Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Suatu pagi alistair duduk bersama elara di ruang tamu menghirup secangkir teh hangat sambil memandang ke arah jendela tiba-tiba alistair menoleh dan bertanya "apa kau suka tempat sunyi dan dingin seperti pegunungan atau kebun teh?".
Elara menatapnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu "tentu saja aku suka tapi kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" jawabnya sambil tersenyum.
Alistair mengangguk tampak puas dengan jawaban elara "ayo ...kita pergi ke puncak Kebetulan di kota B ada pegunungan dan kebun teh yang luas aku memiliki beberapa pekerjaan di sana kau bisa bermain dan menenangkan diri di kebun teh sambil menungguku bekerja" ujar alistair dengan nada yang sengaja dibuat ringan.
Rencananya sederhana dia ingin membawa elara jauh dari keramaian agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama di tempat yang damai dalam benaknya alistair ingin membuat elara betah bersamanya agar tak ada ruang lagi untuk adrian atau siapa pun yang ingin mendekatinya meskipun Alistair tahu Elara bukan tipe yang mudah jatuh cinta dia tetap merasa perlu mengawasi setiap saingannya terutama adrian.
Elara mengangguk, tampak senang "oke...kapan kita berangkat?" tanyanya tanpa keraguan.
"Kalau kau siap, kita bisa berangkat hari ini dan kembali besok" jawab alistair sambil tersenyum melihat respons positif dari elara hatinya terasa lebih ringan dia yakin perjalanan ini akan mempererat hubungan mereka.
"Aku harus menyiapkan pakaian dulu.." jawab Elara sambil bangkit dan berjalan menuju kamar untuk mengemas barang-barangnya.
Alistair mengangguk, meski pikirannya sudah memikirkan hal lain dia tau elara masih memiliki rahasia dia belum jujur sepenuhnya tentang identitasnya alistair tidak ingin memaksanya namun keingintahuannya terus menghantuinya sambil menunggu elara bersiap alistair mendekati Marcus yang berdiri tak jauh darinya.
"Marcus siapkan pengawal untuk perjalanan kami dan juga pastikan klinik elara memiliki cukup dokter pengganti aku ingin semuanya berjalan lancar tanpa masalah" perintah alistair tegas.
"Baik...tuan saya akan mengurusnya" jawab marcus sambil tersenyum penuh pengertian baginya sangat jelas bahwa alistair ingin melindungi elara dan menjaga apa yang sudah menjadi bagian dari hidup istrinya.
Alistair mengangguk puas dan tak lama kemudian Elara muncul dengan koper kecil di tangannya siap untuk perjalanan "sudah siap?" tanya alistair dengan senyum lebar.
Elara mengangguk sambil mengulas senyum "ya...mari kita pergi!".
*
*
*
Di kebun teh tampak begitu damai, dan Elara sedang tenggelam dalam dunia novel yang dibacanya tak jauh darinya pengawal alistair berjaga dengan cermat memastikan tidak ada gangguan yang datang menghampiri sang nyonya pengawal nomor satu melaporkan melalui earpiece bahwa elara sedang membaca novel dengan serius beberapa menit kemudian pengawal nomor dua menambahkan bahwa area di sekitar elara sudah dibersihkan dari gangguan memastikan kenyamanannya pengawal ketiga melaporkan kalau Elara kini duduk di dekat danau sambil memotret pemandangan indah di sekelilingnya.
Alistair yang berada di vila menerima laporan itu dengan senyum tipis diaa lalu bertanya kepada Marcus "pa ada pria yang berani melihat ke arah istriku?"
Marcus, yang sudah terbiasa dengan sikap protektif tuannya menjawab sambil menahan tawa "tentu saja tidak tuan area itu cukup terpencil hanya ada burung dan suara alam yang menemani nyonya elara".
Alistair yang puas dengan laporan itu kemudian berkata "baiklah minta staff villa untuk menyiapkan makan malam di balkon nanti" setelah semua pengawal pergi alistair berbalik pada marcus "antar aku ke danau aku ingin menjemput elara".
Marcus mengangguk "baik.. tuan" jawabnya mereka pun segera berangkat ke tepi danau.
Saat mendekati danau Alistair menekan tombol khusus pada kursi rodanya dan seketika kursi roda itu berubah menjadi robot canggih yang mampu bergerak di medan sulit seperti tanah becek. Dengan desain futuristik robot itu tampak seperti sesuatu yang keluar dari film scifi.
Di tepi danau elara yang tengah asyik menikmati pemandangan alam tiba-tiba dikejutkan oleh suara langkah berat saat menoleh dia melihat suaminya sedang mendekat dengan robot canggih yang tampak gagah membuat mata elara berbinar karena kekaguman.
"Kau sudah selesai?" tanya alistair tersenyum melihat ekspresi terpesona istrinya.
"Iya... tapi... apa ini? Apakah robot ini buatanmu?" Elara menatap robot itu dengan mata berbinar kagum dengan teknologi yang ada di depannya.
Alistair tersenyum tipis, merasa bangga sekaligus puas melihat kekaguman elara "ya ini hanya satu-satunya di dunia" ujarnya sambil berdehem.
"Kau sangat hebat alistair aku benar-benar kagum padamu" puji elara dengan tulus membuat alistair sedikit tersipu.
"Ini semua karena aku tak punya pilihan setelah kehilangan kemampuan berjalan aku hanya bisa mengandalkan otakku" alistair menjawab lirih,l ada nada sedih dalam suaranya dia mencoba menyembunyikannya tetapi Elara bisa merasakannya seketika rasa bersalah menggelayuti hati elara dia merasa belum sepenuhnya terbuka tentang kemampuannya sebagai seorang dokter dan mungkin bisa membantunya tetapi belum siap membicarakannya.
"Kau pasti akan sembuh suatu hari nanti" jawab elara berusaha memberi semangat tanpa menunjukkan kalau dia mungkin memiliki cara untuk membantu alistair.
Alistair tersenyum kecil dan mengajak Elara untuk kembali ke vila ketika mereka bersiap untuk beranjak alistair melihat kaki Elara tanpa alas berlumur sedikit lumpur dari pinggiran danau "di mana sepatumu?" tanyanya dengan nada kesal merasa khawatir akan kondisi istrinya
"Oh, aku lupa biar aku ambil sendiri" jawab Elara berniat mencari sepatunya yang tadi dia letakkan di sisi lain danau.
"Tidak perlu naiklah aku bisa membawamu kembali ke vila" ujar Alistair sengaja menundukkan posisi robot agar elara mudah untuk duduk di pangkuannya dia menggunakan kesempatan ini untuk berada lebih dekat dengannya berharap bisa menambah keintiman di antara mereka.
"Tidak usah aku bisa berjalan sendiri kau pasti tidak nyaman" tolak elara sambil tersenyum kecil mengingat masa lalunya yang sering berjalan tanpa alas kaki dan tak merasa terganggu dengan lumpur di kakinya.
Namun alistair mendesah, sedikit kesal "aku tidak mau orang-orang berpikir kalau aku membiarkan istriku berjalan tanpa alas kaki naiklah aku tidak merasa kesulitan"ujarnya tegas. Dengan nada yang sulit dibantah elara akhirnya menyerah dan menurut.
Elara duduk di pangkuan alistair dan robot pun bergerak perlahan meninggalkan danau suasana menjadi hening di tengah perjalanan elara tiba-tiba menyembunyikan wajahnya di dada Alistair merasa nyaman dengan wangi tubuhnya yang menenangkan dia hampir lupa bahwa hubungan mereka semula hanya perjodohan tanpa cinta di antara mereka.
Alistair yang merasakan elara begitu dekat tersenyum puas dia tak ingin melepaskan kesempatan dipeluk istrinya walaupun secara tidak langsung atau disengaja di sisi lain marcus yang mengamati dari kejauhan hanya bisa tersenyum geli melihat interaksi romantis itu. Diam-diam marcus mengambil foto keduanya untuk dikirimkan pada Nyonya Evelyn ibu Alistair yang sering meminta arcus mendokumentasikan momen-momen spesial di antara mereka.
Nyonya Evelyn di rumah, menerima foto itu dengan penuh kebahagiaan dia yakin kalau putranya mulai membuka hati untuk elara dengan senyum lebar dia berkata pada suaminya Frederick "sebentar lagi kita akan menjadi kakek dan nenek harapan kita sebentar lagi akan terkabul".