Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Pesta Ulang
Dinda membukakan pintu untuk tamunya dan ketika ia sudah membukakan pintu, ia nampak terkejut dengan sang tamu yang berdiri di depan pintu rumah bundanya bahkan saking terkejutnya Dinda sampai nyaris jatuh andai saja ia tak berpegangan pada kusen pintu.
"Dinda kamu baik-baik saja?"
Orang yang datang ini adalah tuan Dunn, Dinda seperti bermimpi melihat sang mertua berdiri di depannya. Dinda mengucek matanya untuk memastikan ia tidak salah lihat dan juga tidak berhalusinasi.
"Ini bukan mimpi Dinda," ujar tuan Dunn yang seolah paham apa yang Dinda pikirkan.
"Oh, maaf. Silakan masuk, Pa."
Dinda mempersilakan mertuanya masuk ke dalam rumah sang bunda sementara Alex dan juga Herlin sudah menyusul ke depan untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang. Wajah Alex berubah saat melihat sang papa datang ke rumah mertuanya, Alex memilih untuk menghindar dan pergi ke kamar sementara itu Dinda harus menjamu sang mertua terlebih dahulu.
"Perkenalkan saya adalah papanya Alex," ujar tuan Dunn pada Herlin.
"Oh iya Pak, saya adalah bundanya Dinda," ujar Herlin.
Tuan Dunn dan Herlin terlibat dalam percakapan mengenai pernikahan kilat yang terjadi di antara anak mereka. Tuan Dunn meminta maaf pada Herlin karena baru bisa datang sekarang menemui besannya dan Herlin sendiri tak mempermasalahkan itu. Herlin diam-diam memerhatikan penampilan tuan Dunn dan ia jadi teringat apa yang dikatakan oleh Dinda kala itu bahwa mertuanya adalah orang kaya raya dan sepertinya Dinda memang benar.
"Jadi apakah anda ingin supaya ada pesta pernikahan yang lebih mewah lagi untuk merayakan pernikahan anak kita?" tanya tuan Dunn.
"Oh tidak perlu Pak," tolak Herlin.
"Iya Pa, tidak perlu. Kami bahagia kok dengan pesta pernikahan kami yang sederhana waktu itu."
"Tapi kan saya gak hadir di pesta itu."
Dinda dan Herlin saling melirik satu sama lain, tuan Dunn sepertinya sangat ingin sekali membuat pesta yang mewah untuk merayakan pernikahan putra kesayangannya dan untuk kali ini ia ingin hadir dan memperkenalkan Dinda sebagai istri dari Alex pada semua kolega bisnisnya.
"Kalau kalian tidak bersedia, maka saya bisa apa?"
"Bukannya kami menolak Pa, hanya saja kami merasa tidak enak kalau merepotkan Papa."
"Siapa yang merepotkan, Dinda? Saya sama sekali nggak merasa direpotkan. Saya malah bahagia kalau bisa hadir di acara pesta pernikahan anak saya tapi sepertinya hal itu tidak bisa terulang lagi."
****
Dinda menuju kamarnya dan menemukan Alex tengah duduk di tepi ranjang sambil bermain game di ponselnya, suaminya itu masih fokus pada game yang dimainkan hingga tak menyadari kalau ada Dinda yang sudah masuk ke dalam kamar.
"Asyik sekali main game sampai nggak sadar aku berdiri di sini."
Sontak saja Alex menghentikan aktivitas main game-nya dan menatap Dinda. Pria itu nampak tersenyum manis menampilkan deretan giginya yang putih dan rapih. Alex meletakan ponselnya dan bertanya pada Dinda soal papanya.
"Papa sudah pulang?"
"Sudah."
"Apa yang dia bicarakan barusan?"
"Papa ingin kita menggelar ulang pesta pernikahan kita karena waktu itu dia nggak datang karena kamu kan nggak memberinya kabar."
Alex tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Dinda barusan. Dinda kemudian duduk di sebelah Alex dan menggenggam tangan Alex lembut.
"Kamu membenci papamu?"
"Aku bukan membencinya, aku merasa bahwa aku tidak layak menjadi anaknya. Aku lahir dari rahim mamaku yang hanya sebagai istri siri papaku berbeda dengan kedua saudaraku yang lahir dari rahim Helen. Apalagi mereka sangat membenciku sejak kecil."
****
Alex terbuka pada Dinda mengenai beban mental yang selama ini dirasakan olehnya, menjadi anak dari istri siri tuan Dunn nyatanya membuat Alex tertekan lahir dan batin. Semenjak sang mama meninggal dan ia hidup bersama keluarga papanya maka Helen dan kedua anaknya secara terang-terangan memusuhi Alex, tuan Dunn sendiri juga tidak tegas pada Helen dan kedua anaknya yang membuat Alex semakin rendah diri bahwa ia berbeda di rumah itu. Tuan Dunn memang selalu menyanjung Alex ketika anaknya itu bisa mendapatkan nilai sempurna saat ujian di sekolah namun kedua anak Helen menjadi iri dan mereka akan mengatai Alex dengan kata-kata menyakitkan bahkan sampai hari di mana ia memutuskan pergi jauh dari Skotlandia.
"Terima kasih karena kamu sudah mau jujur padaku," ujar Dinda.
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan antara Alex dan Dinda karena mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing sampai akhirnya Alex buka suara.
"Kamu ingin pesta pernikahan seperti yang diusulkan oleh papa?"
"Kok kamu malah bertanya padaku?"
"Kalau kamu setuju, maka aku akan setuju."
****
Melvin baru saja tiba di rumah dan ia melihat sang bunda bersama kakak dan kakak iparnya tengah berbincang di ruang tengah seperti tengah membahas sesuatu. Melvin mengucapkan salam sebelum melepas sepatunya dan meletakannya di rak dan berjalan menuju sofa ruang tengah di mana mereka berkumpul.
"Kalian tengah membicarakan apa?" tanya Melvin penasaran.
"Tadi siang papanya Alex datang dan beliau ingin mengadakan pesta untuk merayakan pernikahan Alex dan Dinda sekaligus memperkenalkan Dinda sebagai menantu keluarga Dunn pada rekan bisnis keluarga papanya Alex," terang Herlin.
"Kalian setuju?" tanya Melvin pada Dinda dan Alex.
"Aku hanya ikuti kata Alex saja," jawab Dinda.
"Aku ingin membuat Dinda bahagia dan status dia jelas sebagai menantu papaku," jawab Alex.
Dinda dan Alex tersenyum tipis saat mendengar jawaban masing-masing, Melvin hanya geleng-geleng kepala dan kemudian ia pun gegas menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Selepas Melvin pergi ke kamarnya kini Dinda dan Alex membantu Herlin menyiapkan makan malam walau Herlin sudah menolak namun keduanya tetap ingin membantunya maka Herlin pun tak bisa melakukan apa-apa selain mengizinkan keduanya membantunya. Herlin tersenyum diam-diam melihat interaksi Dinda dan Alex yang semakin lama semakin terlihat seperti pasangan sungguhan.
****
Herlin memberikan undangan pada keluarga besarnya untuk menghadiri acara pesta pernikahan Alex dan Dinda yang digelar minggu ini di sebuah hotel mewah. Widuri yang mendapat undangan itu nampak heran, ia menelpon Herlin karena undangan tadi diantarkan lewat petugas pos dan bukannya Herlin yang datang langsung.
"Ada apa Kakak menelponku?"
"Kamu banyak uang, ya? Kok mau merayakan lagi pesta pernikahan Dinda dan Alex? Malah sekarang pestanya di hotel mewah. Kamu dapat uang dari mana?"
"Ini semua murni karena keinginan papanya Alex, aku hanya ikut saja."
"Memangnya papanya Alex orang kaya? Kok bisa-bisanya membuat pesta di hotel mewah?"
"Mbak Widuri pasti nanti akan tahu sendiri kalau sudah datang ke acaranya. Sudah dulu ya, maaf aku sedang sibuk."
Widuri nampak kesal sekali karena Herlin menutup sambungan teleponnya secara sepihak.
"Beraninya dia melakukan ini padaku," gumam Widuri kesal dan lagi ia menatap undangan yang bisa dikatakan mewah itu di genggaman tangannya.
"Apakah keluarga suaminya Dinda itu benar-benar orang kaya?"
bungkam tuh mulut bude Duri /Joyful/