pun menanggalkan semua pakaiannya. Jika nafsu sudah memuncak, lelahnya telah melakukan perjalanan cukup jauh tidak dirasakan oleh Baladewa. Ditambah memang kondisi fisiknya yang sangat kuat.
Dalam keadaan tak sadarkan diri Berliana disetubuhi dari belakang, sampai menghabiskan waktu 3 jam dengan melakukan bermacam macam posisi, tentunya dengan Berliana masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
Setelah menuntaskan nafsu bejatnya, Baladewa menotok kembali Berliana, walau kini sudah sadarkan diri, dia sudah tak mampu untuk bergerak, semua kondisi tubuhnya sangat lemas, hanya nafasnya yang masih terlihat turun naik. Lalu Baladewa setelah itu keluar dari dalam kamar meninggalkan Berliana begitu saja, nampak eyang Cantilan yang masih duduk didepan, melihat Baladewa keluar dari kamar cukup lama eyang Sancang tersenyum lebar kearah.
" Dia memang sangat menggairahkan kang, walau tadi saya buat dia tak sadarkan diri. " Baladewa berujar seraya duduk didepan eyang Cantilan, menyeruput air minum yang mulai dingin itu.
" Hahaha, kamu tidak ubahnya bermain dengan gedebong pisang Baladewa. Apa kamu tidak mau mendengar desahannya itu. " Eyang Cantilan tertawa terbahak bahak mendengar penuturan Baladewa.
" Soalnya wanita itu sempat mau melawan kang, karena semua sudah diubun ubun terpaksa aku menotoknya. "
" Payah kamu Baladewa, Hahaha, seperti tak mampu melawannya saja, gadis itu terlalu binal, setidaknya kamu perlakukan dia diawal dengan lembut, dia akan bertekuk lutut padamu, ya sudah beristirahatlah, sebentar lagi kita akan makan siang, ajak semua murid muridmu. " Ucap eyang Cantilan.
" Baik kang. "
Keduanya terlihat diam dengan pikiran mereka masing masing, semilir angin yang melewati pintu kayu jati membuat kondisi semakin sejuk walau hari sudah hampir menjelang siang.
Berliana yang berada dikamar lalu perlahan berusaha untuk bangun, dirinya sudah terlalu lama berada didalam kamar dan butuh untuk membersihkan diri ditambah perutnya sudah merasa lapar, setelah memakai semua pakaiannya kembali, dengan langkah kaki yang sedikit melebar, karena ada yang dirasa perih dan sakit dibagian area sensitif miliknya, begitu setelah keluar kamar dia menemukan eyang Sancang dengan laki laki berbadan tegap yang tadi berhasil menyetubuhi dirinya dalam keadaan tak sadarkan diri, amarahnya pun langsung memuncak.
Tapi untuk mengajaknya berkelahi itu tidak mungkin dia lakukan, tenaganya sudah terkuras habis dari semalam, ditambah lagi dengan orang berbadan tegap itu baru saja menyetubuhi dirinya. Berliana pun hanya melempar pandangan dengan rasa muak pada Baladewa, lalu tanpa menoleh dan menyapa eyang Cantilan dia terus melangkah menuju pintu.
Berliana belum mengetahui jika orang yang baru saja menyetubuhi dirinya adalah Baladewa yang sering diceritakan oleh eyang Cantilan, yang tidak lain adalah adik seperguruannya.
" Mau kemana kamu? " Eyang Cantilan menghentikan langkahnya dengan bertanya dengan sorot mata tajam, Berliana pun menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya kembali menghadap kearah eyang Cantilan dan Baladewa.
" Aku perlu mandi eyang, badanku semua terasa lemas, ada satu orang laki laki yang tidak jantan, melakukan hal itu saat seorang wanita tidak sadarkan diri, pengecut! " Pandangan Berliana kembali mengarahkan tatapan muak pada Baladewa
" Kamu belum tahu siapa dia Berliana? " Tanya eyang Cantilan menatap Berliana dengan menyungging senyum.
" Memangnya dia siapa eyang? " Berliana masih memasang wajah ketus kearah Baladewa.
" Dia tak lain adalah adik seperguruanku yang pernah aku ceritakan padamu, yaitu Baladewa. "
" Hah! " Setelah Berliana merasa terkejut mendengar nama yang diucapkan eyang Cantilan itu, Berliana pun dengan cepat menghampiri Baladewa, setelah berada didekat laki laki paruh baya itu, dia pun langsung bersimpuh.
" Maafkan atas kelancanganku tuan guru. Kenapa tuan tak memberitahukan dari awal. "
" Hahaha, jadi kapan kapan aku bisa melakukan itu dengan tanpa harus menotok mu terlebih dahulu? " Baladewa mantap Berliana yang masih bersimpuh dikakinya.
" Aku akan melayani tuan guru sampai puas. Seperti aku melakukannya pada Eyang guru, itu memang sudah janjiku, karena eyang guru sudah menurunkan ilmu dan kesaktian padaku. hanya tadi aku sedikit terkejut dengan kedatangan tuan guru secara tiba tiba masuk kedalam kamar. " Berliana berkata dengan wajah kali ini menengadah menatap Baladewa.
" Bagus, itu tanda murid yang berbakti. Aku juga akan memberikan beberapa kesaktian padamu. Tapi nanti setelah misi yang akan dijalankan esok hari selesai. Kamu begitu menggairahkan, siapa namamu cantik? " Kemudian tangan Baladewa mengelus elus rambut Berliana.
" Berliana Tuan guru. " Ucap Berliana, hatinya sudah gelap, demi membalas dendam pada Rangga dia rela melakukan perbuatan yang sangat menjijikan. Yang harusnya Berliana dalam hal ini bisa sadar sepenuhnya kalau hal itu bukan kesalahan Rangga, tapi dirinya yang telah berselingkuh, bukan itu saja atas hasutan dari Adrian.
" Ya sudah kamu mandi dan dandan yang cantik. Aku minta nanti malam kamu melayaniku lagi, aku rasa tadi hal terbodoh yang aku lakukan. Kamu paham tentunya maksudku. " Baladewa menyeringai tawa penuh hasrat binatang.
" Baik, aku akan senang melayani mu tuan guru. Maaf sekali lagi atas kelancanganku tadi. " Sikap yang penuh rasa hormat terus diperlihatkan Berliana pada Baladewa, tentunya hal itu demi ilmu kebatinan yang lebih banyak lagi.
" Sudah lupakan tentang hal itu. Aku sudah memaafkan mu cantik. " Baladewa lalu mengulum senyum.
" Kalau begitu aku pamit Tuan guru, eyang guru. "
Keduanya hanya mengangguk, Berliana pun lalu meninggalkan mereka.
•••
" Wanita itu terlalu bodoh aku rasa Baladewa. " Setelah Berliana berlalu dari mereka eyang Cantilan kembali membuka obrolan mereka.
" Maksud kakang? " Kening baladewa sedikit mengerut.
" Aku hanya jadikan dia sebagai boneka bernyawa untuk pelampiasan nafsuku saja, ilmu yang aku turunkan hanya sebagian kecil saja, bahkan jauh dari setengahnya dari ilmu ilmu yang aku turunkan. " Ucap eyang Cantilan. Rautnya penuh dengan rona kelicikan.
" Hahaha, sepertinya kakang memang bisa memanfaatkan situasi, bagus kang, aku akan melakukan hal yang sama pada wanita itu. " watak yang memang sama sama jahat dan licik dari kakak dan adik seperguruan, akan sulit mempunyai hati belas kasihan. iya mungkin hal itu dimana lumrahnya keburukan akan bertemu dengan keburukan pula.
" Dia datang dengan keluh kesahnya pada seorang pemuda yang telah menyakitinya, aku dengan senang hati menuruti kemauan wanita itu, karena dia akan menyerahkan jiwa raganya padaku, termasuk bersedia berhubungan badan kapan pun aku minta. " Eyang Cantilan kembali menyungging senyum liciknya.
" Dia memang gadis kota yang menggairahkan kang, harum dan tubuhnya itu sangat indah. "
Obrolan mereka pun terhenti saat 2 orang anak buah eyang Cantilan membawa beberapa hidangan untuk makan siang mereka, semua layaknya sebuah sajian yang cukup mewah, kucuran dana yang mengalir setiap bulanannya dengan jumlah yang sangat fantastis, membuat eyang Cantilan mampu menyuguhkan makanan serba enak dan mewah.
Padahal hal ini tidak disadari oleh keduanya walau pun mereka semua berilmu tinggi, bahaya yang akan menenggelamkan keserakahan mereka mungkin akan berakhir sebentar lagi, karena ada pemuda yang menuju ketempatnya untuk membinasakan mereka, sekaligus membawa orang tua dari seorang gadis yang cantik
Pemuda itu tak lain adalah Rangga, yang saat ini masih dalam perjalan, disampingnya ada seorang gadis cantik dengan tubuh ideal yang sedang tertidur pulas.