Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 25 - Tak Tertandingi
Liam membuka bajunya dan Rilly langsung menutup mata. Hatinya seketika mengumpat saat itu juga, Liam sudah seperti orang yang tidak punya malu lagi.
Padahal baju itu bisa saja tidak dibuka sepenuhnya, cukup diangkat naik.
Astaghfirullahaladzim, pria ini. Geram Rilly. Dia begitu malas untuk berdebat, jadi Rilly tidak melayangkan satu pun protes, meski rasanya begitu tidak nyaman.
Rilly hanya bisa mengendalikan dirinya sendiri, menurunkan pandanganya hingga hanya fokus pada luka itu dan bukan pada yang lain.
Tidak dengan hati-hati, Rilly membersihkan semua darrah yang sudah nyaris kering. Pergerakannya begitu kasar hingga yang harusnya Liam tidak merasa kesakitan kini malah jadi meringis.
"Aku tahu kamu sengaja melakukannya," ucap Liam.
Rilly mendengus. Akhirnya meski dengan hati yang terasa mengganjal, Rilly pun dengan perlahan mengobati luka itu.
Mereka berdua sama-sama diam hingga menciptakan sepi.
Tapi percayalah, di dalam benak kedua orang itu berkecamuk banyak pikiran.
Dan diantara keduanya, pikiran Rilly lah yang begitu bercabang. Tentang keluarganya yang paling banyak mendominasi.
"Liam," panggil Rilly dengan suara yang lebih kecil, dia mulai bicara ketika sudah selesai mengobati luka itu, tidak dipasang plester.
Liam diam saja, hanya menunggu apa yang akan diucapkan oleh Rilly selanjutnya.
"Apa keluarga ku mencari ku?" tanya Rilly lirih.
Liam masih diam, tidak langsung menjawab pertanyaan itu.
Dia malah bangkit dan berjalan menuju lemari yang ada disana dan mengambil baju baru. Ternyata di ruangan ini pun ada baju milik pria itu, padahal ini bukanlah kamar Liam.
Rilly masih duduk, namun kini dia memperhatikan semua pergerakan Liam.
Dan setelah memakai bajunya, Liam berdiri di hadapan Rilly.
"Kamu sepertinya lupa 1 hal Rilly. Aku ... tidak peduli apapun tentang hidupmu, apalagi tentang keluarga mu. Mungkin dulu kamu adalah seorang nona muda yang diagungkan oleh keluarga mu. Tapi di sini kamu bukan siapa-siapa, kamu hanyalah tawanan Black Venom." terang Liam.
Sungguh, dia begitu anti menggunakan perasaan.
Meski Rilly telah cukup lama berada di markas ini, meski Rilly telah memberi warna tersendiri untuk Black Venom. Namun Liam tak akan mengenang itu, apa yang jadi tujuannya adalah yang utama.
Yaitu menghancurkan Darkness dan menguasai kota Servo.
Setelah menjelaskan panjang lebar itu, Liam kembali menjauh dan mulai sibuk sendiri. Mengambil laptopnya yang telah hancur di lantai dan membawanya ke meja kerja. Pria itu membenahi dan seolah tak menganggap Rilly ada di sana.
Rilly yang masih tercegang, tak henti-hentinya dia merasa sakit hati atas semua perlakuan Liam. Sampai Rilly kadang lupa bahwa Louis lah yang paling dalam menancappkan luka.
"Frans!" panggil Liam dengan suara cukup tinggi.
Yang dipanggil langsung bergegas masuk ke dalam sana. Frans menatap Rilly dengan tajam, namun gadis yang ditatap hanya menunjukkan tatapan tanpa minat.
"Bawa kesini topeng dan identitas barunya," titah Liam.
"Baik Tuan, aku ambil sebentar," jawab Frans, dia tadi datang dengan tangan kosong. Sementara yang diminta sang Tuan masih ada di dalam kamarnya.
Tak sampai 10 menit, Frans sudah kembali lagi ke dalam ruangan itu dengan sebuah kotak.
Dia duduk di hadapan Rilly dan segera menyerahkannya.
"Selama menjalankan misi, gunakan identitas baru ini Cath," terang Frans, dia belum tau bahwa Rilly telah mengetahui semuanya. Frans belum paham tentang alasan keributan yang terjadi di ruangan ini beberapa saat lalu.
Dan mendengar Frans menyebut nama Cathlen, Liam seketika menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arah Rilly, jelas dia akan melihat kemarahan wanita itu lagi.
"Cathlen Cathlen! dasar Boddoh!!" geram Rilly pada Frans.
"HYA!! Jaga Bicara mu!" bentak Frans pula.
"Kalau begitu berhenti bersikap BODDOH!!" bentak Rilly pula.
"Cathlen! Cathlen! cuih!" kesal Rilly tak tertandingi. Frans bahkan sampai tercengang saat melihat Rilly berdecih.
Frans kemudian melihat ke arah sang Tuan, membuat keduanya sesaat saling pandang. Dalam tatapan itu mereka seperti bisa saling bicara.
Ya, wanita itu sudah tau semuanya.