Pembalasan Danastri

*

*

Tepatnya tahun 2000, dimana krisis telah berlalu dan era reformasi baru saja dimulai, saham di bursa efek belum terlalu banyak. Jadi lebih mudah bagi Danastri dalam berinvestasi. Harga jual saham per lembarnya juga masih pada kisaran harga Rp. 10.000 an.

Beberapa saham perusahaan yang ada pada saat ini adalah SMBC, KBLV, DNET, KPIG, TRIM, MANY, PANS dan beberapa saham lainnya.

Nama tersebut adalah nama kunci di bursa efek yang dibuat perusahaan agar memudahkan. Baik ingatan maupun penyebutan dan pembeliannya.

Pembelian saham di masa ini masih menggunakan papan manual serta kertas untuk bertransaksi. Selain itu, transaksi juga masih dilakukan secara tatap muka di lantai Bursa Efek. Bursa Efek membuat lantai perdagangan secara bertingkat karena ruang untuk menampung aktivitas perdagangan masih sangat terbatas. Nasabah harus menelepon sales/ broker untuk order saham yang diinginkan.

Kebetulan, di kota saat ini Danastri tinggal, ada satu kantor broker yang menyediakan jasa order saham. Mempermudah Danastri membeli saham. Benar, investasi yang dimaksud adalah investasi saham yang bisa dengan cepat menghasilkan. Apalagi, dengan informasi di kehidupan lalu, Danastri sudah memegang nama saham yang harus dibeli dengan semua uangnya saat ini.

Jadi disinilah Danastri berdiri sekarang, di kantor broker untuk order saham yang diinginkannya, yang sudah diincarnya.

"3000 lembar saham SMBC?! Nona, kau yakin menghabiskan uangmu di saham yang satu ini?" Tanya pegawai broker dengan terkejut dan tidak yakin. Jelas ada tatapan merendahkan dimatanya, seolah mengejek Danastri yang tidak tahu apa-apa tentang saham.

Benar, SMBC adalah saham yang ingin dibelinya. Dalam periode ini, SMBC mengalami penurunan selama krisis kemarin. Jadi saham ini jelas tidak diinginkan oleh siapapun, hanya ada beberapa emiten yang bertahan sampai saat ini.

Lalu kenapa Danastri membelinya? Karena dalam seminggu, Saham ini akan naik secara signifikan, bahkan sampai 10 kali lipat. Karena perusahaan asing akan mengakuisisi perusahaan ini, yang membuat nilai perusahaan tersebut ikut naik.

Jadi jelas, jika Danastri menghabiskan uangnya di saham SMBC, maka nilai yang kembali padanya 10 kali lipat. 30 juta nya bisa menjadi 300 juta dalam seminggu saja. Dengan uang ini, Danastri berniat mengakuisisi hotel di bagian barat ibukota yang bangkrut. Tentu saja, nilai hotel ini akan naik juga di masa depan karena akan dibangun pusat perbelanjaan dan taman wisata di sekitarnya tahun depan. Kemudian bangunan-bangunan komersial lainnya juga akan menyusul dibangun.

Jadi selain hotel, Danastri juga berniat membeli tanah kosong tidak jauh dari hotel tersebut. Tentu saja harganya akan murah pada saat ini, dan akan naik ketika berita pembangunan taman wisata dan pusat perbelanjaan di umumkan ke publik.

Dana yang dikeluarkan Danastri untuk tanah tersebut, akan naik berkali-kali lipat tahun depan. Sedangkan hotel, dengan jelas akan beroperasi sebagai tempat singgah para wisatawan dari berbagai kota yang ingin mengunjungi ibukota dan taman wisata tersebut.

"Selesaikan saja transaksinya." Ucap Danastri seraya tersenyum kecil. Tidak tersinggung sama sekali dengan tatapan mengejeknya.

Lantas pegawai tersebut langsung melayani Danastri, mengisi beberapa hal yang ada di formulir sebelum akhirnya selesai dan Danastri memberikan uang cash pada pegawai tersebut.

Setelah transaksi selesai, Danastri kemudian pergi dan membuat janji dengannya dalam seminggu. Yakni hari dimana harga saham SMBC sedang naik-naiknya. Dan Danastri akan langsung menjual semuanya saat itu juga. Menyisakan sekitar 100 juta untuk kemudian membeli saham lain yang akan naik dengan kemungkinan laba 5 kali lipat. Memang tidak lebih besar dari sebelumnya, tapi cukup untuk Danastri.

Jadi dalam kurun waktu satu bulan kurang, ia sudah bisa menghasilkan sekitar 800 juta dengan modal 30 juta.

Kenapa tidak semua di investasikan? Karena hotel yang bangkrut tidak bisa menunggu lagi. Dalam 10 hari akan ada orang yang membelinya. Jadi, Danastri harus lebih cepat dari orang ini.

Lebih baik melepaskan keuntungan sesaat, daripada keuntungan jangka panjang. Karena hotel akan beroperasi bertahun-tahun ke depan nantinya dan akan memberikan laba tetap per bulannya.

Dengan ini, Danastri pun kembali ke rumah untuk membantu sang ibu menjual Dimsum. Sebelum ke rumah, ia juga sekalian membeli meja kecil untuk berjualan.

Yah, seraya menunggu dalam waktu semingguan, ia punya rencana dengan berjualan di sekitar pabrik atau tidak sekolah di daerah dekat kantor catatan sipil. Lumayan sebagai tambah-tambah uang bulanan rumah keluarganya.

Selain itu, Danastri juga membuat banner yang diminta buatkan secara manual kepada penjahit sesuai dengan permintaannya. Jadi ketika waktunya ia berjualan, sudah ada trade mark dari dimsum yang dijualnya.

Dengan nama Factory's Dimsum. Yang ke depannya, mungkin bisa membuahkan uang lagi dengan dirinya yang pertama kali membuka sistem bisnis Franchise.

Secara umum dan mendetail, bisnis franchise adalah bentuk kerja sama usaha antara pemilik merk dagang, produksi, atau sistem operasional. Jadi, Kerja sama ini nantinya akan didelegasikan kepada pihak kedua yang berhak mendapatkan izin untuk pemakaian merk, produk, serta sistem operasional tersebut dalam menjalankan sebuah usaha.

Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku, selain itu orang yang mau bekerja sama juga harus membayar royalty atas izin usahanya. Karena bagaimanapun merk dagang ini milik Danastri dan keluarganya. Dengan begini, kalau benar-benar bisa di franchise, maka keluarganya akan mendapat aliran uang setiap bulannya.

Tapi, masih jauh, karena Danastri juga harus mengurus lisensi bisnis tersebut, dengan kata lain mendirikan perusahaannya sendiri.

"Nduk, kok beli meja lagi?" Tanya Ibunya ketika Danastri pulang dengan meja yang sudah diturunkan di depan rumah.

Danastri tersenyum, "Bantu Tri angkat mejanya dulu ke rumah ya bu." Ucapnya dengan lembut.

Barulah ketika meja sudah dimasukkan, Danastri duduk dan menjelaskan niatnya.

"Tapi, nduk, warung kita saja belum buka. Masa sudah mau jualan di luar? Kalau tidak laku bagaimana?" Tanya Ibunya khawatir.

"Tenang saja, bu, Tri punya caranya sendiri." Balas Danastri seraya tersenyum. "Sudah ah, sekarang ayo buka warungnya dulu. Tri juga sudah membeli banner kain di jalan tadi. Sudah hampir jam makan siang, bukankah di jam-jam ini sering banyak tetangga yang pulang untuk sekedar makan siang di rumah?" Ucap Danastri bersemangat.

Lantas keduanya bergegas, dibantu sang Ayah yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mengangkat meja, dan kompor ke depan, bersama dimsum yang sudah di kukus beberapa di dalam kukusan yang masih panas. Tak lupa blender dan berbagai jenis buah yang sudah dipotong-potong juga dibawa ke depan. Air es, serta es nya, gula, dan susu. Semuanya lengkap di bawa ke depan.

Terakhir, banner kain yang dibawa Danastri dipasang di atas pagar dengan tali, jadi terlihat terbang di atasnya.

Keriuhan tersebut sebetulnya menarik perhatian tetangga yang dekat dengan rumahnya. Jadi ketika semuanya selesai di tata, ada dua tetangga yang berani menghampiri dan bertanya. Salah satu dari mereka bahkan membaca daftar menu di meja, yang hanya ada dua saja. Dimsum dan Jus buah (Banyak Varian)

*

*