WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Rosalie
Ana dan Ben menikmati momen mereka bersama saat tidak ada satupun orang tahu. Ben bisa membicarakan banyak hal tanpa khawatir Rosalie mengetahuinya, Ben juga bisa dengan santai memeluk, mencium atau menggoda Ana tanpa khawatir Rosalie memantaunya.
"Aku lapar," keluh Ben.
"Lapar?" Ana bertanya memastikan. Gadis itu bahkan lupa jika ia tidak memiliki apapun untuk di masak di rumah ini.
"Kau tidak punya apapun, lalu bagaimana kau bisa tinggal di sini sampai besok?"
"Ada rumah makan dekat dari sini, aku bisa pergi membelinya. Jika kau lapar, aku akan pergi membeli makanan sekarang," jawab Ana.
"Tidak, mendadak aku sudah tidak lapar," ujar Ben. Ia melirik Ana, gadis itu menjadi salah tingkah.
"Jangan menatapku seperti itu," gumam Ana dengan lirih.
"Kenapa?"
"Tidak, aku hanya merasa tidak nyaman setiap kali kau menatapku seperti itu," jawab Ana.
Berdua bersama Ben tanpa sepengetahuan Rosalie membuat gadis itu gelisah. Ia tidak mau disebut pembohong, penghianat, atau bahkan perebut suami orang. Namun sepertinya Ben tidak memahami semua ini, laki-laki itu bersikap seolah semua akan baik-baik saja sesuai rencana mereka.
Saat melihat ponsel Ana tergeletak di meja, Ben dengan sigap mengambilnya. Laki-laki itu menelepon nomornya sendiri dengan ponsel milik Ana.
"Kau tidak pernah menelepon atau mengirim pesan padaku. Aku bahkan tidak tahu nomormu," keluhnya.
"Maaf." Gumam Ana pelan.
Selang sepuluh menit, terdengar suara mobil terparkir di pinggir jalan dekat rumah Ana. Gadis itu terkejut sekaligus takut, apakah Rosalie akan memergoki mereka?
"Siapa yang datang? Siapa? Cepat sembunyi!" seru Ana sambil mendorong tubuh Ben menjauhi pintu.
"Memangnya kenapa?" tanya Ben.
"Itu pasti orang suruhan Kak Rose, dia pasti meminta seseorang datang."
Ben tersenyum samar sambil menggelengkan kepalanya. Ana benar-benar terlihat takut dan khawatir jika mendapatkan masalah karena pertemuan mereka ini.
"Berhentilah mengkhawatirkan orang lain. Hal pertama yang harus kau lakukan adalah mengkhawatirkan dirimu sendiri!" seru Ben. "Dia orang suruhanku," lanjutnya. Ana mendongak dengan kedua mata berkedip cepat.
"Duduk dan diam saja di sini," pinta Ben sambil menunjuk kursi.
Tidak disangka, seseorang masuk dan membawa televisi , kulkas mini, hingga kipas angin. Selain itu, orang tersebut juga membawa kantong belanjaan berisi berbagai macam makanan ringan, hingga nasi dan lauk pauk yang dibeli dari sebuah restoran.
Ana hanya bisa diam dengan mata molotot lebar, menyaksikan Ben menata semuanya dengan rapi.
"Kau membeli semuanya?" tanya Ana setelah pengantar barang-barang itu pergi.
"Hmm, tentu. Aku akan memastikan kau bisa pulang ke sini setiap bulan. Jadi, rumah ini juga harus punya televisi, kulkas dan kipas angin agar kau tetap merasa nyaman," jelas Ben.
"Apakah ini tidak apa-apa?"
"Kau istriku, Anastasia. Kau berhak mendapatkan apapun yang kau inginkan dariku!" seru Ben menegaskan.
"Bagaimana caraku berterima kasih?" gumam Ana lirih. Ia tidak tahu harus bagaimana, karena Ben sudah terlalu baik padanya.
"Berterima kasihlah dengan cara ini," ucap Ben sambil mengangkat tubuh Ana. Laki-laki itu menggendong Ana hingga posisi mereka sejajar. Ben mencium bibir Ana dengan lembut, merengkuh tubuh wanita itu dengan penuh gairah.
Sebagai seorang wanita normal, Ana tentu kesulitan untuk menolak semua sikap manis Ben padanya. Laki-laki itu memberikan begitu banyak perhatian dan kebaikan hingga Ana kesulitan mencari celah untuk menghindar.
Mereka menikmati waktu bersama hingga malam. Mereka melakukan banyak hal bersama sambil menghabiskan seluruh camilan yang ada. Ben tidak keberatan meninggalkan semua pekerjaannya hari ini demi bisa bersama Ana tanpa dipantau oleh siapapun.
"Apa yang akan terjadi jika Kak Rose tahu?" tanya Ana.
"Tidak akan terjadi apapun. Jangan khawatir," jawab Ben. Laki-laki itu memberi Ana sebuah kartu ATM dan kartu kredit baru sebelum pergi.
"Untuk apa ini? Aku tidak membutuhkannya," tolak Ana. Segala fasilitas dan biaya pengobatan dari Rosalie sudah cukup bagi Ana, ia tidak butuh apapun lagi.
"Ini ATM milikmu, aku akan memberikan uang bulanan untukmu. Jumlahnya sama dengan uang yang aku berikan pada Rosalie setiap bulan. Dan kartu kredit ini, kau bisa memakainya untuk membeli apapun yang kau inginkan," jelas Ben.
"Seharusnya ini tidak perlu."
"Jangan menolak apapun pemberianku, Anastasia. Pastikan kau makan enak dan tidur nyenyak di rumah ini, kau harus kembali pulang besok!"
"Hmm, baik."
Ana mengantar kepergian Ben hingga ke pinggir jalan. Gadis itu tidak menyangka, jika Ben akan berbuat sejauh ini untuk membuktikan perkataannya bahwa ia ingin bersikap adil pada Ana dan Rosalie. Meski sulit dipercaya, namun inilah kenyataannya.
Ana masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah, ia benar-benar mengkhawatirkan hubungan ini.
"Apakah aku seorang perebut suami orang?" batin Ana bertanya. Ia tidak tahu, mengapa dirinya harus ditempatkan pada situasi sesulit ini.
Di rumah ini, Ana bisa melakukan apapun yang ia sukai. Meski hanya sebuah tempat sederhana, Ana mendapatkan ketenangan dan kenyamanan yang jauh lebih baik daripada di rumah besar Rosalie.
Hari semakin larut, Ana memutuskan untuk tidur di ruang tamu sambil menonton televisi barunya. Gadis itu merasa tenang dan nyaman, ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa beban pikiran dan tekanan.
🖤🖤🖤
Keesokan harinya, Ana kembali membereskan rumah dan bersiap pergi. Kini, ia harus kembali ke rumah besar itu, rumah dimana ia menggadaikan harga diri dan tubuhnya.
Pukul delapan pagi, Ana sudah tiba. Ia terkejut mendapati Rosalie sedang menunggunya.
"Kau sudah kembali?" tanya Rosalie. Wanita itu duduk sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Ya, Kak. Apa kau menungguku?"
"Kita harus ke dokter, sekarang!" seru Rosalie sambil beranjak bangkit. Ia berjalan mendekati Ana dan menyeret kasar lengan gadis itu.
"Ke dokter?" tanya Ana. Ia bahkan baru selesai haid hari ini, dan seharusnya jadwal ke dokter baru beberapa hari lagi.
Rosalie tidak memberi jawaban, wanita itu membawa Ana masuk ke dalam mobil, sementara sopir mengantar mereka menuju sebuah rumah sakit besar di tengah kota.
Ana menjalani banyak pemeriksaan oleh dokter. Gadis itu menuruti apapun yang dokter lakukan untuk melihat kondisi tubuhnya. Ini adalah dokter berbeda dari yang pertama pernah mereka kunjungi, Ana tidak paham mengapa ia harus mengulangi semua pemeriksaan ini lagi.
"Aku akan membayar berapapun untuk semua vitamin dan segala jenis obat yang bisa mempercepat kehamilannya, Dok. Pastikan adikku bisa hamil bulan depan," ucap Rosalie pada dokter.
Namun seperti sebelumnya, dokter tidak bisa menjanjikan apapun. Dokter hanya bertugas sebagai perantara, sementara keputusan mutlak menjadi urusan Tuhan.
Ana merasa merinding, obsesi Rosalie benar-benar sudah diluar kendali. Wanita itu seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.
Dari dokter, Ana mendapatkan banyak vitamin dan obat penyubur kandungan. Ana tidak yakin ia membutuhkan semua ini, namun demi menyenangkan hati Rosalie, gadis itu menerima semuanya tanpa protes.
"Ana, apa kau paham bagaimana perasaanku setiap kali Ben menatapmu? Sepertinya kalian mengalami malam pertama yang indah hingga Ben kesulitan melupakanmu."
"Aku tidak mau tahu, ini adalah kesempatan terakhirmu. Jika bulan depan kau tidak kunjung hamil, aku akan memulangkan ayahmu dan menghentikan proses pengobatannya!"
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩