novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Kebangkitan di Tengah Kekacauan
Pagi menjelang di akademi dengan warna langit yang tak wajar. Matahari berjuang untuk menembus kabut kelabu yang bergantung di atas tanah, seolah alam tahu bahwa kekuatan besar sedang bergulir, siap untuk meledak kapan saja. Aric, Lyria, dan Kael berdiri di halaman, di tengah kerumunan para siswa yang sibuk membicarakan rumor tentang pertempuran baru-baru ini. Namun, ketiganya tetap diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Jadi, apa rencanamu, Aric?" tanya Kael akhirnya, suaranya tenang tapi penuh ketegangan. Setelah pengakuannya semalam, ia tahu bahwa kepercayaannya belum sepenuhnya pulih. Matanya terfokus pada sahabatnya, berharap setidaknya ada sedikit rasa percaya yang bisa dia dapatkan kembali.
Aric menatap Kael, ada kelelahan dalam pandangannya. "Kita perlu tahu lebih banyak tentang pasukan cahaya," katanya perlahan. "Mereka memiliki rencana besar, dan aku tidak yakin kita bisa menghentikan mereka tanpa bantuan." Ia berhenti, mengambil napas dalam-dalam. "Tapi aku juga tahu bahwa kita tidak bisa menunggu. Aku akan menghadapi mereka."
Lyria menggelengkan kepalanya, menatap Aric dengan khawatir. "Aric, kau tidak bisa melakukan ini sendirian. Energi naga di dalam dirimu masih belum stabil. Jika kau terlalu banyak menggunakannya, kau bisa kehilangan kendali." Ia menggenggam tangan Aric, matanya penuh kekhawatiran.
"Aku tahu, Lyria," jawab Aric, mencoba memberikan senyum yang menenangkan. "Tapi aku tidak punya pilihan. Jika mereka terus menyerang, kita semua dalam bahaya. Dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Kael mengepalkan tangannya, perasaan bersalah masih menghantui dirinya. "Kalau begitu, aku akan pergi bersamamu," katanya, suaranya penuh dengan tekad. "Aku harus membuktikan bahwa aku bukan lagi alat mereka. Aku ingin melawan mereka, di sisimu."
Sebelum Aric sempat menjawab, suara gemuruh datang dari arah gerbang utama akademi. Semua orang menoleh, dan di sana, berdiri pasukan cahaya dengan senjata yang berkilauan di bawah sinar pagi. Pemimpin mereka, pria berarmor emas, kembali muncul, matanya bersinar dengan niat jahat.
"Aric, Dewa Naga yang hilang," serunya, suaranya bergema di seluruh halaman. "Kami datang untuk membawamu. Takdir kehancuran menunggumu, dan tidak ada tempat bagimu di antara manusia!"
Para siswa mundur, ketakutan. Beberapa dari mereka menghunus senjata, meskipun jelas bahwa mereka tidak bisa menandingi kekuatan dewa-dewa yang muncul di hadapan mereka. Aric melangkah maju, api biru menyala di tangannya. "Jika kau ingin aku," katanya, "Maka kau harus melewati mereka dulu."
Pria berarmor emas tertawa dingin. "Kau masih mencoba melindungi mereka, padahal kau tahu betul bahwa mereka hanya akan meninggalkanmu suatu saat nanti. Takdir Dewa Naga adalah kehancuran, dan kau tidak bisa melawannya."
Aric merasakan kemarahan membakar di dalam dirinya, tetapi ia mencoba tetap tenang. Ia tahu bahwa amarah hanya akan membuatnya kehilangan kendali, dan ia tidak bisa membiarkan itu terjadi. "Kau salah," jawabnya, nadanya penuh tekad. "Aku akan melawan takdirku. Aku akan melawan kalian."
Lyria melangkah ke sisi Aric, tongkatnya bersinar dengan cahaya lembut. "Kami akan bertarung bersamamu, Aric. Kau tidak sendiri."
Kael bergabung dengan mereka, menghunus pedangnya, meskipun rasa takut di dalam dirinya masih ada. "Kita adalah tim. Dan aku tidak akan mengkhianati kalian lagi."
Pertempuran dimulai dengan ledakan besar. Pasukan cahaya menyerang, melontarkan serangan yang dipenuhi kekuatan ilahi. Aric mengangkat tangannya, memanggil api naga yang biru menyala, menciptakan perisai untuk melindungi dirinya dan sahabat-sahabatnya. Tetapi serangan itu terus datang, semakin kuat dan tak henti-hentinya.
"Aric, hati-hati!" teriak Lyria, melontarkan mantra pelindung untuk memperkuat perisai Aric. Tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk menahan pasukan dewa yang terus mendesak.
Kael menyerang dengan segala kekuatan yang dimilikinya, mengayunkan pedangnya ke arah prajurit cahaya yang mendekat. "Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh mereka!" Serangan Kael penuh semangat, tetapi musuh terlalu kuat dan terorganisir.
Aric tahu bahwa mereka tidak bisa bertahan lama. Ia merasakan energi naga di dalam dirinya semakin sulit dikendalikan, meronta-ronta untuk keluar dan meluapkan kehancuran. "Aku harus melakukan ini," pikirnya, meskipun ada ketakutan bahwa ia akan kehilangan dirinya sepenuhnya.
Tetapi saat itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari kegelapan kabut, sesosok misterius muncul. Tubuhnya diselimuti jubah hitam dengan simbol kuno bersinar di kainnya. Ia mengangkat tangannya, dan angin yang kuat menyapu medan pertempuran, memaksa pasukan cahaya untuk mundur sejenak.
"Hentikan semua ini," suara sosok itu terdengar dalam dan berwibawa. "Pertempuran ini bukan tempatnya. Jika kalian ingin menuntut takdir, lakukanlah di tempat yang seharusnya."
Pasukan cahaya tampak ragu, tapi pria berarmor emas memandang sosok itu dengan rasa jijik. "Siapa kau, berani-beraninya mencampuri urusan para dewa?"
Sosok itu menurunkan tudung jubahnya, memperlihatkan wajah seorang wanita dengan mata berkilauan seperti bintang. "Namaku Nyra," katanya, "Dan aku penjaga keseimbangan dunia ini. Aku tidak akan membiarkan kehancuran merenggut segalanya."
Aric menatap wanita itu dengan rasa penasaran. "Nyra... siapa kau sebenarnya?"
Wanita itu menoleh ke Aric, matanya penuh dengan kebijaksanaan kuno. "Aku tahu siapa dirimu, Aric. Aku tahu tentang kehancuran dan harapan yang ada di dalam hatimu. Dan aku datang untuk membantumu... sebelum semuanya terlambat."
Dengan kehadiran Nyra, harapan kecil mulai muncul di tengah kekacauan. Tapi pertempuran ini baru saja dimulai, dan takdir Aric masih menjadi misteri yang harus dipecahkan.