Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya ! tempat berlindung
Darius, Lara, Samuel, dan Scrappy melanjutkan perjalanan mereka dengan hati-hati, menembus jalanan kota yang semakin sunyi namun tetap terasa mencekam. Udara terasa dingin dan lembap, bercampur aroma bangkai dan sisa-sisa kerusuhan yang pernah terjadi. Meski tubuhnya masih lemah dan nyaris tak bertenaga, Samuel tetap bersikeras untuk ikut berjalan bersama, tidak ingin menjadi beban bagi yang lain. Lara berada di sisinya, siap menopang jika ia mulai terhuyung, sementara Darius berjalan beberapa langkah di depan, memperhatikan setiap sudut dan bayangan di sekeliling mereka.
Bangunan-bangunan yang hancur dan tertutup debu menyelimuti pandangan mereka, mempertebal atmosfer suram yang melingkupi perjalanan ini. Setiap langkah mereka membawa suara pelan di jalanan yang retak, bergema di antara gedung-gedung yang ditinggalkan. Scrappy sesekali mengeluarkan suara rendah, seperti merasakan ada bahaya di dekat mereka, dan hal itu membuat ketiganya semakin waspada.
Setelah beberapa blok yang terasa tak berujung, mereka akhirnya sampai di jalan besar yang terbuka lebar. Di kejauhan, berdiri tembok besar pos perlindungan, megah dan menjulang tinggi di antara reruntuhan kota. Tembok itu tampak kuat, kokoh, dan seolah menjadi satu-satunya penghalang yang memisahkan mereka dari kehancuran di luar. Di balik tembok itu, mereka tahu ada harapan—tempat yang mungkin aman, jauh dari ancaman zombie.
Namun, saat mereka mulai melangkah mendekati tembok itu, suara geraman terdengar dari berbagai arah, disusul suara langkah kaki yang menyeret. Darius segera mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka berhenti. Ia menatap sekeliling, mencari sumber suara yang mendekat, dan dari balik bayangan gedung, zombie-zombie mulai bermunculan satu per satu.
“Kita harus cepat!” bisik Darius, suaranya penuh ketegangan. "Jika mereka mengurung kita di sini, kita tidak punya jalan keluar."
Samuel menggertakkan giginya, tubuhnya gemetar karena nyeri yang terus menghantui, tapi ia menatap ke arah pos perlindungan dengan tekad yang kuat. “Kita… harus mencapai sana. Aku bisa melakukannya,” katanya lemah, namun penuh keyakinan.
Lara mengangguk tegas, lalu mulai mengapit lengan Samuel, memapahnya agar bisa berjalan lebih cepat. Darius, dengan wajah tegang, segera menarik senjata darurat yang telah ia buat sebelumnya, bersiap untuk melindungi mereka.
Mereka bergerak dengan cepat, namun zombie-zombie itu semakin mendekat, jumlahnya terus bertambah seolah dipanggil oleh sesuatu. Langkah mereka semakin cepat, namun jarak antara mereka dan zombie-zombie itu makin dekat, membuat napas mereka tertahan dan jantung berdegup keras. Setiap langkah terasa seperti berlari di tengah lubang yang dalam, semakin terjebak dalam ketegangan yang tak terelakkan.
Saat jarak antara mereka dan pos perlindungan tinggal beberapa meter lagi, tiba-tiba sebuah zombie besar dengan tubuh yang terdistorsi muncul dari arah kanan, menghalangi jalan mereka. Zombie itu tampak lebih besar dari yang lain, dengan kulit yang mengelupas dan tubuh yang mengeluarkan aroma busuk yang lebih menyengat. Matanya merah menyala, dan suara geramannya terdengar mengerikan, seolah ingin mengoyak mereka.
Darius menggeram, menyadari bahwa mereka harus melewati rintangan ini jika ingin mencapai tembok perlindungan. Ia menoleh ke arah Lara yang terlihat ketakutan, namun berusaha menenangkan dirinya. "Kalian terus maju. Aku akan mengalihkan perhatiannya,” katanya tegas.
Samuel menatap Darius dengan tatapan yang khawatir. "Jangan gegabah... kau sendiri yang mengajarkan itu," ujarnya, meskipun tubuhnya lemah, masih menunjukkan kepedulian yang dalam.
Darius menepuk bahu Samuel pelan, seolah meyakinkannya bahwa ia tahu apa yang harus dilakukan. “Kita semua sampai sejauh ini bersama-sama. Jangan khawatir. Aku akan segera menyusul kalian.”
Lara membantu Samuel melangkah maju, sementara Darius berbalik menghadapi zombie besar yang menghalangi jalan mereka. Dengan tekad bulat, Darius mulai memancing perhatian makhluk itu, mengayunkan senjatanya untuk menarik perhatiannya agar menjauh dari yang lain. Zombie itu menggeram dan mulai mengejar Darius, sementara Lara dan Samuel melanjutkan perjalanan mereka.
Dari kejauhan, Darius bisa melihat Lara dan Samuel yang semakin mendekati tembok perlindungan. Namun, usahanya untuk mengalihkan perhatian zombie besar itu tak berjalan mudah; gerakan zombie itu lebih cepat dan bertenaga, menyeret dirinya dengan gerakan yang hampir tak terduga. Darius nyaris tersandung saat berusaha menjauh, tapi tekadnya tetap kuat, tidak ingin mundur sebelum memastikan Samuel dan Lara sampai dengan selamat.
Sementara itu, Lara dan Samuel akhirnya mencapai tembok pos perlindungan. Di atas tembok, terlihat beberapa penjaga bersenjata yang tengah memperhatikan keadaan. Salah satu dari mereka melihat ke arah Lara dan Samuel yang berada di bawah, dan ia segera berteriak pada rekan-rekannya untuk bersiap membuka pintu.
“Cepat! Tolong kami! Kami butuh pertolongan!” Lara berteriak dengan sisa tenaganya, berharap para penjaga akan membuka pintu lebih cepat.
Pintu besar di tembok itu mulai terbuka perlahan, memperlihatkan celah yang cukup bagi mereka untuk masuk. Lara dan Samuel saling memandang, kelelahan tapi penuh harapan. Scrappy berlari lebih dulu, melompat masuk ke dalam, diikuti oleh Lara yang menyeret tubuh Samuel ke dalam dengan sisa tenaga yang ia miliki.
Saat mereka akhirnya berhasil masuk ke dalam pos perlindungan, beberapa penjaga segera membantu menutup pintu kembali, mengunci dan menghalangi gerombolan zombie yang masih berusaha mendekat. Suara ketukan dan geraman di balik pintu terdengar semakin keras, namun akhirnya mereka tahu bahwa mereka berada di tempat yang aman, setidaknya untuk sekarang.
Di dalam pos perlindungan, Lara dan Samuel dibaringkan di atas alas sederhana. Para penjaga memberikan air dan sedikit makanan pada mereka, membantu mereka untuk memulihkan diri setelah perjalanan panjang yang penuh bahaya itu. Samuel, meskipun masih lemah, tersenyum samar pada Lara dan Scrappy yang setia duduk di sisinya.
Tak lama, Darius yang berhasil lolos dari zombie besar itu tiba di pintu pos perlindungan dan diizinkan masuk oleh penjaga. Wajahnya tampak kelelahan namun penuh kepuasan saat melihat Lara dan Samuel yang sudah berada di dalam dengan selamat. Tanpa berkata apa-apa, ia menghampiri mereka, menatap Samuel yang kini tersenyum lemah namun penuh syukur.
Akhirnya, mereka berada di tempat yang aman, terlindung dari bahaya yang mengancam di luar. Meskipun perjalanan mereka belum berakhir, malam ini mereka bisa beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk menghadapi hari esok yang lebih baik di tempat perlindungan yang saat ini jadi harapan baru untuk mereka.
Di sana Samuel , lara , Darius dan anjing Samuel scrappy berencana untuk berkeliling untuk mencari tempat peristirahatan.
Namun sebelum itu mereka di hampiri oleh seorang penjaga gerbang pos perlindungan dan di tanyain terlebih dahulu soal kondisi mereka saat di luar tempat aman itu, penjaga gerbang itu pun bertanya tentang apakah masih ada orang yang selamat di luaran sana
Pertanyaan demi pertanyaan pun di jawab oleh lara tanpa ada yang terlewatkan . Lalu penjaga gerbang itu pun memberikan izin mereka untuk mencari tempat peristirahatan yang lebih nyaman di dalam tempat perlindungan itu.