Pengantin Untuk Mafia Dingin

Dave melangkah meninggalkan restoran itu degan dada yang bergemuruh hebat.Dua puluh tahun kedua orangtuanya menghilangkan begitu saja meninggalkan dirinya dan sang adik.Kini mereka kembali dan entah apa tujuannya.Tapi Dave tidak akan pernah membiarkan mereka mendekati sang adik.Biarlah dia egois sekarang.Dulu disaat mereka butuh kasih sayang kedua orangtuanya mereka malah pergi.Dan kini mereka datang bagaikan tamu yang tak diundang.Bahkan yang membuatnya tak terima adalah kedua orangtuanya menjadikan dirinya dan sang adik alat pembayar hutang-hutang mereka.

Dave memasuki mobilnya lalu meninggalkan restoran itu dengan kecepatan tinggi.Dadanya terasa sesak saat ini.Tak ada kerinduan di mata kedua orangtuanya untuk dirinya saat mereka bertemu tadi.Entah terbuat dari apa hati mereka sehingga tak peduli dengan kedua anaknya.Bahkan wanita yang dulu ia sebut sebagai Mama hanya diam saja saat suaminya mengancamnya.

"Argh...",Dave mencengkram erat stir mobilnya sehingga buku buku jarinya terlihat memutih.

Pria itu menghentikan mobilnya di sebuah club' miliknya.Ia teringat jika temanya mengundangnya ke sini yang katanya berulang tahun.Aneh memang pria itu menurut Dave sudah tua masih saja merayakan ulang tahun seperti anak kecil.

Dave memasuki tempat itu dengan mudah karena dirinya owner-nya disini.Kedatangannya membuat pengunjung wanita menatapnya tak berkedip.Dave tak peduli dan terus berjalan menghampiri sahabatnya yang dikelilingi banyak wanita.

"Aku pikir kamu tidak datang Dave",kekeh Vans yang hanya menyisakan satu wanita saja disisinya untuk menemaninya.

"Kamu mengundangku,tentu saja aku datang",jawab Dave.

"Minumlah...",ujar Vans menyodorkan sebuah botol minuman yang telah terbuka tutupnya.

"Aku ingin minuman yang tutup masih tersegel",jawab Dave yang tidak ingin lagi kejadian malam itu terulang lagi.Beruntung malam itu ia tidak masuk perangkap wanita itu.

"Baiklah...",jawab Vans meminta gadis yang menemaninya itu mengambilnya minuman yang sama yang masih bersegel.

"Kamu apakan wanita itu?",tanya Vans.

"Siapa?",tanya Dave dengan wajah datarnya dan tentunya Vans sudah terbiasa karena mereka berteman cukup lama.

"Wanita yang malam itu mencampur minumanmu",jawab Vans yang sudah melihat rekaman cctv itu.Dan ia yakin sahabatnya ini tidak akan mengampuni siapapun yang menganggunya apalagi ini sudah diluar batas.

"Aku membalasnya,dan setelah itu entahlah.Theo bilang setelah meniduri wanita itu ia menjualnya ke rumah bordir tapi beberapa hari yang lalu Theo bilang wanita itu berhasil melarikan diri dari sana",jawab Dave yang tak pernah menutupi apapun dari sahabatnya itu.

"Lalu bagaimana denganmu malam itu?",tanya Vans dengan tatapan menyelidik.

Dave hanya diam dan tak menjawab,ia tak mungkin mengakui jika untuk pertama kalinya ia membawa seorang gadis keatas ranjangnya.

"Aku sudah tau jawabannya tanpa kamu memberitahuku Dave.Siapa wanita yang beruntung itu bisa naik ranjangmu Dave?",tanya Vans terkekeh pelan melihat wajah tegangan sahabatnya.

Dave tak menjawab,ia tak akan mengatakan pada sahabatnya siapa gadis itu.Cukup dirinya yang tau dan ia sebentar lagi akan bertanggungjawab pada gadis itu.Entahlah, ia tak bisa membayangkan jika akan menikah dan berkomitmen dalam sebuah hubungan.Tapi ia juga tidak rela jika nantinya gadis itu menikahi pria lain.

"Kamu mau mencoba salah satu wanita disini Dave?, bukankah kamu sudah tau rasanya bercinta?",ejek Vans.

"Kamu tau jawabanku kan Vans,aku tak akan bermain wanita.Hanya buang buang waktu dan energi",jawab Dave degan sorot mata yang begitu dingin.

"Ya baiklah,tapi setidaknya kamu saat ini tak lagi perjaka Dave",gelak Vans.

"Terserah apa yang akan kamu katakan Vans,hanya seperti ini acara ulangtahunmu.Kamu tak mengundang teman temanmu yang lainnya?",tanya Dave menenggak wine miliknya.

"Jika aku mengundang mereka kamu tak akan datang Dave,jadi lebih baik tidak",jawab Vans.

"Jadi--

"Ya...aku hanya mengundangmu minum saja.Aku tak peduli,mereka yang datang saat ada maunya saja",jawab Vans.

"Kamu ada masalah?",tanya Vans yang begitu tau gesture tubuh Dave yang saat ini tak baik baik saja.Walau terlihat tenang tapi dari gerak tubuhnya mengatakan sebaliknya.

"Kedua orangtuaku kembali",jawab Dave.

"Damn it",umpat Vans.Ia tau betul bagaimana kehidupan Dave yang ditinggalkan kedua orangtuanya begitu saja bersama sang adik.

"Mareka ingin menumpang hidup denganmu?",tanya Vans.

"Entahlah,tapi mereka memiliki perusahaaan cukup besar.Jadi aku rasa tidak",jawab Dave.

"Lalu?"

"Entahlah... tadi siang dia menemui Davee dan mengarang cerita",jawab Dave.

"Daveena percaya?",tanya Vans.

"Tidak, Daveena tau segalanya.Entah darimana dia mengetahuinya",jawab Vans.

"Adikmu itu sebenarnya pintar Dave,aku rasa dia menyembunyikan bakatnya darimu",ujar Vans.

"Ya...aku terkadang juga berpikir seperti itu.Yang tau masalah ini hanya keluarga Iskandar.Dan tadi Aunty Fira sangat terkejut saat Daveena mengatakan jika ia sudah tau segalanya",jawab Dave.

"Sekarang Daveena ada dimana?",tanya Vans.

"Dirumah Bundanya",jawab Dave.

"Beruntung kamu dipertemukan dengan keluarga Iskandar.Tante Fira kelihatannya sangat menyayangi Daveena",ujar Vans.

"Jika bukan karena keluarga mereka aku tak akan seperti ini sekarang.Mungkin aku jadi gelandangan dijalanan",jawab Dave.

"Ya... mereka orang baik,aku bisa melihatnya",jawab Vans.

"Ya..."

Akhirnya setelah dua jam berlalu Dave meninggalkan club' miliknya itu.Ia tak suka berlama-lama dengan tempat seperti itu.Ia lebih suka menghabiskan waktunya di depan layar komputer dan menambah pundi-pundi uangnya.

Dia memang gila kerja itu demi kelangsungan hidupnya dan sang adik.Hanya Daveena alasannya untuk bertahan sampai saat ini.Dave pulang ke Mansionnya, biarlah Daveena di rumah Bundanya lebih dulu.

Sesampainya di Mansion Dave langsung memasuki kediamannya itu.Semua pelayan sudah ke paviliun untuk berisitirahat.Hanya kepala pelayan yang terlihat untuk memastikan Mansionn itu aman.

Dave tak peduli dengan kepala pelayan itu, ia terus melangkah memasuki kamarnya dan menguncinya.Pria itu melempar sembarangan jas miliknya lalu menyambar laptopnya untuk mengecek pekerjaannya.

Pria itu betul betul gila kerja, meski waktu sudah menunjukkan angka sebelas malam tapi ia tetap masih fokus pada pekerjaannya.

Ting

Daveena

[Mas...lusa aku akan berangkat ke New York.Aku akan berangkat dari rumah Bunda.Tolong kirim semua barang barangku kesini ya]

******Ya.... tidurlah Davee.Jangan bergadang******!

Dasar Dave,dia melarang adiknya untuk bergadang sementara pria itu belum kunjung beristirahat.

***

Ting

Uncle Zavier

[Dave... datanglah nanti malam kerumah.Kita lanjutkan pembahasan waktu itu mengenai Juwita]

******Ya Uncle...aku akan ke sana******.

Dave menghembuskan nafas panjangnya, pria itu melangkah keluar kamarnya.Pagi ini ia akan bertemu dengan salah satu investor yang akan bekerjasama dengan perusahaan Zaki.Pria yang memakai jas berwarna navy itu melangkah dengan begitu gagahnya keluar dari Mansion dan langsung memasuki mobilnya yang telah disiapkan oleh pengawalnya.

...****************...