Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Lalu kenapa kau tampak sedih semalam?, Kau sedih melihat mereka mesra?." Tanya Bagas.
"Tidak." jawab Naira pelan. namun nafas yang berhembus dapat Bagas rasa kan di wajah nya. begitu pun saat Bagas berkata.
"Em, Aku..." Naira malu mengatakan kalau ia marah karena Bagas tak mengabari nya, ia terlihat seperti wanita yang posesif.
Naira Menganti posisi nya untuk menyembunyikan ke gugupan nya. berbaring telentang dan menatap ke langit-langit kamar.
"Karena kamu akan pergi lagi, dan tidak ada kabar lagi seperti kemarin." Naira mengatakan dengan pelan, terdengar sangat sendu.
"Aku tidak suka, Meski kau belum bisa menerima ku, Aku juga menginginkan kau menganggap kan ku ada." Ucap Naira lagi.
Hati Bagas merasa teriris saat mendengar ucapan Naira yang begitu menyentuh nya. Apa kepergian nya membuat Naira sedih?.
Bagas terdiam sejenak, ia bahkan sulit untuk berkata-kata, Melihat ketulusan Naira yang benar-benar tulus menjadikan seorang suami di dalam hidup nya. kini bagas merasa bersalah sudah menyembunyikan pengobatan mata nya pada Naira.
Suara tiba-tiba hening seketika.
"Tapi, aku tidak melihat si brengsek itu, jangan pernah mengatakan aku masih melihat dan mengagumi nya." ucap Naira agak keras memecahkan ke heningan itu.
"Aku bahkan tak Sudi ketika dia menyebut nama ku." kata Naira lagi.
"Benarkah?." Tanya Bagas. Naira mengangguk cepat.
"Kalau begitu, Aku akan mengajak mu ikut serta dalam perjalanan ku Minggu depan." Ucap Bagas.
"Benarkah?, Aku ikut?."
"Tapi, bagaimana dengan toko ku?."
"Bukan kah kau bilang ingin menjadi istri ku?, Maka kalau begitu, Jadi lah istri yang baik dan penurut, Tutup saja toko mu, Aku mampu memberikan berlipat kali dari yang kau hasil kan di toko." Ucap Bagas.
"Apa?, Istri?, apa dia sudah menerima ku?, benarkah?, Aku berhasil?." Naira terdiam dan bertanya-tanya di dalam pikiran nya sendiri.
"Aku membuka toko karena aku memiliki cita-cita menjadi pengusaha toko mainan, dan ternyata dari sana aku bisa menghasilkan uang untuk kebutuhan pribadi ku, aku akan pertimbangkan lagi untuk menutup nya." Tutur Naira.
"Baiklah, Ayo makan!." ajak Bagas.
Naira yang sebenarnya sudah lelah dan mau beristirahat, namun karena suasana hati nya sudah kembali baik karena Bagas, ia pun menyetujui ajakan bagas untuk makan malam bersama.
Saat akan tidur. Bagas berbaring di samping Naira, ia memutuskan untuk seterusnya tidur bersama Naira.
Ia tidak bisa tidur, memikirkan, seperti apa reaksi Naira ketika mengetahui ia sudah membohongi nya. Naira yang berbaring di samping nya, tiba-tiba saja memeluk nya, meletakkan kepala nya di lengan Bagas untuk tidur di dalam dekapan pria itu. Bagas pun menyambut pelukan itu dengan hangat, kedua nya tangan nya memeluk Naira, Naira yang baru akan tidur pun tersenyum karena Bagas tidak lagi kaku pada nya.
•••
Keesokan hari nya.
Naira dan Bagas seperti biasa berangkat bekerja, hari ini Bagas akan mengantar Naira ke tempat kerja dan akan menjemput nya juga.
Di dalam mobil. Bagas menatap keluar jendela, begitu begitu juga dengan Naira, namun tangan kedua nya saling berpegangan, kedua nya memalingkan wajah karena masih merasa malu dan canggung, terlebih ada Ken juga di dalam mobil yang bisa saja mengoda mereka.
Ken yang menyadari hal itu pun tersenyum, ia pun tipikal laki-laki yang suka mengejek dan mengoda atasan nya, tentu saja itu tidak akan ia lakukan, ia malah merasa lebih tenang saat Bos nya menemukan belahan hati nya, dan Naira bisa membuktikan ucapan nya itu dan berhasil mendapatkan hati Bagas, meski Ken tahu belum sepenuh nya, tapi perlahan pasti.
bukan pak Cipto