Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 10
Sulis terus berjalan mondar mandir di depan pintu ruangan kerja Rangga, Sulis belum bisa tenang karena belum mendap kabar di mana Afika berada, dan juga Siti terus menelpon Sulis agar memberitahukan kabar jika Rangga sudah mendapat informasi tentang Afika. Sulis memutuskan masuk ke dalam ruangan kerja Rangga.
"Katakan, berapa dana yang di berikan oleh pria itu. Katakan!" Andria menganggkat kepalanya melihat ke arah ibunya.
"Jumlah yang belum bisa aku ganti karena terlalu banyak." Jawab Rangga yang tidak menyebut nominal jumlah uang tersebut. Sulis langsung duduk di sofa, sambil mengembuskan nafas dengan kasar.
"Dimana rumah pria itu?"
"Bu.."
"Katakan!"
"Jangan ikut campur bu. Jika ibu ingin melihat perusahaan ku baik-baik saka, maka jangan ikut campur."
Seberapa besarkan pengaruh pria itu sampai Rangga sendiri takut untuk memberikan informasi mengenai pria yang telah menjadi suami dari Afika. Dan seberapa banyak uang yang di terima Rangga, hingga ia tidak mampu untuk mengembalikan dalam dekat ini.
"Pulanglah bu. Dan jangan ikut campur masalah ini."
"Rangga!" Teriak sang ibu. "Kau tidak bisa seperti itu. Dia menikah karena kesalahmu yang menukarnya dengan uang untuk menyelamatkan perusahaan. Harusnya kau merasa bersalah atas tindakanmu ini Rangga."
"Aku harus bagaimana ibu. Aku di hadapkan dengan pilihan yang sulit. Jika aku menolak uang itu, maka aku akan dan ibu akan di pastikan hidup serba kekurangan, dan juga, apa yang harus aku berikan pada Afika jika dia menjadi istriku? Apa aku harus memberinya makan batu, biar dia hidup? Tidak mungkin bukan." Ucap Adrian yang menjelaskan situasinya yang di hadapan dengan pilihan yang sulit. Adrian memilih jalan terbaik agar semuanya bisa aman terkendali. Bukan egois, tapi Adrian lebih memilih untuk mengstabilkan kembali perusahaan agar dirinya dan ibunya bisa kembali hidup tenang.
"Bu, kalau dia jodohku. Sejauh apa pergi pasti kami akan bertemu lagi. Entah dia sudah menikah dengan siapa, kalau jodoh pasti bertemu." Kata Adrian.
Sulis tidak lagi berkata-kata, ia langsung keluar dari ruangan Rangga, dan saat Sulis pergi, beberapa saat kemudian Farah sabahat Afika datang dan menerobos masuk ke dalam ruang kerja Rangga.
"Bu.." Ucap Rangga yang belum menoleh sedikit pun ke arah pintu.
"Oh jadi kamu yang namanya Rangga." Kata Farah dengan menatap Rangga dengan tatapan penuh selidik. Rangga yang merasa tidak mengenal wanita yang masuk ke ruangannya langsung berdiri dan menghampiri Farah.
"Siapa kamu."
Plaaakkkkkk....
Bukanya menjawab, Farah justru memberi tamparan keras di pipi Rangga.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Kau pria breng*sek. Tega-teganya kau menjual Afika. Kau tidak punya hati. Kau pria breng*sek." Farah terus memukul dada bidang Rangga, meluapkan kekesalan pada pria yang tegah membuat hari pernikahan sahabatnya itu berantakan. Pria yang menukan uang dengan sahabatnya.
"Aku tidak mengenalmu. Jadi lebih baik kau pergi dari sini." Rangga memegang kedua tangan Afika agar tidak lagi memukul tubuhnya.
"Lihat saja. Kau akan menyesal suatu hari nanti." Teriak Farah saat tubuhnya di seret oleh security keluar dari ruangan Rangga.
••••••
Sudah tiga hari lamanya, Adrian tidak menampakkan wajahnya di mension tempat Afika berada. Dan selama tiga hari ini, Afika manfaatkan dengan mencoba berteman dengan Sri dan juga Nadi. Toh, dalam pikiran Afika, jika kabur bukan jalan keluar dari tempat ini, maka jalan satu-satunya harus berlaku baik hingga bisa meluluhkan hati setiap orang yang berada di mension ini. Kini Afika sudah mulai menerima nasibnya yang entah seperti apa kedepannya. Yang jelas saat ini Afika sudah bisa menyesuaikan diri dan berharap kelak suatu hari nanti dirinya dapat bebas dari tempat yang di sebut penjara ini.
"Bi Sri, sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Adrian. Apa dia sakit? Atau dia sedang sibuk?" Tanya Afika sambil membantu Sri membuat beberapa cemilan.
"Tuan sibuk."
"Kenapa bi Sri membuat cemilan, apa ada tamu yang akan datang?"
"Sebentar malam tuan akan datang, jadi lebih baik kau bersiap-siap. Ingat jangan pernah melawan tuan jika kau ingin tetap hidup."
"Adrian mau datang?" Tanya ulang Afika dan bi Sri menganggukkan kepalanya.
Fisik dan batin harus Afika siapkan karena sebentar lagi pria yang sangat dingin akan datang dan pastinya akan kembali menyiksa dirinya.
"Baiklah, apa pun yang terjadi, aku akan tetap baik dan akan merebut hatimu hingga kau menyesali perbuatan mu." Batin Afika.
"Jangan merayu tuan, dia sudah memiliki kekasih yang sangat mencintainya dan juga tuan sangat mencintainya." Kata Sri yang seolah tahu dengan apa yang ada di dalam hati Afika, dan apa yang sedang Afika pikirkan..
•••
Malam harinya. Afika yang sudah tertidur pulas langsung bangun saat air tumpah membasahi seluruh wajahnya..
"Apa ini?" Kata Afika sambil duduk di tempat tidur. Dan mata Afika menatap sepasang sepatu yang berada di samping tempat tidur, perlahan mata Afika naik ke atas dan tertuju pada wajah sang pemilik sepatu. Ya, siapa lagi jika bukan Adrian. Pria yang selalu saja menyiksa dirinya dengan berbagai macam cara.
"A-adrian."