Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Terlihat Alvin yang sangat kesal ketika melihat Maxime yang bersikap sok akrab kepada Rachel, sampai merangkul pundak gadis itu. Pria itu mengepalkan tangannya, menahan amarah yang berkecamuk di dalam dada.
Rachel ingin melepaskan tangan Maxime, tapi Maxime malah semakin mengeratkan rangkulan di pundak Rachel, membuat Rachel memelototkan matanya kepada Maxime. Mimpi apa dia semalam sampai diperebutkan oleh dua om-om.
"Kamu juga pasti tahu aku adalah pembina OSIS di SMA Pelita. Jadi kalau kamu ingin tahu tentang semua kegiatan OSIS di sekolah, bisa bertanya kepadaku." Alvin menyarankan agar Maxime bertanya kepadanya saja. Dia sangat berharap Maxime segera melepaskan rangkulannya pada pundak Rachel.
Namun, Maxime enggan untuk mengikuti permintaan Alvin. Karena memang dia ingin berbicara berdua dengan Rachel. "Tidak perlu, karena aku memang memiliki urusan dengan Rachel sebagai ketua OSIS di sekolah. Aku adalah pemilik sekolah SMA Pelita, apakah aku salah jika aku ingin berbicara dengan ketua OSIS di sekolahku sendiri? Aku hanya ingin tahu perkembangan kegiatan ekstrakurikuler di SMA Pelita."
Alvin tidak bisa berkata apa-apa. Mungkin karena dia dibuat skakmat oleh Maxime. Tidak mungkin dia melarang Maxime sebagai pemilik sekolah untuk berbicara dengan Rachel sebagai ketua OSIS di SMA Pelita.
Setelah berkata seperti itu, Maxime segera menarik tangan Rachel, membawanya masuk ke dalam mobil.
Awalnya Rachel ingin berontak, tapi dia terpaksa harus masuk ke dalam mobil sport tersebut tanpa perlawanan, mungkin karena dia pun ingin menjaga jarak dengan Alvin. Dia tidak ingin menaruh harapan lagi kepada guru idolanya itu.
"Shittt!" Alvin mengumpat sambil melayangkan tinju ke udara, ketika melihat mobil Maxime telah melaju meninggalkan dirinya.
Padahal dia tidak pernah sekalipun berniat untuk memiliki hubungan khusus dengan Rachel, dia hanya merasa bersalah kepada gadis itu, sehingga dia sering memberikan perhatian kepada Rachel. Tapi entah mengapa dia merasa tidak rela jika melihat Rachel dekat dengan laki-laki manapun. Termasuk di sekolah, Rachel adalah seorang gadis yang cukup populer. Dia adalah seorang murid yang berprestasi dan juga sebagai ketua OSIS di sekolah, tak heran jika ada banyak murid laki-laki mendekatinya.
...****************...
"Apa yang ingin kamu bicarakan padaku? Kita sudah tidak memiliki urusan lagi." Tanya Rachel kepada Maxime yang sedang menyetir mobil.
Maxime sangat kesal, bocah itu sangat pilih kasih. Mentang-mentang Alvin adalah gurunya, Rachel selalu bersikap hormat kepada Alvin. Sedangkan jika Rachel sedang bersama dengan dirinya, Rachel selalu menjadi seorang bocah yang menyebalkan
Saking kesalnya, Maxime menyentil kening gadis itu. "Usiaku sama dengan Alvin, kamu memanggilnya pak dan bersikap hormat padanya, tapi perlakuanmu dan cara memanggilmu padaku sangat berbeda."
"Aw!" Rachel tidak langsung menjawab, dia mengusap-usap keningnya yang habis disentil oleh Maxime.
Rachel pun memandangi Maxime dengan tatapan kesal. Dia tidak mengerti, mengapa Maxime harus mempermasalahkan sebuah panggilan. "Ya udah, mulai sekarang aku akan panggil kamu bapak juga."
Kemudian Rachel memaksakan diri untuk tersenyum manis sambil memanggil nama pria itu, "Bapak Maxime."
Maxime merasa dirinya sangat tua jika dipanggil bapak, padahal usianya masih 25 tahun. "Aku tidak setua itu."
Rachel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak paham apa yang diinginkan oleh pria dewasa ini. "Lalu aku harus memanggilmu apa? Kalau aku memanggilmu kakak, itu terlalu kemudaan. Usia kita cukup jauh."
Maxime pun menghela nafas, suara cemprengnya Rachel membuat kupingnya sakit. Gadis itu memang terlihat lebih cantik kalau diam.
Rachel berseru ketika dia tiba-tiba mendapatkan ide, sebuah panggilan yang cocok untuk Maxime. "Kalau begitu bagaimana kalau aku memanggilmu Om saja. Om Maxime."
"Om?" Maxime pun tidak terima dipanggil om oleh Rachel. Apakah dia setua itu di mata Rachel.
Maxime ingin protes kembali, tapi baru saja dia mangap, dipotong oleh Rachel.
"Sebenarnya apa yang ingin om bicarakan padaku? Kita sudah tidak memiliki urusan lagi."
Maxime tiba-tiba menepikan mobilnya di pinggir jalan, membuat Rachel terkejut. Dia memandangi Maxime yang sedang menarik nafas sebanyak mungkin.
Tentu saja hal ini sangat berat untuk Maxime. Karena seumur hidup dia tidak pernah bermimpi sekalipun akan menikah dengan seorang bocah tengil seperti Rachel. "Sebenarnya permintaan Oma sangat berat untukku."
Rachel pun mengiyakan, karena memang dia tidak ingin menikah dengan Maxime. "Iya, tentu saja sangat berat. Bagaimana ceritanya ada seorang anak yang masih sekolah tiba-tiba harus menikah, dengan om-om lagi. Karena itulah om harus bersikukuh untuk tetap menolak..."
Maxime memotong perkataan Rachel. "Tapi terpaksa harus aku lakukan."
"Hm?" Rachel membelalakkan mata saking terkejutnya. Beruntung dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung, sehingga dia tidak jatuh pingsan.
"Bocah, aku ingin kita menikah!" Maxime mengatakannya dengan berat hati.
Rachel langsung cegukan, dia sama sekali tidak menyangka bahwa seorang CEO yang sangat arogan itu tiba-tiba melamar dirinya. Sebuah lamaran yang paling aneh sepanjang masa, mana ada seorang pria melamar seorang gadis dengan panggilan bocah dan dengan nada tinggi pula.
Padahal Rachel sudah menyaksikan dengan jelas bahwa kemarin Maxime menentang keras permintaan neneknya ketika Nenek Margaretha berniat menjodohkan Rachel dengan Maxime. Tapi mengapa Maxime tiba-tiba berubah pikiran?