“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketahuan
Pagi hari di kediaman Maverley, sudah ribut dengan tangisan Arasyi yang menggelegar. Bagaimana tidak, dia mencari kentang kecil yang dibelinya tepatnya dibeli oleh Shireen kini sudah berakhir di mangkuk dengan asap yang mengepul.
Bahkan wajahnya sampai memerah karena kentang yang ingin dia rawat kini sudah menjadi santapan abang dan kakaknya.
“Hiks, tega na kalian. Laci taloh di kulkas bial dia cehat malah di jadikan cayulan hiks.. Tegana kalian !!” pekik Arasyi dengan sesenggukan.
Alvara mengusap pangkal hidungnya, dia juga tidak tahu jika kentang-kentang ini milik adiknya, jadilah dia mengatakan kepada bibi pelayan untuk meminta tolong membuatkan sambal kentang menggunakan kentang kecil yang ada di boks penyimpanan sayur.
Wangi yang semerbak membuat perut Arasyi berbunyi keras. Hal itu membuat Arasyi sedikit malu namun dia enggan makan sebelum kentang-kentangnya kembali utuh.
“Loh, Rasyi kenapa menangis ?” tanya Mommy Audrey yang datang dengan suaminya.
Melihat kedatangan mommy dan daddynya, Arasyi segera mengadu membuat seolah dirinya di sakiti oleh kelima kakaknya.
“Mommy, hiks. Kentang na Laci di macak cama meleka dah jadi cayul pedas hiks !”
“Tega na meleka !!” adu Arasyi marah.
Mommy Audrey menghela nafasnya. Putranya masih sangat kecil tapi banyak ketidaktahuannya. Hal itu membuat Mommy Audrey menjelaskan kepada putranya untuk mengerti mengapa kentang-kentang itu dimasak.
“Belalti kalo lama di taloh dalam kulkas bucuk ya mommy ? “ Mommy Audrey mengangguk.
“Telus halus dimacak gitu ? Emang enakna dali mana mommy ? Laci cebenalna mau kentang na jadi kelipik kayak punya kakak cileng, “
“Ha ?! Cireng ?” tanya Avatur kaget mendengar nama Cireng di panggilan adiknya.
“Maksud adikmu, Shireen” sahut Daddy Chandra yang memperbaiki panggilan putra bungsunya.
“Ohhh, Kak Shireen !” seru Alvara paham.
“Sudah, ayo kita sarapan. Nanti kalian telat sekolah dan kerjanya,” ucap Mommy Audrey mengajak keluarga kecilnya untuk sarapan.
“Baik mommy,”
Setelah sarapan pagi, anak-anak yang berangkat ke sekolah diantar oleh supir mereka masing-masing kecuali Arasyi yang akan diantar langsung oleh Daddy Chandra bersama Azalea yang hari ini ingin melihat-lihat kantornya yang sekarang dipegang oleh putri tertuanya.
“Sekolah yang bener, jangan nakal !” nasehat Daddy Chandra.
“ Iya benel kok. Daddy, jajanna Laci ?”
Arasyi menadahkan tangan kanannya untuk menagih jajannya yang belum diberikan oleh sang mommy.
“Apa ?” tanya Daddy Chandra bingung.
“Jajan Laci belom mommy kasihkan, “
“Jajan terus pikiranmu, “ Daddy Chandra meraih dompetnya yang ada di saku celana belakang. Mengambil selembar uang berwarna orange dan memberikannya kepada sang putra.
“Nah,”
“Lima lebu ?”
“Mau atau nggak ? Kalau nggak mau ya, sudah. Ayo, dad kita berangkat !” kata Azalea membuat Arasyi pasrah.
“Cinilah uangna” Arasyi menerimanya dengan wajah cemberut. “ Dalipada lugi, mending ambil cajalah..”
Daddy Chandra tersenyum. Dia mengusap rambut putranya pelan. “ Daddy sama kakak pergi dulu ya, Rasyi ingat jangan nakal.”
Arasyi mengangguk sembari melihat sekelilingnya. “ Bentar lagi Ica datang kok, kamu tunggulah di kursi panjang,”
“Baik daddy,”
*
*
*
*
*
Alana tiba di kantornya di sambut setumpuk kertas di atas meja kerjanya, hal itu membuat Alana kesal dengan asistennya.
“Heee calon kakak ipar ! Bisa tidak kertas ini disulap jadi hilang !”
“Tentu saja, tidak bisa nona !” seru Asisten Jo membuat Alana kesal.
Ketika Alana hendak melepaskan topengnya, tiba-tiba saja pintu diketuk dari luar membuat Alana mengurungkan niatnya.
“Masuk !”
Ceklek !
“Permisi nona, Tuan Araska dan sekretarisnya ingin bertemu anda !” seru sekretaris Alana bernama Jennie.
“Ya, “ sahut Alana.
“Kak Jo, emang kita ada jadwal bertemu mereka ?” tanya Alana pelan.
Asisten Jo menaikkan bahunya,” saya juga tidak tahu nona,”
“Permisi,” salam sekretaris Naomi.
“Ah, iya ! Silahkan duduk, disini tuan Araska dan sekretaris Naomi,” seru Asisten Jo dan langsung mempersilahkan kedua tamu mereka untuk duduk di sofa.
“Maaf mengganggu waktu nona dan asisten Jo, kedatangan kami ingin membahas proyek kemarin,”
“Proyek itu bukannya sudah lama selesai ya, sekretaris Naomi ?” tanya Asisten Jo kepada sekretaris Naomi.
Wanita muda itu mengangguk. “ tapi kenapa dibicarakan lagi, bukannya proyeknya sudah beroperasi setengah tahun yang lalu ?” tanya Asisten Jo sedikit heran sekaligus bingung.
Sekretaris Naomi menoleh ke arah atasannya. Namun, atasannya malah menatap CEO bertopeng dengan intens.
“Tuan,” panggil sekretaris Naomi pelan.
“Kalung itu, bukankah kalung itu yang dipakai Ana kemarin pagi atau hanya kebetulan sama ?” gumam Araska saat melihat kalung yang keluar dari balik blouse Alana.
“Apa dia benar Ana dan apa tujuannya menyembunyikan identitas aslinya ? Tapi kalau bukan Ana, emang siapa salah satu cucu kembar tuan besar Cakro ? ” begitulah pikir Araska.
Merasa ada yang menatapnya, Alana langsung mengangkat pandangannya dari layar ipad. Keningnya mengerut saat Araska menatapnya dengan tatapan intens.
“Apa dia menyadari siapa aku ?”.
“Ah, maaf tuan Araska ada apa ya anda menatap saya seperti itu ?” tanya Alana yang mana membuat Araska tersentak.
“Oh, ti–tidak” elaknya.
Alana mengangguk. Dia kembali membahas kedatangan Araska bersama sekretarisnya untuk mengalihkan perhatian Araska terhadapnya.
“Aneh banget ni duda satu, ngapain coba masih liatin gue. Jangan suka gue, pokoknya. Gue lagi nungguin duda rempeyek gue yang nggak tahu kabar beritanya,” ucap Alana dalam hati. Namun, dia tetap bersikap biasa saja agar tidak mengganggu obrolan dadakan mereka hari ini.
Tak terasa matahari mulai meninggi, Araska dan sekretarisnya pun berpamitan pulang. Alana menghela nafas saat kedua orang itu pergi dengan diantar asisten Jo sampai ke depan ruangan Alana.
“Haaaaa, tiga jam ngobrol bahas proyek yang sudah beroperasi setengah tahun yang lalu. Ini modus apa penipuan waktu, ada-ada saja !” celetuk Alana menyandarkan punggungnya di penyangga sofa.
“Ana, mau makan siang dimana ? “ tanya Asisten Jo yang sudah kembali masuk ke ruangan Alana.
“Di sini aja deh, kak” ucap Alana yang malas harus menggunakan topeng saat makan diluar. Sehingga dia memutuskan untuk makan di dalam ruangannya.
“Baiklah kakak ke kantin untuk ambil makananmu, ya”
Alana mengangguk. Asisten Jo keluar ruangan Alana namun betapa terkejutnya saat dia melihat keberadaan Araska di depan ruangan Alana.
“Dia nggak mungkin nguping pembicaraan aku dan Ana kan ? “ ucapnya dalam hati.
“Ah, maaf tuan Araska ada apa ya ?” tanya Asisten Jo ramah.
“Saya ingin mengobrol sebentar dengan bos anda dan anda mau kemana asisten Jo ?” tanya Araska datar.
Dia meminta sekretarisnya untuk kembali ke kantor menggunakan taksi sementara dirinya berbalik ingin menemui dengan alasan ada yang terlupakan. Sekretaris Naomi menawarkan diri untuk mengambil sesuatu yang terlupakan oleh bosnya, namun Araska menolak dia ingin pergi sendiri.
Hal itu membuat sekretaris Naomi mengangguk pasrah. Hingga taksi yang dipesannya tiba, Sekretaris Naomi pergi dengan hati yang tak tenang.
Ceklek !
“Cepet banget baliknya kak, Ana aja belum selesai tanda tangan berkasnya,” ucap Alana mengira jika yang datang adalah asisten Jo karena setiap asisten Jo masuk, dia tidak pernah mengetuk pintu membuat Alana sudah hafal.
“Jadi benar kamu adalah Ana ?”
Sontak, Alana langsung mengangkat wajahnya dan terkejut melihat siapa yang berdiri di hadapannya.