[Peringatan!! Judul Novel Tidak Sesuai Dengan Isi Ceritanya]
Tumbuhnya Tujuh Buah Surgawi sejak sekian lama berhasil menggemparkan dunia persilatan.
Tujuh Buah Surgawi bukanlah buah biasa, siapapun yang memakan walau hanya salah satu dari ketujuhnya maka dia akan menjadi pendekar yang tak tertandingi.
Sehingga tidak mengherankan jika buah itu tumbuh banyak pendekar yang menginginkannya, perebutan hingga saling membunuh dan membantai bukanlah sesuatu yang asing.
Zhou Yuan adalah salah satu pemakan Buah Surgawi kedelapan yang tidak dicatat dalam sejarah, buah kedelapan itu dinamai buah kematian, sesaat ia hendak memakannya banyak orang yang menginginkannya hingga suatu ketika Zhou Yuan harus di kepung oleh banyak pendekar yang membuatnya terbunuh.
Sebelum kematiannya, Zhou Yuan memakan Buah Kematian, buah itu membuat Zhou Yuan berengkarnasi setelah seratus tahun kematiannya. Zhou Yuan berniat membalaskan dendam kematiannya di kehidupan pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 23 — Rasa Khawatir
Zhou Yuan tidak menanggapi keterkejutan Tetua Kelelawar Malam tersebut, ia terus memainkan pedangnya dengan penuh konsentrasi sementara lawannya hanya bisa menerima serangnya dengan kawalahan.
Tetua Kelelawar Malam menjerit tertahan, ia berusaha sebaik mungkin untuk bertahan namun kecepatan pedang Zhou Yuan terlalu cepat diikuti matanya.
Perlahan tapi pasti luka tebasan terukir di sekujur tubuhnya, luka itu bukan goresan pedang belaka melainkan diikuti luka bakar juga.
Tetua Kelelawar Malam memutar otaknya agar bisa mengambil jarak dari Zhou Yuan namun anak kecil itu justru membaca niatnya dan tidak membiarkan itu terjadi.
"Teknik Pedang Api — Tarian Peri Senja!"
Zhou Yuan seketika menggunakan jurus yang berada di Teknik Pedang Api. Jurus yang meningkatkan kecepatan pedangnya selama sepuluh kali lipat selama dua belas kali tebasan pertama.
Api yang ada di pedang Zhou Yuan juga langsung berubah warna menjadi ungu kehitaman ketika menggunakan jurus Tarian Peri Senja tersebut. Api yang memiliki warna berbeda menandakan suhunya lebih panas.
Dengan jurusnya Zhou Yuan menyerang Tetua Kelelawar Malam bertubi-tubi. Tetua itu semakin kewalahan apalagi luka ditubuhnya semakin lebih parah.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Tetua itu terbunuh oleh Zhou Yuan, banyak darah yang keluar membuat pandangannya semakin kabur sehingga ayunan Zhou Yuan selanjutnya berhasil merenggut nyawanya.
Tetua Kelelawar Malam itu mati dengan mata terbuka, mungkin ia tidak menduga akhir hidupnya akan berakhir seperti ini.
Ketika tubuh Tetua itu jatuh ke tanah, darah segar muncul disudut bibir Zhou Yuan, selain itu wajahnya tampak sedang menahan rasa sakit yang hebat.
Zhou Yuan jatuh dalam posisi berlutut, ia mencoba bergerak namun tubuhnya tidak mengikuti keinginannya.
"Sudah kuduga, menggunakan Teknik Pedang Api di tubuh yang sekarang memang terlalu berisiko..."
Berbeda dengan Teknik Pedang Air, Teknik Pedang Api mempunyai syarat dalam penggunanya salah satunya adalah harus memiliki fisik yang kuat.
Meski Zhou Yuan sudah berhasil meningkatkan tulangnya ke tingkat yang tinggi namun penempaan fisik lainnya belum ia latih seperti otot, darah, sumsum dan kelima indranya.
Setidaknya Zhou Yuan bisa menggunakan Teknik Pedang Api tanpa efek samping ketika semua penempaan fisiknya telah mencapai 20% ke atas.
Zhou Yuan melirik pedang dipegangnya yang kini tinggal gagangnya saja, karena api yang ia ciptakan sebelumnya membuat mata pedang itu meleleh.
Teknik Pedang Api memang harus disertai dengan pusaka yang kuat dalam penggunaannya agar pedang itu tidak hancur atau meleleh seperti sekarang.
Jika boleh memilih Zhou Yuan tidak akan menggunakan Teknik Pedang Api jika situasinya tidak seperti ini, tapi karena lawannya adalah pendekar Alam Emas tahap awal, ia mau tidak mau harus menggunakan jurus tersebut.
Zhou Yuan berniat pergi dari tempat itu saat tubuhnya mulai bisa bergerak kembali, namun sebelum ia melakukannya tiba-tiba ada suara teriakan menyebutkan namanya.
Suara itu bersumber dari Zhou Yao, ayah Zhou Yuan yang kini sedang berlari ke arahnya. Setelah mencari anaknya kemana-mana Zhou Yao akhirnya menemukan Zhou Yuan usai diberitahu oleh salah satu petugas.
Saat pencarian putranya, hati Zhou Yao diliputi banyak kecemasan serta ketakutan, apalagi ketika melihat anaknya tidak ada di kediaman Xiao Rou seperti yang diketahuinya dan juga ada jasad pendekar bertopeng di sana.
Zhou Yao mencari Zhou Yuan di tengah banyaknya penyerangan di sekelilingnya, ia melihat ketika di tengah kediamannya, petugas Keluarga Zhou lebih mendominasi dari pada para pembunuh bertopeng.
Zhou Yao terkejut saat ada banyak jasad pendekar bertopeng terbunuh oleh cara yang sama yaitu dengan serangan panah. Setiap serangan panah itu mengenai bagian vital sehingga hampir setiap pembunuh bertopeng terbunuh oleh satu panah saja.
Setahu Zhou Yao, tidak ada pendekar di Keluarga Zhou yang ahli dalam memanah seperti ini. Ia bisa menyaksikan bagaimana pendekar tersebut sangat pandai dalam menembakkan panahnya secara tepat sasaran.
Di tengah pencariannya, Zhou Yao akhirnya mengetahui yang menembakkan banyak panah itu yang tak lain adalah anaknya sendiri setelah diberitahu petugas keluarganya.
Puteranya jugalah yang berperan penting dalam mengubah situasi pertempuran menjadi pihak keluarganya yang unggul.
Zhou Yao tentu saja tidak langsung percaya begitu saja tetapi untuk sekarang bukan itu yang harus ia urus, Zhou Yao harus mencari keberadaan anaknya terlebih dahulu.
Saat mendengar Zhou Yuan sedang dikejar oleh salah satu pembunuh bertopeng di tingkatan Alam Emas, kekhawatiran Zhou Yao semakin menjadi, tanpa basa-basi ia berlari sekuat tenaga ke arah selatan.
Zhou Yao akhirnya tiba dan menemukan anaknya baik-baik saja, dia juga melihat ada jasad pembunuh Alam Emas tak jauh dari anaknya berdiri.
Nafas Zhou Yao sempat tertahan, ia mungkin sudah terkejut dengan bakat Zhou Yuan yang luar biasa namun tidak menduga kemampuan anaknya lebih dari yang ia pikirkan.
Sekarang Zhou Yao percaya dengan perkataan petugas keluarganya kalau Zhou Yuan memang dalang yang menghabisi para pembunuh di tengah kediaman Keluarga Zhou tersebut.
"Ayah..."
Zhou Yuan terkejut saat melihatnya ayahnya datang kesini, ia bingung harus berkata seperti apa karena ayahnya secara jelas telah menyaksikan dirinya yang membunuh pembunuh Alam Emas tersebut.
Sebelum Zhou Yuan ingin berkata-kata, secara tiba-tiba Zhou Yao langsung memeluknya dengan erat. Perasaan khawatir menguap ketika menyaksikan anaknya baik-baik saja.
"Ayah, aku..." Zhou Yuan sadar telah melakukan kesalahan dengan membuat orang tuanya cemas.
Zhou Yuan terlalu fokus untuk menghabisi para pembunuh tersebut karena khawatir membahayakan keluarganya, tanpa ia sadari seharusnya dirinya lah yang harus dikhawatirkan oleh orang lain.
Seorang anak kecil bergerak di tengah pertempuran para pendekar yang keras serta kejam tentu saja membuat orang tua siapapun khawatir. Ia melupakan fakta kecil bahwa dirinya sekarang tidak lebih dari seorang anak usia sepuluh tahun yang lemah di pandangan orang tuanya.
Mungkin karena baru pertama kali mempunyai keluarga di kehidupan kedua ini, Zhou Yuan sama sekali tidak memikirkan sisi bagian tersebut.
"Kau tidak perlu menjelaskan apapun Yuan'er, selama kau selamat, Ayah sangat senang bisa melihatmu..."
Zhou Yuan mendengar itu menyeka air matanya yang sedikit keluar sebelum mengangguk pelan. Memang selama ini hanya orang tuanya lah yang selalu menerima siapa dirinya.
Zhou Yuan melepaskan pelukan dari ayahnya, "Ayah, kita harus cepat menghabisi para pembunuh bertopeng yang lain, jangan biarkan mereka pergi secara hidup-hidup..."
Zhou Yao batuk pelan setelah mendengarnya, sulit menerima ucapan kejam tersebut dari seorang anak usia 10 tahun namun setelah dipikir kembali, Zhou Yuan justru telah banyak membunuh anggota Kelelawar Malam lebih banyak dari yang lain bahkan ia merasa baik-baik saja setelah melakukannya padahal membunuh seseorang butuh sebuah mental yang kuat.
Orang tua Zhou Yuan mungkin tidak mengerti alasan anaknya berkata demikian, meski Zhou Yuan kurang aktif dikehidupan pertama sebagai seorang pendekar namun ia mengerti cara kerja kelompok pembunuh di dunia persilatan.
Sesuai dengan namanya Kelompok Pembunuh adalah sekawanan para pembunuh yang terbiasa akan pembunuhan, bahkan beberapa diantara mereka lebih parah yaitu menikmati akan pembunuhan itu sendiri.
Zhou Yuan tidak mau kelompok pembunuh seperti Kelelawar Malam ada yang selamat setelah penyerangan ini, jika tidak, maka boleh jadi penyerangan selanjutnya akan terjadi kembali.