Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. LD 9.
"Dia siapa?" tanya Leora.
"Erebus," sela Xavier.
"Dia mengejar kita, karena dia ingin menangkapnya." jelas Xavier sembari menunjuk gadis kecil di samping Leora.
"Mengapa?" tanya Leora tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Karena dia adalah salah satu yang akan di korbankan," ungkap Xavier.
"APA,,,?!?" pekik Leora.
"Anda harus bersembunyi untuk saat ini. Tidak aman bagi Anda jika dia melihat Anda," saran Xavier.
"Fergus, bawa mereka berdua ke dalam!" perintah Zohar
"Baik," jawab Fergus.
Fergus segera menuntun Leora berserta gadis kecil itu agar masuk ke dalam rumah Zohar. Ia menggerakkan satu tangannya dengan gerakan melingkar di depan pintu masuk, memunculkan cahaya redup dari telapak tangannya hingga sebuah pelindung terbentuk melindungi mereka.
Leora tidak melepaskan pandangannya dari Xavier yang berdiri menengadah dengan sorot waspada, mengamati pergerakan kepulan asap hitam yang menukik ke bawah dan mendarat tepat di depan Xavier. Celah pada pintu membuat wanita itu bisa melihat kepulan asap membentuk sosok makhluk tinggi dan besar dengan kedua mata menyala merah.
'Itu,,,, makhluk yang selalu mengejarku.' batin Leora seraya menelan salivanya.
Fergus berdiri tepat di depan Leora untuk menutupi tubuh wanita itu.
"Apakah Xavier akan baik-baik saja?" tanya Leora.
"Saya takut, dia tidak akan baik-baik saja jika melawan Erebus. Terutama setelah dia terkurung dalam waktu lama dan baru saja terbebas," jawab Fergus pelan.
"Kalau begitu, bantu dia!" pinta Leora.
"Saya harus melindungi Anda, Nona," sambut Fergus.
"Bukankah sekarang aku aman?" tukas Leora.
"Tapi_,,,"
" Apakah kau bisa menghadapinya?" potong Leora.
"Tidak," jawab Fergus.
"Jadi, apa yang membuatnya berbeda jika kamu di sini atau tidak? Aku hanya perlu bersembunyi saja bukan?" sergah Leora tak sabar.
"Saya menyamarkan aroma Anda menggunakan energi saya, Nona. Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk membuat Erebus tidak menyadari keberadaan Anda," terang Fergus.
Tanpa di duga, sosok hitam itu melemparkan tombak hitam dari tangannya ke arah di mana Leora dan Fergus bersembunyi, seolah bisa melihat keberadaan mereka hingga membuat perisai pelindung yang di buat Fergus bergetar hebat.
'Blzz,,,!'
Sekali lagi, tombak hitam mengenai perisai di depan Fergus. Satu waktu sosok hitam itu melemparkan tombak hitamnya, di saat yang sama dia menyerang Xavier dan Zohar yang berada di jarak beberapa meter dari Leora.
Setelah beberapa lemparan tombak hitam itu menghantam perisai Fergus, entah lemparan yang ke berapa, perisai Fergus hancur di sertai sebuah ledakan cahaya yang membuat rumah yang sebelumnya berdiri kokoh hancur seketika.
Fergus terdorong mundur beberapa langkah sembari memegangi dadanya sendiri, namun tetap berusaha memperkuat pijakan kakinya untuk melindungi wanita yang masih berada di belakangnya. Detik berikutnya, darah segar keluar dari hidung pria itu, membuat pria itu jatuh berlutut dengan wajah meringis.
Seolah tidak membiarkan kesempatan yang di dapatkan pergi begitu saja, Erebus kembali melemparkan tombak hitamnya ke arah Fergus sembari bekata,
"Matilah,"
Tombak hitam itu melesat cepat, siap untuk menembus serta menghancurkan apa saja yang berada di depannya. Namun, ketika tombak hitam itu hanya berjarak beberapa senti saja dari Fergus dan Leora, pergerakannya terhenti, seolah ada sesuatu yang menahan tombak itu.
Cahaya ungu berpendar redup menyelimuti tombak hitam yang akan menyerang Fergus beserta Leora diikuti dengan kemunculan sosok pria yang tiba-tiba berdiri di depan mereka.
Pria itu melemparkan tombak hitam yang berhasil dia tangkap tanpa menyentuh kembali ke pemiliknya yang mengakibatkan ledakan cahaya kembali terjadi.
'JLAARRR,,,,,!'
"Keluarlah,,,, Agasthya,,,,!"
Pria itu berkata dengan nada perintah, detik berikutnya pusaran cahaya ungu berpendar dari telapak tangannya, melesat cepat ke atas seolah menembus langit.
'JLEGARRR,,,,!'
Langit yang sebelumnya di selimuti oleh awan hitam pekat perlahan di telan oleh cahaya ungu dari pria itu, cahaya ungu terus berputar disertai suara gemuruh dengan hembusan angin kuat, menciptakan tekanan udara yang berbeda dan cukup untuk membuat Erebus menggeram sembari mengibaskan sabit di tangannya.
"Akhirnya kau keluar dari tempat persembunyianmu, Raegan," ujar Erebus.
Tepat setelah Erebus menyelesaikan kalimatnya, seekor naga hitam keluar dari pusaran cahaya ungu di langit, menciptakan kilatan petir dengan warna serupa sekaligus menghilangkan seluruh kegelapan yang berada di sekitarnya.
"A-A-Apa itu?" Leora terbata.
Leora melangkah mundur dengan tubuh gemetar, kepalanya tengadah, menatap naga hitam itu dengan tatapan ngeri, namun merasa janggal saat melihat naga itu justru tidak bisa menyerang Erebus selain hanya menghisap seluruh kegelapan yang di sebarkan Erebus.
Serangan beruntun justru datang dari Xavier dan Zohar yang menembakkan bola cahaya mereka pada Erebus, membuat sosok hitam itu tersudut dan di akhiri dengan pria itu menembakkan cahaya ungu miliknya yang membuat ledakan cahaya kembali terjadi.
'GRAAAAA,,,,,,!!!!'
Suara geraman Erebus menggema di udara, di waktu yang sama, pusaran asap hitam mulai menyelimuti Erebus seolah tengah menghisap tengkorak hitam itu ke dalam kegelapan. Akan tetapi, seringai mengerikan justru terlihat di wajahnya sebagai penegasan bahwa asap hitam itu datang untuk menolong dirinya.
"Tangkap dia, Agasthya!"
Pria itu kembali memberi perintah pada naga miliknya, menembakkan cahaya ungu melalui telapak tangannya, dengan harapan bisa menghentikan pergerakan tengkorak hitam itu. Akan tetapi, sosok Erebus lenyap lebih cepat sebelum naga itu berhasil menghilangkan seluruh kegelapan yang ada.
Pandangan Leora beralih pada pria yang berdiri membelakangi dirinya. Rambut abu panjang terikat serta punggung tegap yang di miliki pria itu membuat Leora merasa familiar ketika melihat sosoknya dari belakang. Mengingat satu nama yang sangat ia kenali.
Akan tetapi, sebelum ia memiliki kesempatan untuk melihat lebih jelas wajah pria yang tiba-tiba muncul di depannya dan memastikan pemikiran yang tengah ia pikirkan, ia merasakan hawa dingin datang dari balik punggungnya yang membuat wanita itu berbalik.
'JLEBBB,,,,!'
...##########...
## Beberapa waktu sebelumnya....
Aron menangkap cepat tubuh Leora ketika wanita itu tiba-tiba terkulai tak sadarkan diri.
"Lea,,,"
"Nona,,,!"
Kedua orang itu serentak berseru dengan kepanikan di wajah keduanya, melihat wajah pucat Leora yang terjadi secara mendadak.
"Ambilkan aku kunci mobilnya, aku akan membawanya ke Rumah sakit." ujar Aron seraya mengangkat tubuh Leora.
"Baik," sahut Monic.
Monic berbalik menuju ruangan pribadi atasannya, sedangkan Aron melangkah keluar dengan Leora berada dalam gendongannya menuju tempat di mana mobil Leora terparkir.
Tak lama kemudian, Monic muncul dengan langkah terburu-buru, membukakan pintu mobil untuk memudahkan Aron membaringkan Leora di jok belakang.
"Urus lah toko untuk sementara, aku yang akan mengurusnya," ujar Aron setelah berada di belakang kemudi.
"Tapi, Tuan_,,,"
"Aku akan menghubungimu nanti," potong Aron cepat.
Monic terdiam sejenak, melirik ke arah di mana atasannya terbaring dengan wajah kian memucat.
"Baiklah, tolong hubungi saya secepatnya," harap Monic.
"Pasti!" jawab Aron.
Mobil yang di kemudikan Aron seketika melesat cepat meninggalkan area pertokoan di mana toko milik Leora serta cafe miliknya berada, membelah keramaian kota dengan kecepatan tinggi sembari menggumamkan sesuatu,
"τηλεμεταφοράς, (tilemetaforás)"
. . . .
. . . . .
To be continued...
tanya leora ini 🧐
🤣🤭